Usaha Pasca Pembinaan Pembinaan Anjal Melalui Rumah Singgah

8 | P a g e lainnya yang tidak memperoleh pekerjaan akan kembali ke jalan dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Sesuai dengan pedoman yang sudah diberikan oleh Departemen Sosial tentang pembinaan anak jalanan melalui rumah singgah, setiap rumah singgah melakukan pola pembinaan yang relative sama, yaitu melakukan pembinaan dalam bentuk pemberian bantuan beasiswa bagi anak sekolah dalam bentuk pemberian alat-alat sekolah dan pakaian seragam, pelatihan keterampilan, pelatihan kewirausahaan, bantuan modal usaha dalam bentuk barang bimbingan dan konseling, bantuan kesehatan, dan ceramah agama.

b. Usaha Pasca Pembinaan

etelah dilakukan pembinaan selama 15 hari, maka setiap anak diharapkan mampu untuk mengembangkan keterampilannya di tempat lain. Tidak ada upaya lanjutan yang dilakukan oleh Dinas Sosial setelah anak mendapat pembinaan atau pelatihan tersebut. Dengan bekal yang sudah diberikan, setiap anak akan berusaha sendiri untuk mencari pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang sudah diberikan. Sempitnya peluang kerja yang tersedia tentu menjadi kendala utama bagi anak jalanan untuk bisa memperoleh pekerjaan. Bagi anak yang memperoleh pelatihan menyetir mobil biasanya lebih punya peluang karena setelah selesai pelatihan mereka langsung diberikan SIM Surat Izin Mengemudi. Dengan berbekal SIM tersebut anak jalanan dapat menjadi sopir angkutan kota sebagai pekerjaannya. Sedangkan untuk anak lainnya yang memperoleh pelatihan elektronik atau sablon akan bergantung pada ketersediaan lowongan pekerjaan di perusahaan- perusahaan terkait, dan itu tidak cukup mudah untuk memperolehnya. Sementara untuk buka usaha sendiri, pemerintah tidak menyediakan dana untuk memulai usaha.

c. Pembinaan Anjal Melalui Rumah Singgah

embinaan anak jalanan di Rumah Singgah mengacu pada Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan melalui Rumah Singgah yang dikeluarkan oleh Departemen sosial RI pada tahun 1999. Tujuannya adalah untuk membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternative untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain itu, pengembangan rumah singgah mempunyai beberapa tujuan khusus yaitu; 1. Membentuk kembali sikap anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. 2. Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan. 3. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang produktif. Kehadiran rumah singgah dalam upaya mempertahankan kemampuan anak dimana penanganannya berdasarkan aspirasi dan potensi yang dimiliki anak. Penyediaan rumah singgah merupakan upaya agar hak-hak anak dari para anak jalanan dapat terpenuhi, hal mana akan mendorong kelancaran proses tumbuh kembang, yang pada gilirannya dapat ikut serta dalam pembangunan nasional dengan melaksanakan peran dan tugas sebagai anak. Berdasarkan pedoman tersebut, maka semenjak tahun 1999 pemerintah propinsi Sumatera Barat bersama pemerintah kota dan kabupaten, mendorong peran serta masyarakat untuk ikut terlibat dalam pembinaan anak jalanan melalui pendirian rumah singgah. Berdasarkan data dari Dinas Sosial propinsi Sumatera Barat, diinformasikan bahwa sampai tahun 2007 sudah berhasil didirikan sebanyak 22 rumah singgah yang tersebar di 4 kota dan 2 kabupaten, dengan jumlah terbanyak terdapat di kota Padang yaitu 11 rumah singgah. Tabel berikut menggambarkan jumlah rumah singgah dan jumlah anak jalanan yang dibina sampai tahun 2007. S P 9 | P a g e Tabel 1. Rumah singgah dan jumlah anak jalanan yang dibina NO NAMA KOTAKAB JML.RS JML ANJAL 1 Kota Padang 11 1140 2 Kota solok 5 590 3 Kota Sawah Lunto 3 270 4 Kota Padang Panjang 1 105 5 Kab.Swl.Sjj 1 54 6 Kab.Padang Pariaman 1 105 Jumlah 22 2.264 Sumber; diolah dari data Dinsos Propinsi Sumatera Barat tahun 2007 umber dana untuk membiayai kegiatan operasional rumah singgah dalam upaya pembinaan anak jalanan, disediakan oleh pemerintah pusat melalui Dinas Sosial propinsi Sumatera Barat. Mekanisme penyaluran dana adalah melalui evaluasi kebutuhan anak jalanan yang disampaikan oleh pengeloola rumah singgah dalam bentuk proposal. Artinya setiap rumah singgah mengajukan proposal yang berisi tentang kebutuhan anak jalanan kepada Dinas Sosial propinsi. Selanjutnya Dinas Sosial melakukan evaluasi terhadap kelayakan proposal tersebut, dan selanjutnya bantuan akan dikirim sesuai dengan hasil evaluasi dan ketersediaan anggaran. Menurut informan Dinsos propinsi, evaluasi proposal perlu dilakukan untuk mengontrol apakah proposal yang diajukan oleh rumah singgah sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya dan juga untuk pertimbangan ketersediaan dana. Biasanya menurut informan jumlah dana yang diajukan dalam proposal melebihi jumlah yang dapat disediakan oleh Dinsos. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Dinsos propinsi mengirimkan bantuan kepada setiap rumah singgah, untuk selnajutnya disampaikan kepada anak jalanan. Bantuan diberikan dalam bentuk barang bukan uang. Ketergantungan rumah singgah terhadap bantuan pemerintah dalam pembinaan anak jalanan mengakibatkan rumah singgah hanya akan melakukan kegiatan pembinaan selama bantuan dana masih ada dan akan tutup bila bantuan tersebut dihentikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini hanya satu rumah singgah yang masih melakukan kegiatan pembinaan anak jalanan yaitu rumah singgah Bina Generasi yang terdapat di kota Padang. Sedangkan rumah singgah lainnya sudah menghentikan kegiatan pembinaan anak jalanan semenjak tahun 2008, karena tidak adanya dana kegiatan yang diberikan oleh pemerintah untuk pembinaan tersebut. Menurut informan bahwa semenjak tahun 2008, pemerintah sudah menghentikan dana pembinaan anak jalanan di rumah singgah. Sejalan dengan penghentian dana tersebut maka rumah singgah juga menghentikan kegiatan pembinaan terhadap anak jalanan. Kalaupun ada rumah singgah yang berupaya meneruskan kegiatan pembinaan, maka rumah singgah tersebut harus berupaya sendiri untuk mencari dana bantuan dari berbagai pihak. Namun ternyata upaya tersebut juga tidak banyak membantu untuk pelaksanaan kegiatan di rumah singgah sehingga akhirnya rumah singgah tersebut harus ditutup dan segala sarana dan prasana diserahkan kepada pemerintah kota. Hal ini misalnya terjadi pada rumah singgah Srikandi yang berlokasi di kawasan Imam Bonjol. Meskipun sejak tahun 2008 tidak ada lagi dana dari pemerintah, rumah singgah tersebut masih melakukan kegiatan pembinaan sampai tahun 2010. Namun karena kesulitan mencari dana dari luar pemerintah, maka pada bulan juni 2010 rumah singgah tersebut terpaksa ditutup dan dikembalikan kepada Dinas Sosial kota Padang. Satu-satunya rumah singgah yang masih melakukan kegiatan pembinaan terhadap anak jalanan saat ini adalah rumah singgah Bina Generasi yang berlokasi di kawasan Lapai kota Padang. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan menggunakan dana secara mandiri swadana. Masih beroperasinya rumah singgah Bina Generasi terutama karena yayasan yang menaunginya memiliki beragam kegiatan seperti PAUD, Paket A, Paket B, dan paket S 10 | P a g e C, usaha salon dan sebagainya. Sehingga kebutuhan dana untuk pembinaan anak jalanan dapat disubsidi dari penghasilan beragam usaha lainnya.

a. Bantuan Beasiswa