Konseling dan Ceramah Agama Konseling yang diberikan di rumah singgah Pembinaan Anjal

11 | P a g e mereka dapatkan. Kegiatan lebih banyak pemberian motivasi. Egi sebenarnya berminat untuk mendapatkan pelatihan montir motor, namun keinginan tersebut tidak terpenuhi. Sekarang, deka masih tetap di jalanan sebagai pengamen.

c. Bantuan Modal Usaha Bantuan modal usaha bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada anak jalanan untuk melakukan kegiatan usaha atau mengembangkan usaha yang sudah dijalankannya setelah mereka memperoleh pelatihan keterampilan atau kewirausahaan. Ada dua bentuk bantuan modal yang diberikan kepada anak jalanan yaitu Usaha Ekonomi Produktif UEP dan Kelomok Usaha Bersama KUBE. UEP diberikan kepada anak jalanan secara perorangan, sedangkan KUBE diberikan untuk usaha kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompok adalah 5 orang. Menurut informan, bantuan yang diberikan pada umumnya adalah rokok, karena anak jalanan lebih banyak memiliki usaha berjualan rokok baik di persimpangan jalan maupun di taman kota atau pasar. Jumlah bantuan bervariasi antara 1-2 slof rokok. Selain bantuan modal usaha untuk anak jalanan, bantuan modal usaha juga diberikan kepada orang tua anak jalanan. Ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian bantuan modal usaha kepada orang tua anak jalanan: Pertama, supaya setelah memiliki usaha sendiri, orang tua memiliki sumber ekonomi yang lebiih baik untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga akhirnya tidak perlu lagi membiarkan anak-anak mereka bekerja di jalanan. Kedua adalah bhwa setelah keluarga yang dibantu memiliki modal uang yang cukup, diharapkan mereka bisa pulang ke kampung mereka untuk mengelola potensi yang ada seperti sawah atau ladang. Artinya dengan modal usaha yang diberikan, dalam jangka waktu tertentu orang tuakeluarga tersebut dapat melakukan evaluasi dibantu oleh rumah singgah terhadap masa depan usaha mereka. Bila kebutuhan usaha mereka adalah berjualan hasil identifikasi rumah singgah maka diberikan barang-barang untuk berjualan seperti beras, garam, rokok dan sabun. Tetapi keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai buruh angkat dan pemulung, maka diberikan bantuan berupa becak sehingga memudahkan mereka untuk melakukan kegiatan usaha tersebut.

d. Konseling dan Ceramah Agama Konseling yang diberikan di rumah singgah

pada dasarnya adalah berupa saran dan masukan untuk meningkatkan motivasi anak jalanan dalam menjalankan usaha mereka. Sedangkan kegiatan ceramah agama dan pelayanan kesehatan dilakukan untuk memberikan pencerahan kepada anak jalanan agar menyadari bahwa pekerjaan yang mereka lakukan selama ini sebagian besar adalah salah dan bertentangan dengan nilai-nilai agama ataupun norma masyarakat, terutama anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis. Sebagaimana disebutkan bahwa pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah adalah merupakan program pemerintah melalui Dinas Sosial. Oleh karena itu semua pembiayaannya juga berasal dari pemerintah. Rumah singgah mengorganisir anak jalanan dan melakukan identifikasi terhadap kebutuhan mereka, dan kemudian mengajukannya kepada Dinas Sosial dalam bentuk proposal. Berdasarkan proposal yang diajukan oleh rumah singgah, Dinas sosial melakukan penilaian apakah sesuai dengan ketersediaan anggaran. Menurut infroman Dinas sosial, biasanya kebutuhan yang diajukan lebih besar daripada apa yang dapat dipenuhi oleh pemerintah, sehingga tidak semua permintaan dari rumah singgah terpenuhi.

e. Pembinaan Anjal

Melalui Panti Sosial Hasil penelitian terhadap Panti sosial baik miliki pemerintah maupun milik masyarakat, pada umumnya panti sosial melakukan pembinaan terhadap anak-anak miskin, terlantar dan yatim piatu atau salah satu dari kedua orang tuanya sudah 12 | P a g e meninggal. Bahkan salah satu panti social, hanya melakukan pembinaan terhadap anak yatim, piatu atau yatim-piatu yang kurang mampu, sedangkan anak miskin dan terlantar yang kedua orang tuanya masih hidup tidak diterima dip anti sosial tersebut. Sementara panti sosial milik pemerintah seperti PSAABR Panti Sosial Asuhan Anak Bina Remaja menetapkan sasaran utamanya adalah anak miskin dan anak terlantar. Artinya meskipun kedua orang tua mereka masih ada namun keadaan ekonominya tidak memungkinkan untuk memberikan kesempatan bagi pendidikan anak-anak mereka miskin maka anak tersebut dapat diserahkan pembinaannya kepada panti sosial. Streotype yang melekat pada anak jalanan adalah sangat nakal, sering bicara kotor, tidak mau diatur dan tidak betah untuk dibina di dalam panti. Persepsi inilah yang mengakibatkan panti sosial tidak melakukan pembinaan terhadap anak jalanan karena dianggap akan menimbulkan masalah terhadap anak-anak yang lain akibat pengaruh kurang baik yang mereka bawa dari kehidupan jalanan. Pada umumnya kegiatan pembinaan anak dipanti sosial lebih difokuskan pada kegiatan pendidikan dan pembinaan akhlak anak asuh. Kegiatan pendidikan dilakukan baik di sekolah yang dimiliki oleh panti sendiri maupun sekolah di luar panti dengan biaya pendidikan ditanggung oleh panti. Panti sosial miik Dinsos PSAABR memberikan kesempatan pendidikan kepada anak asuh di sekolah-sekolah yang berada di luar panti, baik untuk tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat SMUSMK. Panti sosial milik Dinas sosial ini hanya bertanggung jawab menyelesaikan pendidikan anak asuh sampai dengan tamat SMUSMK, dan setelah itu anak asuh akan dipulangkan ke keluarga mereka masing-masing keluar dari panti. Saat ini jumlah anak asuh yang disekolahkan oleh panti sosial PSAABR adalah 75 orang yang terdiri dari 11 orang di sekolah dasar, 19 orang di SMU, 9 orang di SMK, dan 36 orang di SMP. Semua anak asuh tersebut menjalankan pendidikannya di luar panti karena panti sosial PSAABR tidak memiliki sarana sekolah. Sesuai dengan daya tampung panti, setiap angkatan akan dilatih sebanyak 80 orang remaja putus sekolah yang terbagi kedalam 4 jurusan keahlian yaitu; keteramplan otomotif, keterampilan elektronik, keterampilan instalasi listrik, dan keterampilan las listrikkarbit. Untuk mendukung kegiatan pembinaan keterampilan tersebut PSAABR telah memiliki berbagai sarana pelatihan sesuai dengan bidang pelatihan yang diberikan. Lama pelatihan keterampilan yang diberikan adalah 6 bulan, dan setelah itu setiap anak diharapkan sudah memiliki keterampilan untuk melakukan usaha secara mandiri atau bekerja pada perusahaan lain yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Menurut informan pengelola PSAABR, dengan pelatihan yang diberikan selama 6 bulan, pada umumnya anak-anak sudah dapat menguasai keterampilan dasar yang diberikan sehingga mereka siap terjun ke dunia kerja. Tidak ada data tentang berapa jumlah anak yang dapat memiliki usaha atau pekerjaan setelah memperoleh pelatihan, namun diinformasikan bahwa sebagian besar lulusan dapat memperoleh pekerjaan seperti di bengkel mobil ataupun bengkel las. Berbeda dengan kegiatan yang dilakukan di PSAABR yang melaksanakan pelatihan keterampilan, panti sosial Aisyiah hanya melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak-anak perempuan dari keluarga yatim, piatu atau yatim-piatu yang miskin. Sesuai dengan daya tampung panti, saat ini dibina sebanyak 56 orang anak asuh yang sebagian besar 40 orang mengikuti pendidikan pada sekolah yang dimiliki oleh yayasan SD dan SMP. Sedangkan 16 orang sisanya mengikuti pendidikan di luar panti seperti di Diniyah Putri Padang Panjang, Kauman Padang Panjang, Universitas Baiturrahmah, dan bahkan ada 2 orang yang saat ini mengikuti kuliah D1 di Malaysia. Semua biaya untuk kebutuhan anak asuh baik untuk pendidikan, maupun kebutuhan pribadi pakaian, makan dan sebagainya ditanggung oleh panti sendiri, termasuk biaya transportasi anak asuh yang kuliah di Malaysia biaya pendidikan ditanggung oleh pihak universitas. Sementara 2 anak asuh yang kuliah di 13 | P a g e Baiturrahmah sudah dapat membiayai kebutuhan sendiri karena mendapat beasiswa dari kampus.

6.3. Arah Kebijakan Pemerintah Kota Dalam Menangani Anak Jalanan