Umur dan Pekerjaan Kerangka Pemikiran

4 | P a g e mengemis karena mereka cacat penglihatan dan tidak punya keahlian. Mereka tidak memiliki modal dan tanah untuk bertani. Di Kota Padang, lokasi tempat berkumpul atau beraktivitas anak jalanan terdapat di lima lokasi; 1 lokasi di perempatan jalan Khatib Sulaiman. 2 lokasi di perempatan kantor Pos besar jalan Sudirman. 3 lokasi pasar raya Kota Padang. 4 lokasi jalan Ratulangi dan jalan Patimura. 5 Lokasi jalan By pass, perempatan Lubuk Begalung. Pilihan lokasi secara kebetulan saja, namun di keempat lokasi tersebut, menurut informan tempat- tempat yang memungkinkan mereka mendapat uang. Secara umum, kalau dilihat dari alasan yang dikemukakan oleh informan benar adanya terutama untuk anak jalanan yang ditemui di perempatan jalan Khatib Sulaiman, dimana anak-anak yang dimaksud berjulan koran di pagi hari dan siang hari berjualan barang-barang keperluan rumah tangga. Berbeda dengan anak-anak yang berada di perempatan jalan Sudirman, tepatnya di perempatan kantor Pos besar Kota Padang, dan di jalan Ratulangi dan jalan patimura yang melakukan aktivitas sebagai pengamen. Bernyanyi dengan menggunakan alat musik seadanya. Sedangkan anak jalanan yang berada di sekitar Pasar Raya Kota Padang melakukan berbagai aktivitas, seperti menyemir sepatu, jualan kresek kantong Plastik dan sekaligus menyediakan jasa untuk membawa barang belanjaan. Sedangkan anak jalanan yang berada di lokasi perempatan jalan By Pass Lubuk Begalung, anak-anak yang melakukan kegiatan dijalanan bersama orang tua.

b. Umur dan Pekerjaan

erujuk kepada Undang-Undang Hak Azazi Manusia, yang dimaksud dengan anak adalah yang berumur antara 0 – 18 tahun atau masih berusia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan yang melakukan kegiatan di berbagai tempat di kota Padang pada umumnya masih berusia sekolah yaitu antara 9 sampai 18 tahun. Namun untuk sebagian kecil juga ada yang berumur di atas 18 tahun. Salah seorang informan menuturkan; Ani seorang perempuan, usia 11 tahun, anak tertua dari tiga bersauadara, pendidikan sampai kelas 5 Sekolah Dasar, sudah hampir 2 tahun jadi pengamen di jalanan. Ani sebenarnya tidak mau Kerja seperti sekarang ini. Dia ingin sekali menamatkan pendidikannya Di Sekolah Dasar, tapi orang tuanya tidak mendukungnya. Dari hasil kerja mengamen, ani serahkan sebagian pendapatannya kepada orang tua, untuk membeli beras. Hasil wawancara dengan Dinas Sosial, baik di tingkat Kota maupun propinsi menunjukkan bahwa anak-anak yang bekerja dijalanan tersebut pada umumnya adalah anak usia sekolah. Hal ini terdata pada saat dilakukan operasi penjaringan razia anak jalanan. Demikian juga dengan data yang terdapat di Rumah Singgah juga menunjukkan hal yang relatif sama, dimana usia rata-rata anak jalanan yang dibina adalah antara 8 sampai 19 tahun. Pekerjaan yang dilakukan oleh anak jalanan adalah sangat beragam. Hasil wawancara dengan staf Dinas Sosial Kota Padang dan hasil pengamatan, secara umum pekerjaan anak jalanan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pedagang asongan. Jenis dagangan yang djual antara lain kantong plastik, koran, mainan, dan makanan ringan. Pada umumnya anak jalanan melakukan kegiatan tersebut di sekitar pasar, taman kota atau tempat kermaian. Selain itu juga ada di sekitar perempatan jalanlampu merah. Usia rata-rata anak jalanan yang melakukan pekerjaan ini berkisar antara 8 – 12 tahun. 2. Penjual jasa. Kegiatan yang dilakukan antara lain menyemir sepatu, dan membantu mengangkat barang-barang belanjaan dari orang lain yang membutuhkan jasa. Kegiatan ini dilakukan di sekitar pasar, taman kota, dan mesjid. Usia rata-rata anak jalanan yang melakukan kegiatan tersebut antara 8-12 tahun. M 5 | P a g e 3. Mengamen dan mengemis. Kegiatan mengamen dan mengemis dilakukan di sekitar perempatan jalan lampu merah. Usia anak jalanan yang melakukian pekerjaan mengamen dan mengemis ini bervariasi antara 8 – 19 tahun, bahkan juga terdapat anak-anak dibawah usia 8 tahun. Hasil wawancara dengan Dinas Sosial, dapat diinformasikan bahwa dari ke tiga jenis pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan tersebut, kelompok pengamen dan pengemis, merupakan kelompok yang sangat sulit untuk dibina karena pada kelompok ini, selain bekerja sendiri juga terdapat anak-anak yang dikoordinir oleh suat u “jaringan” yang memanfaatkan anak-anak jalanan untuk memperoleh penghasilan. Salah seorang staf dinas sosial mengatakan, hasil dari pekerjaan anak jalanan bisa mencapai Rp.30.000 – Rp.50.000 per hari. Bahkan untuk pekerjaan mengamen bisa memperoleh uang sampai Rp.85.000 per hari. Hal ini, menjadi alasan yang cukup untuk menjadikan anak jalanan sulit melepaskan diri dari pekerjaan tersebut karena merasa sudah bisa mencari uang sendiri dengan jumlah yang relatif besar. Namun, saat ditanyakan kepada beberapa orang informan, menyebutkan pendapatan mereka tidak pernah lebih dari Rp 30.000,- dalam sehari. Terdapat dua kategori umur bila dikaitkan dengan pekerjaan anak jalanan. Pertama, anak jalanan usia sekolah pada umumnya memiliki pekerjaan berjualan, menyemir sepatu, dan mengemis. Sedangkan anak jalanan pada usia di atas 13 tahun pada umumnya memilih pekerjaan sebagai pengamen. Kegiatan mengamen dilakukan baik secara sendiri- sendiri maupun secara berkelompok antara 2-3 orang. Hasil pengamatan terhadap 3 orang anak yang berusia antara 6-10 tahun di sekitar taman kota Imam Bonjol, menunjukkan bahwa anak-anak tersebut melakukan kegiatan mengamen dibawah pengawasan ibu mereka. Anak-anak tersebut melakukan kegiatan mengamen di persimpangan jalan sekitar Polresta, sementara ibu mereka duduk santai menunggu di dalam taman kota. Ketika anak-anak mereka selesai mengamen, si ibu meminta hasil dan anak di suruh kembali ke jalan untuk mengamen. Menurut informan salah seorang staf Dinas Sosial dan pengelolah Rumah singgah menuturkan sebagai berikut : terjadinya tindakan kriminal seperti pencopetan, narkoba, mengisap bensin, dan sebagainya pada umumnya dilakukan oleh anak jalanan dari kelompok usia diatas 15 tahun dan bekerja sebagai pengamen. Kelompok ini umumnya merupakan anak-anak yang berasal dari lingkungan umumnya kurang harmonis atau keluarga yang sangat sibuk sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memperhatikan dan mengawasi perkembangan anak mereka. Akibatnya anak tersebut mencari kesenangan sendiri dengan hidup sebagai anak jalanan. Berbeda dengan usia anak jalanan, usia pengemis relatif didominasi oleh orang dewasa atau orang tua. Pekerjaan mengemis dilakukan secara sendiri maupun dengan bantuan seorang perempuan dewasa dan anak-anak yang menuntunnya di jalan. Kondisi fisik pengemis beraneka ragam seperti; buta, cacat kaki, dan sebagian juga ada yang sudah renta. Menurut data dari program Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, Dinas Sosial propinsi Sumatera Barat, bahwa di Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 terdapat sebanyak 621 orang pengemis dimana sebagian besar 235 orang atau 37,84 berada di Kota Padang. Kemudian disusul oleh kebupaten Pesisir Selatan sebanyak 88 orang 14,17 dan Kota Solok sebanyak 68 orang 10,95. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kota Padang masih merupakan daerah yang cukup diminati oleh pengemis dalam upaya mencari rezeki.

c. Pola Tempat Tinggal