I. Ringkasan
Tanaman hanjeli adalah salah satu tanaman serealia potensial untuk sebagai bahan diversifikasi pangan karbohidrat berbasis tepung.
Pengembangan hanjeli perlu digalakan dengan melibatkan pakar multidisiplin yang kompeten. Tujuan jangka panjang adalah melakukan pengembangan
hanjeli sebagai bahan diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal melalui berbagai disiplin ilmu multidisiplin seperti pemuliaan, agronomi,
mekanisasi, pengolahan hasil dan agribisis. Keluaran hasil penelitian adalah 1 diperoleh beberapa genotipe hanjeli yang berdaya hasil dan berumur genjah
yang dilepas menjadi kultivar unggul; 2 paket teknologi budidaya yang mendukung ekspresi kultivar unggul; 3 mesin-mesin yang mendukung
produksi hanjeli seperti mesin pemecah kulit hanjeli, penyosoh dan pembuat tepung; 4 pengolahan berastepung hanjeli sebagai bahan makanan
tradisiional atau modern seperti kue cincin, bubur hanjeli dan brownis; 5 analisis usaha tani budidaya hanjeli; 5 Hasil penelitian dapat diseminasikan
kepada masyarakat. Roadmap penelitian harus dirancang secara efisien untuk menghasilkan
goal yang diharapkan dengan tenggang waktu jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Tahapan kegiatan sebagai berikut: 1 induksi mutasi dan
seleksi; 2 kajian hara dan iklim; 3 teknologi budidaya terpadu; 4 teknologi pascapanen; 5 teknologi produk olahan; 6 kajian agribisnis; 7 diseminasi
hasil penelitian.
168
II. Pendahuluan
Tanaman hanjeli Coix lacryma-jobi L. salah satu tanaman serealia
potensial dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan oleh masyarakat. Tanaman ini mempunyai nilai gizi yang baik, mudah
dibudidayakan, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap kekeringankebanjiran serta memiliki adaptasi yang luas pada berbagai kondisi
lingkungan Nurmala dan Irwan, 2007. Biji hanjeli dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak, obat-obatan dan barang kerajinanornamen
Nurmala dan Irwan, 2007. Menurut Grubben dan Patohardjono 1996, kandungan lemak hanjeli paling tinggi 7,9 dibandingkan beras, jagung,
millet, sorgum dan barley. Biji hanjeli kaya akan gizi, kandungan karbohidrat pada biji paling rendah bila dibandingkan dengan serealia lainnya, akan tetapi
kandungan protein, lemak dan B
i
serta kalsium lebih tinggi dibandingkan beras dan jagung. Di masyarakat tanaman hanjeli dimanfaatkan sebagai bahan baku
bubur hanjeli di Punclut Bandung. Penggunaan tepung hanjeli sebagai bahan baku
cake atau brownis sangat cocok, karena kandungan lemak yang tinggi sehingga dapat mengurangi penggunaan mentega dalam pembuatan
cake atau
brownis. Selama ini kebijakan pemerintah lebih difokuskan kepada beras, sehingga
keberadaan bahan pangan alternatif tersebut terabaikan Widowati dan Damardjati, 2001. Ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan beras
berdampak kurang baik bagi pemerintah, karena Pemerintah harus menyediakan beras dalam jumlah yang sangat besar, bahkan akhir-akhir ini
Pemerintah harus mengimpor 1 juta ton beras ’PR’, 2007. Begitu juga, ketergantungan yang tinggi terhadap bahan pangan impor seperti
gandumterigu dapat menghabiskan devisa negara dan impor gandumterigu yang dapat mencapai 5 juta ton per tahun ’PR’, 2007. Penggunaan tepung
gandumterigu untuk bahan baku mie dan kue-kue kering berbasis terigu yang bahan bakunya gandumterigu masih impor.
Berdasarkan hal tersebut, penggalian potensi bahan pangan dari serealia non padi sangat diperlukan dalam upaya diversifikasi pangan. Karena Indonesia
169
sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sumber bahan pangan alternatif non beras, seperti hanjeli jali-jali, jawawut, soba,
millet, ganyong dan lain-lain. Penggunaan tepung hanjeli dapat digunakan sebagai subtitusi tepung gandumterigu sebagai bahan baku cake. Berdasarkan
hasil percobaan tepung hanjeli cocok untuk digunakan sebagai bahan baku kue jenis
brownies dan kue-kue lain yang tidak membutuhkan daya kembang adonan yang tinggi.
Sampai saat ini, tanaman hanjeli belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sebagai sumber bahan pangan alternatif, sedangkan plasma
nutfah tanaman tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Pengusahaan tanaman hanjeli masih bersifat sambilanselingan di lahan pekarangan, sawah tadah
hujan dan penanamannya masih sangat sederhana, sehingga peningkatan produksi hanjeli memberikan harapan besar sebagai bahan pangan alternatif
berbasis tepung pengganti beras dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Petani biasanya menanam dari biji, karena biji hanjeli lebih mudah tumbuh.
Umur panen hanjeli berkisar 120 hari – 160 hari setelah panen. Prospek tepung hanjeli sangat baik untuk dikembangkan sebagai bahan campuran kue. Harga
beras hanjeli impor di salah satu super market dapat mencapai Rp. 125.000,- kg.
Tujuan jangka panjang adalah melakukan pengembangan hanjeli sebagai bahan diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal melalui berbagai
disiplin ilmu multidisiplin seperti pemuliaan, agronomi, mekanisasi, pengolahan hasil dan agribisis. Keluaran hasil penelitian adalah 1 diperoleh
beberapa genotipe hanjeli yang berdaya hasil dan berumur genjah yang dilepas menjadi kultivar unggul; 2 paket teknologi budidaya yang mendukung
ekspresi kultivar unggul; 3 mesin-mesin yang mendukung produksi hanjeli seperti mesin pemecah kulit hanjeli, penyosoh dan pembuat tepung; 4
pengolahan berastepung hanjeli sebagai bahan makanan tradisiional atau modern seperti kue cincin, bubur hanjeli dan brownis; 5 analisis usaha tani
budidaya hanjeli. Hasil penelitian akan dipublikasikan dalam bentuk artikel ilmiah pada
jurnal terakreditasi dan membantu dalam kelulusan mahasiswa S
2
dan S1 yang
170
terlibat. Hasil penelitian tersebut juga akan melengkapi buku ajar yang sudah ada Nurmala, T dan Irwan, A.W. 2007. “
Pangan Alternatif: Berbasis Serealia Minor”. Penerbit Giratuna. Bandung.
171
III. Studi Literatur