Harapan Masa Depan Pola Pembinaan Anak Jalanan dan Pengemis Kegiatan Pembinaan

7 | P a g e Demikian halnya dengan pengemis dimana terdapat dua alasan utama yaitu; pertama, karena kondisi ekonomi di kampung tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga pergi ke kota untuk mengadu nasib. Kondisi di kota yang tidak cukup mudah untuk memperoleh pekerjaan mengakibatkan mereka memilih pekerjaan sebagai pengemis. Kondisi ini untuk sebagian pengemis juga didukung oleh kondisi fisik yang sudah tua atau cacat. kedua, mengemis dianggap sebagai mata pencaharian yang cukup mudah untuk mendapatkan uang sehinga mereka menjadi malas untuk melakukan pekerjaan lain. Menurut informan, sebagian dari pengemis menjadikan diri mereka seolah- seolah tidak berdaya, cacat, sakit dan sebagainya untuk menarik simpati para pengguna jalan agar mengasihi mereka. Dengan begitu orang-orang yang lewat akan memberikan uang kepada mereka.

f. Harapan Masa Depan

ada umumnya anak jalanan tidak peduli dengan masa depannya. Bagi mereka yang penting bisa menghasilkan uang hari ini baik untuk keperluan belanjajajan sendiri maupun untuk diserahkan kepada orang tua mereka. Dari anak jalanan yang terjaring dan dibina di Rumah Singgah hanya sekitar 10 saja yang memikirkan masa depan secara lebih baik. Mereka inilah yang kemudian bersedia untuk mengikuti kegiatan pendidikan atau sekolah. Sementara 90 lainnya lebih memilih untuk tetap bekerja di jalanan. Hal ini diakui baik oleh Dinas Sosial maupun Rumah Singgah yang mengatakan bahwa sedikit sekali anak-anak jalanan tersebut bersedia untuk melanjutkan pendidikan mereka meskipun sudah diberikan beasiswa. Permasalahan utama sulitnya anak jalanan dikembalikan ke sekolah adalah karena dengan bersekolah mereka tidak dapat lagi mencari uang dan itu berarti dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan keluarga. Selain itu dari sisi orang tua juga ada perilaku dimana anak dijadikan sebagai sumber mata pencaharian dengan menyuruh mereka bekerja di jalan. Sedangkan pengemis sulit untuk dibina karena etos kerja mereka yang malas. Menurut informan Dinas Sosial dan Rumah Singgah, pembinaan terhadap pengemis sulit dilakukan karena mereka tidak memiliki keinginan untuk merubah pekerjaan mereka. Mereka sudah terlanjur terbiasa memperoleh uang dengan mudah tanpa harus bekerja keras, hanya cukup dengan memelas dan menengadahkan telapak tangan. Jadi kalaupun diberikan bantuan oleh pemerintah, mereka tetap turun ke jalan untuk mengemis setelah bantuan tersebut mereka terima.

6.2. Pola Pembinaan Anak Jalanan dan Pengemis

a. Kegiatan Pembinaan

erdapat beberapa bentuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial kota Padang terhadap anak jalanan baik berkaitan dengan keterampilan melalui pelatihan teknis maupun berkaitan dengan upaya perubahan sikap anak terhadap pekerjaannya melalui kegiatan ceramah agama ataupun siraman rohani. Kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan pada dasarnya disesuaikan dengan keinginan atau bakat anak jalanan tersebut, yang terungkap dari hasil identifikasi setelah anak jalanan berhasil dijaring. Kegiatan tersebut antara lain keterampilan menyetir mobil, keterampilan sablon, servis eletronik, dan servis handpon. Lama pembinaan melalui pelatihan keterampilan tersebut adalah 15 hari setiap angkatan atau setiap kegiatan. Kegiatan dilakukan satu kali dalam setahun sehingga setiap akan melakukan pembinaan, Dinas sosial mengawalinya dengan kegiatan razia atau penjaringan anak jalanan, dan bagi anak jalanan yang sudah mendapatkan pelatihan tidak akan dimasukkan lagi dalam kegiatan berikutnya. Pendeknya waktu yang dialokasikan untuk pembinaan tersebut disadari tentu tidak akan dapat menjamin terjadinya perubahan sikap anak jalanan terhadap pekerjaannya. Namun untuk sebagian kecil juga terdapat anak jalanan yang berhasil dibina, dimana mereka dapat melakukan kegiatan yang lebih baik seperti menyetir mobil bawa angkot, bekerja di tempat sablon ataupun di tempat servis elektronik. Dan bagi anak P T 8 | P a g e lainnya yang tidak memperoleh pekerjaan akan kembali ke jalan dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Sesuai dengan pedoman yang sudah diberikan oleh Departemen Sosial tentang pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah, setiap rumah singgah melakukan pola pembinaan yang relative sama, yaitu melakukan pembinaan dalam bentuk pemberian bantuan beasiswa bagi anak sekolah dalam bentuk pemberian alat-alat sekolah dan pakaian seragam, pelatihan keterampilan, pelatihan kewirausahaan, bantuan modal usaha dalam bentuk barang bimbingan dan konseling, bantuan kesehatan, dan ceramah agama.

b. Usaha Pasca Pembinaan