Pajak Penghasilan Pasal 21 Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Medan Denai

BAB III AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PAJAK 21 PADA PEGAWAI NEGERI DI KECAMATAN MEDAN DENAI

A. Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah : “Pajak penghasilan dapat diartikan sebagai objek pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang di terima atau diperoleh dalam satu tahun pajak”. Sedangkan menurut Suandy 2002;75 pajak penghasilan adalah : “Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang di terima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak”. Pajak penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi adalah pajak atas penghasilan atas gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain – lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh WPOP dalam negeri. Universitas Sumatera Utara Pajak penghasilan pasal 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan,perusahaan dan penyelenggaraan kegiatan. Yang termasuk Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pejabat negara, pegawai negeri sipil, pegawai, pegawai tetap, pegawai dengan stastus WPLN, tenaga lepas, penerima pensiun, penerima honorarium, dan penerima upah. Sedangkan yang bukan termasuk Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat dari negara asing, pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 611KMK.041994 sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau pekerjaan lain. Adapun yang menjadi dasar hukum pajak penghasilan pasal 21 adalah: 1. Undang – undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang No. 28 tahun 2007. 2. Undang – undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541KMK.042000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184PMK.032007 Universitas Sumatera Utara tentag Penetuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penetuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran , Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak. 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254PMK.032008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan. 5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 57PJ2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 2126.

B. Objek Pajak Penghasilan pasal 21