Perubahan Klinis Kulit pada Photoaging Perubahan Histopatologi pada Kulit Photoaging

matriks ekstraselular dermis. Selain itu AP-1 dapat menekan ekspresi gen prokolagen fibroblas sehingga terjadi penurunan sintesis kolagen Helfrich et al., 2009. Secara keseluruhan dampak sinar UV pada kulit menghasilkan kerusakan kolagen oleh karena meningkatnya kadar MMP-1, menurunnya sintesis kolagen karena tingginya kadar 8-OhdG, inflamasi dan stres oksidatif, serta penurunan kemampuan sel yang rusak untuk dieliminasi oleh proses apoptosis. Semua proses tersebut akan menimbulkan penuaan dini kulit photoaging Fisher et al., 2002; Helfrichs et al., 2008. Gambar 2.6 Mekanisme Photoaging Rabe et al., 2006

2.3.2.2 Perubahan Klinis Kulit pada Photoaging

Penuaan merupakan proses yang kompleks dan dapat mengakibatkan sejumlah perubahan fungsional dan estetik pada kulit. Perubahan ini dipengaruhi faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Proses menua kulit berlangsung secara lambat tetapi pasti, dimulai dari tampak adanya keriput pada wajah, lipatan kulit dan garis ekspresi lebih nampak serta penurunan kulit kendur terutama pada dagu. Kulit muka akan menjadi kering, tipis dan kasar serta penurunan elastisitas, tidak jarang disertai bercak-bercak hiperpigmentasi dan tumor jinak kulit sehingga akan sangat mempengaruhi penampilan seseorang Kochevar et al., 2008.

2.3.2.3 Perubahan Histopatologi pada Kulit Photoaging

Secara histopatologis, kulit yang telah mengalami photoaging memperlihatkan hilangnya polaritas epidermal atau kekacauan proses maturasi sel keratinosit. Keratinosit menunjukkan gambaran atipik, terutama pada lapisan epidermis yang lebih dalam. Ketebalan epidermis yang terlindung dari matahari dapat berkurang seiring dengan bertambahnya usia, walaupun beberapa laporan memperlihatkan bahwa jumlahnya masih relatif konstan. Terjadi pula penipisan atau pendataran taut dermoepidermal yang dapat menyebabkan penampakan menyerupai atrofi seperti yang terlihat pada poikiloderma Garmyn et al., 2004. Secara menyeluruh, jumlah sel-sel pada dermis yang mengalami photoaging akan meningkat. Fibroblas mengalami hiperplasia dan ditandai dengan banyak ditemukannya infiltrat radang. Inflamasi kronis yang terjadi pada kulit yang mengalami photoaging disebut heliodermatitis. Terjadi pula perubahan mikrovaskuler dan serta penebalan dinding pembuluh darah akibat penumpukan basement membrane-like material. Fibroblas pada kulit yang telah mengalami photoaging akan semakin memanjang dan kolaps. Pada kulit yang mengalami penuaan intrinsik akan memperlihatkan berkurangnya kolagen tipe I dan III, namun hal yang sama akan terjadi lebih cepat pada daerah yang terpapar sinar matahari Fisher et al., 2001. Jumlah serat elastin akan semakin menurun seiring bertambahnya usia, namun pada kulit yang terpapar matahari, jumlah serat elastin meningkat secara proporsional. Elastin yang terakumulasi pada kulit abnormal akan menempati daerah yang seharusnya ditempati serat-serat kolagen. Suatu teori yang diajukan menyatakan bahwa peningkatan elastin yang abnormal merupakan akibat dari proses bifasik yang berawal dari hiperplasia jaringan elastik normal. Elastin menjadi abnormal dalam penampilannya karena efek peradangan kronis Fisher et al., 2002; Chung et al., 2004. Pada kulit yang mengalami photoaging, serat kolagen mengalami disorganisasi. Penelitian mendapatkan bahwa pada kulit yang mengalami photoaging didapatkan penurunan jumlah precursor kolagen tipe I dan III dan crosslink Pinnel, 2003; Gilchrest dan Krutmann, 2006. Penelitian oleh Wahyuningsih 2010 menunjukan bahwa pajanan sinar ultraviolet B dengan total dosis 840 mJcm2 selama 4 minggu akan mengakibatkan penurunan jumlah kolagen pada kulit mencit Mus musculus. Gambar 2.7 Perubahan Histopatologi pada Kulit Photoaging Naylor, 2011

2.3.2.4 Pencegahan dan Pengobatan Photoaging

Dokumen yang terkait

PENGARUH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) TOPIKAL TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR

1 6 29

EFEKTIFITAS PEMBERIAN GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MELALUI PENGAMATAN MAKROSKOPIS

0 4 56

PERBEDAAN EFEK PEMBERIAN LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DAN GEL BIOPLACENTON™ TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BERSIH PADA TIKUS PUTIH

3 10 56

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN.

0 0 16

IMPLANTASI BENANG POLYDIOXANONE (PDO) DI LAPISAN DERMIS MENGHAMBAT PENURUNAN JUMLAH KOLAGEN PADA TIKUS GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR SINAR ULTRA VIOLET-B.

0 0 48

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum) DAPAT MENCEGAH MENURUNAN JUMLAH KOLAGEN DERMIS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET B.

1 4 16

Pengaruh Lendir Bekicot (Achatina fulica) terhadap Jumlah Sel Fibroblas pada Penyembuhan Luka Sayat

0 0 9

Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis dan Peningkatan Kadar Matriks Metalloproteinase-1 pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B

0 0 7

Pemberian Krim Ekstrak Metanolik Buah Delima Merah (Punica granatum) Menghambat Penurunan Jumlah Kolagen Dermis Kulit Mencit (Mus gusculus) Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B

0 3 9

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS LENDIR BEKICOT(Achatina fulica) DENGAN KITOSAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA

0 0 7