106 mandiri terlebih dahulu kemudian baru diskusi secara berkelompok sehingga
siswa lebih mengetahui kemampuan belajarnya. Apabila siswa merasa kesulitan terhadap materi pelajaran dapat didiskusikan bersama teman kelompoknya. Hal
ini sesuai pendapat Taniredja 2015:33, bahwa manfaat dari diskusi kelompok adalah melatih siswa mengidentifikasi dan memecahkan masalah, serta
mengambil keputusan. Dengan diskusi kelompok, siswa bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah yang ada. Beberapa persoalan
yang ada dalam LKS kemudian dikerjakan bersama-sama. Dengan demikian, siswa mampu menguasai materi dan bagaimana menemukan solusi dari
permasalahan. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan
dengan setting pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization TAI juga mendukung efektifnya pembelajaran matematika ini. Dengan pendekatan
kontekstual, pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengetahui masalah dalam kehidupan yang dapat diselesaikan dengan perhitungan
matematika. Oleh karena itu, prestasi siswa dapat meningkat dengan pendekatan kontekstual
dengan setting
pembelajaran kooperatif
Team Assisted
Individualization TAI.
3. Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Minat Belajar Siswa
Keefektifan pembelajaran secara konvensional atau ekspositori ditinjau dari minat belajar siswa dapat diketahui berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan statistik uji one sample t-test
107 diperoleh nilai signifikansi 0,3285 sehingga
diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika secara konvensional tidak efektif
ditinjau dari minat belajar siswa. Meskipun tidak efektif, skor minat belajar siswa mengalami sedikit peningkatan. Nilai rata-rata skor awal minat belajar sebesar
69.7 yang berdasarkan tabel 9 termasuk dalam kategori cukup baik, sedangkan nilai akhir skor minat belajar sebesar 70,66 yang termasuk dalam kategori baik
sehingga minat belajar mengalami peningkatan rata-rata skor angket minat sebesar 0,96. Peningkatan skor ini hanya sedikit dan rata-rata skor minat hanya
mempunyai selisih yang sangat kecil dengan kriteria nilai efektif. Skor didominasi oleh klasifikasi baik tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan skor akhir
minat dalam klasifikasi cukup dan bahkan kurang. Pembelajaran secara konvensional tidak efektif ditinjau dari minat belajar
siswa. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Hal itu diduga karena dalam pembelajaran secara konvensional ketika melaksanakan
penelitian, peran guru masih dominan sehingga siswa cenderung pasif. Selain itu, diduga karena soal yang diberikan oleh guru masih kurang bervariasi.
Pembelajaran yang dilaksanakan cenderung bersifat monoton dan tidak adanya media pembelajaran tambahan seperti Lembar Kegiatan Siswa LKS sehingga
minat siswa untuk mengikuti pembelajaran kurang. Ada pula beberapa siswa yang cenderung kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran. Kurangnya
partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena kurangnya minat belajar siswa yang disebabkan oleh lebih berminat untuk mengobrol dengan temannya.
108 Pernyataan bahwa peran guru masih dominan tersebut sesuai dengan
pendapat Hamalik 2009:186, bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana guru berperan sebagai pusat pembelajaran, pembelajaran
sebagian besar dilakukan oleh guru dengan ceramah dan evaluasi dilakukan secara periodik. Dalam hal ini, guru akan mendominasi pembelajaran di kelas. Bagi
beberapa siswa hal tersebut bukan menjadi suatu kendala, akan tetapi bagi beberapa siswa yang ingin terlibat aktif dalam pembelajaran merasa tidak cukup
memiliki kesempatan sehingga akan mempengaruhi minat belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferysha
Sininggih 2014 yang menyatakan bahwa pembelajaran konvensional tidak efektif jika ditinjau dari minat belajar siswa.
4. Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa