Pembelajaran Kooperatif Deskripsi Teori

30 konvensional tidak jelek, akan tetapi apabila pembelajaran dilakukan seara monoton seperti itu maka siswa akan merasa jenuh dan tidak produktif dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari dan menggunakan tujuh komponen dasar yang meliputi konstruktivisme contructivism, investigasi inquiry, bertanya questioning, masyarakat belajar learning community, pemodelan modelling, refleksi reflection, dan penilaian yang sebenarnya authentic assesment.

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran ini siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya. Dalam pembelajaran ini, siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota untuk belajar. Seperti yang dikemukakan Agarwal 2011: 22 bahwa, In classrooms where cooperative learning is practiced, students pursue learning in groups of varying size, negotiating, initiating, planning and evaluating together. Rather than working as individuals in competition with every other individual in the classroom, students are responsibility in learning community. Maknanya adalah di ruang kelas dimana pembelajaran kooperatif dipraktekkan, siswa belajar dalam kelompok-kelompok dari berbagai karakteristik 31 yang berbeda, memulai, merencanakan atau diskusi, dan melakukan evaluasi bersama-sama. Siswa lebih diberi tanggung jawab untuk menciptakan komunitas belajar dalam berkelompok daripada secara individu sehingga semua siswa berpartisipasi dalam pembelajaran bermakna. Jolliffe 2007: 3 mengemukakan bahwa In essence cooperative learning requires pupils to work together in small groups to support each other to improve their own learning and that of others. Ini berarti bahwa pada dasarnya pembelajaran kooperatif memerlukan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling mendukung dalam meningkatkan pembelajaran mereka sendiri dan orang lain. Slavin 2005: 4 mengungkapkan bahwa: Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing. Riyanto 2010: 267 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik academic skill sekaligus keterampilan sosial social skill termasuk interpersonal skill. Sedangkan Suherman 2003: 260 mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Menurut Arends 2007: 5 model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan 32 penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Roger dan David Johnson Anita Lie, 2008: 31 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong ini harus diterapkan: a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan antara sesama dalam berdiskusi. b. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Setiap siswa dalam anggota kelompok akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Dalam hal ini, pengajar hendaknya membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c. Tatap muka Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan diskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk suatu kerja sama yang menguntungkan semua anggota. Dalam hal ini, hasil pemikiran 33 beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran dari satu orang saja. Dengan bertatap muka diharapkan setiap kelompok dapat menyampaikan pendapat mereka sehingga dapat saling melengkapi pengetahuan yang dipelajari. d. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Dalam hal ini, guru perlu membiasakan siswa untuk saling berkomunikasi atau diskusi antar teman karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan berdiskusi dengan baik. e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif. Menurut Suparno 2001: 156, pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai dan diterima oleh siswa lain, serta menaruh perhatian bagaimana kawannya belajar dan ingin membantu kawannya belajar. Konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif menurut Huda 2015: 33 adalah siswa diberikan kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan saling membantu dalam kelompoknya. Berdasarkan berbagai pendapat tentang definisi pembelajaran kooperatif, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara atau metode pembelajaran yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif, diharapkan siswa termotivasi untuk lebih 34 aktif dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama, saling membantu dalam diskusi mengatasi tugas yang dihadapi.

5. Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization TAI

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN SRAGEN

3 5 101

IMPLEMENTASI STRATEGI TEAM QUIZ DAN TEAM ASSISTED Implementasi Strategi Team Quiz dan Team Assisted Individualization (TAI) berbantu LKS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari minat belajar siswa (Eksperimentasi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Undaan

0 0 17

IMPLEMENTASI STRATEGI TEAM QUIZ DAN TEAM ASSISTED Implementasi Strategi Team Quiz dan Team Assisted Individualization (TAI) berbantu LKS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari minat belajar siswa (Eksperimentasi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Undaan

0 0 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Jigsaw Dan Tai (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Kemampuan Prasyarat Siswa SMP Ne

0 0 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Jigsaw Dan Tai (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Kemampuan Prasyarat Siswa SMP Ne

0 1 16

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari prestasi dan minat belajar matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri siswa kelas X 6

0 16 390

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) - PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI EFIKASI DIRI SISWA KELAS VII SMP NEG

0 0 19