2.2.1 Histologi Kulit
Secara histologi kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis, lapisan subkutan lapisan hipodermis. Lapisan epidermis dan
dermis dibatasi oleh dermoepidermal junction. Sedangkan lapisan dermis dan subkutan ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang
membentuk jaringan lemak.
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit Krieg et al., 2011
2.2.1.1 Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit yang dapat langsung kita sentuh. Secara histopatologi lapisan epidermis tersusun atas:
Stratum korneum lapisan tanduk, lapisan ini merupakan lapisan kulit paling luar, yang terdiri dari beberapa lapis sel gepng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin zat tanduk.
Stratum lusidum terdapat langsung dibawah stratum korneum, merupakan lapis sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein
yang disebut elidin. Stratum granulosum lapisan keratohialin, merupakan 2 atau 3 lapis sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya, butiran kasar tersebut terdiri dari keratohialin.
Stratum spinosum stratum malpighi, terdiri atas beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan bermacam ukuran akibat proses mitosis. Protoplasma
jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti sel terletak ditengah. Semakin dekat ke permukaan kulit bentuk sel semakin gepeng. Diantara sel-sel
terdapat sel langerhans dan jembatan antarsel yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Stratum basalis, terdiri atas sel-sel kubus kolumnar yang tersusun vertikal dan pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar palisade. Lapisan
ini merupakan lapisan kulit paling dasar. Terdapat dua jenis sel pada lapisan ini, yaitu sel kolumnar dengan protoplasma basofilik, inti lonjong besar, dan sel
melanosit dengan sitoplasma basofilik, inti gelap, mengandung melanosom.
2.2.1.2 Lapisan Dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal daripada lapisan epidermis. Dibentuk oleh jaringan elastik, fibrosa padat dengan elemen selular disebut matrik, berbagai
kelenjar kulit, dan rambut. Lapisan dermis tersusun dari dua bagian yaitu:
Pars papilaris, bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Pars retikularis, bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutan terdiri atas serabut kolagen, elastin, retikulin, dan pada dasar lapisan ini terdapat
cairan asam hialuronat, kondroitin sulfat, dan sel-sel fibroblas.
2.2.1.2.1 Extracellular Matrix
Extracellular Matrix ECM dermis memainkan peran penting dalam dukungan struktural, kekebalan, sirkulasi, dan persepsi sensorik.
ECM membantu mengatur sel dalam jaringan dan mengkoordinasikan fungsi seluler mereka
dengan mengaktifkan jalur sinyal intraselular yang mengontrol pertumbuhan sel, proliferasi, dan ekspresi gen.
ECM mendukung epidermis dan sebagian besar terdiri dari kolagen tipe I fibril, yang disintesis oleh fibroblas. Sebagai protein
struktural yang paling melimpah di dermis, kolagen tipe I memberikan kekuatan dan ketahanan kulit Fisher et al., 2008. Extracellular Matrix diperkuat oleh serat
padat kolagen yang merupakan jaringan stabil dan padat, tertanam dalam cairan proteoglikan konsentrasi tinggi.
Sebuah bukti menunjukkan bahwa interaksi antara sel-sel, seperti fibroblast dan ECM adalah penting untuk fungsi sel. Pada kulit muda yang sehat, fibroblas
dermal melampirkan fibril kolagen melalui transmembran reseptor integrin. Keterlibatan integrin dengan ECM memicu pembentukan kompleks adhesi focal,
yang merupakan pasangan ECM ke sitoskeleton aktin intraseluler. Mesin aktin cytoskeletal menghasilkan kekuatan mekanik yang menentukan bentuk sel, yang
pada gilirannya sangat mempengaruhi fungsi fibroblast Fisher et al., 2008.
Pada penuaan, fibril kolagen dermal menjalani enzyme-catalyzed cleavage. Proses degeneratif ini, mempengaruhi lingkungan mikro mekanik dermis dan
mengganggu proses fibroblast ke ECM, sehingga kekuatan mekanik berkurang. Akibatnya, fibroblas kulit berusia memperlihatkan sitoplasma runtuh dan bentuk
bulat, yang kontras dengan penyebaran bentuk fibroblast pada kulit muda. Jalur sinyal TGF-
β dipengaruhi oleh kekuatan mekanik dan penting untuk fungsi fibroblast dermal. TGF-
β merupakan sitokin multifungsi yang bertindak melalui reseptor kompleks yang terdiri dari tipe I, II, dan III reseptor TGF-
β. TGF-β menginduksi faktor pertumbuhan jaringan ikat CTGF CCN2, mengatur fungsi
fibroblast, termasuk sintesis prokolagen tipe I dan protein ECM lainnya. Fibroblas pada penuaan, penurunan sinyal TGF-
β-mediated dan CTGF CCN2 menyebabkan penurunan produksi kolagen Quan et al., 2013.
Secara klinis, gangguan fungsi fibroblas dan penurunan sintesis kolagen, menyebabkan atrofi, kerutan, dan kerapuhan pada kulit menua. Penelitian
menunjukkan bahwa fungsi fibroblast pada penuaan kulit bisa dirangsang dengan meningkatkan dukungan struktural ECM yaitu mengisi ruang dengan asam
hialuronat, yang merupakan komponen dari matriks ekstraselular dalam semua jaringan. Asam hialuronat terdiri dari rantai disacharide dengan berat molekul
mulai dari 500,000-6,000,000 yang membuat ikatan silang dengan butanadiol diglisidil eter Quan et al., 2013.
Extracellular Matrix terbuat dari: 1.
Kolagen fibrin yaitu tendon dan kartilago. 2.
Glikoprotein yaitu laminin dan fibronektin.
3. Proteoglikan, protein inti, 90 oligosakarida.
4. Hyaluronan yang merupakan polisakarida anionik.
Extracellular Matrix berfungsi sebagai: 1.
Lapisan dasar yang menghubungkan sel epitelialsel endotel. 2.
Jaringan ikat penghubung antar sel. 3.
Sebagai signal ke sel-sel untuk bergerak danatau bertumbuh.
Gambar 2.2 Extracellular Matrix Cummings, 2004
2.2.1.2.2 Kolagen
Kolagen adalah triple helical protein yang tersebar di seluruh tubuh dan mempunyai berbagai fungsi seperti pengikat jaringan, adesi sel, migrasi sel,
pembentukan pembuluh darah baru angiogenesis, morfogenesis jaringan dan perbaikan jaringan. Kolagen adalah elemen yang membentuk matriks ekstraseluler
jaringan, yang berguna untuk kekuatan tegang jaringan seperti tendon, tulang,
tulang rawan dan kulit. Kolagen juga mempunyai fungsi yang berkaitan dengan lokasinya, misalnya membran basalis pada glomerulus ginjal yang berfungsi
untuk filtrasi molekul. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur namun dengan bertambahnya usia menjadi stabil dan keras. Kolagen merupakan
suatu protein fibrous, 70-80 berat dari dermis, komponen terpenting dari dermis. Fibril dan mikrofibril yang tersusun sejajar dan saling bersilangan merupakan
komponen pembentuk struktur kolagen. Jenis kolagen terbanyak di kulit adalah kolagen tipe 1, kulit juga mengandung kolagen III, V, VI, elastin, proteoglikan
dan fibronektin. kolagen terdiri dari 3 polipeptida rantai α dengan konformasi
poliprolin yang panjang seperti rantai helix dan kaku. Setiap rantai polipeptida memiliki pengulangan Gly-X-Y triplet dimana residu glycyl menempati setiap
posisi ketiga dan posisi X dan Y ditempati oleh prolin dan 4-hidroksiprolin. K
etiga rantai α saling berikatan melalui ikatan rantai hidrogen Kadler et al., 2007. Sintesis kolagen dirangsang oleh asam retinoat dan dihambat oleh IL-1,
glukokortikoid, D-penicillamine, radiasi ultraviolet Jain, 2012. Kolagen disintesis dari fibroblas dalam bentuk prekursor kolagen yaitu
prokolagen. Sisa prolin dalam rantai prokolagen diubah menjadi hidroksiprolin oleh enzim prolyl hydroxylase, dan sisa lisin pada rantai prokolagen juga diubah
menjadi hidroksisilin oleh enzim lysyl hydroxylase. Kedua reaksi ini memerlukan
Fe, vitamin C, dan α-ketoglutarat Baumann et al, 2009.
Gambar 2.3 Serat Kolagen Myllyharju et al., 2001 Struktur kolagen terbagi menjadi beberapa tipe. Kolagen tipe I adalah kolagen
dominan pada kulit manusia terdapat 85-90 total dermis kulit dan tendon. Kolage
n ini memiliki dua rantai α α1 dan α2. Kolagen tipe II banyak ditemukan pada vitreus humour dan kartilago. Kolagen tipe I dan tipe II berfungsi untuk
kelenturan dermis. Kolagen tipe III hanya 10 terdapat pada dermis, selebihnya terdapat pada gastrointestinal, vaskuler dan fetal skin. Kolagen tipe III terdiri dari
3 rantai α, yaitu hidroksiprolin, glisin dan residu sistein. Kolagen tipe IV terdapat pada DEJ terutama pada lamina densa dan terdiri dari rantai α1 dan α2,
heterotrimer dan homopolimer. Kolagen tipe V terdiri dari 4 rantai beda dan terletak pada ubiquitous. Kolagen tipe VI yang banyak terdapat pada aorta dan
plasenta memiliki 3 rantai α, ujungnya merupakan bagian globuler. Kolagen tipe VI berfungsi untuk stabilisasi susunan serat kolagen. Kolagen tipe VII terletak
sebagai anchoring fibril DEJ, yang terdiri dari satu rantai α dan memiliki ikatan disulfide dalam rantai. Kolagen tipe VIII terdiri dari dua rantai α, yang terdapat
pada membrane descement kornea. Kolagen tipe IX-XII terdapat di kartilago, sedangkan kolagen tipe XV-XVI terdapat pada plasenta. Kolagen tipe XVII
terdapat pada hemidesmosom DEJ Jain, 2012.
Biosintesis Kolagen
Pembentukan rantai pro α yang merupakan prekursor kolagen diawali dengan sintesis rantai prepro α, sebuah polipeptida yang mengandung sekuen signal
amino terminal. Rantai prepro α dirubah menjadi rantai pro α pada retikulum endoplasma kasar RER, kemudian akan terjadi proses hidroksilasi residu prolyl
dan lysyl yang dimulai saat rantai pro α terbentuk, dengan bantuan enzim prolyl
hydroxylase dan Lysil hydroxylase dan sebagai kofaktor adalah O2, Fe, α-
ketoglutarat dan asam askorbat. Proses selanjutnya adalah glikosilasi. Kolagen adalah glikoprotein yang
mengandung residu galaktosil dan glukosilgalaktosil, glikosilasi terjadi setelah sintesis hidroksilisin sampai dengan terbentuk tripel helix pada RER, proses ini
terjadi dengan bantuan enzim galactosyl-transferase dan glucosyl-transferase, namun fungsi dari residu gula ini belum diketahui. Kemudian akan terjadi proses
assembly dan sekresi dimana tiga rantai pro α berikatan menjadi prokolagen,
kecepatan proses ini bervariasi tergantung dari jenis kolagen. Prokolagen akan di transfer ke aparatus golgi, di dalam aparatus golgi akan terbentuk vesikel
sekretoris yang akan menyatu dengan membran plasma kemudian mengeluarkan prokolagen ke matrix ekstraselular. Di matrix ekstraselluler akan terjadi
pemutusan rantai prokolagen oleh enzim procollagen N-proteinase dan procollagen C-proteinase lalu terbentuk struktur tripel helix yang disebut
tropokolagen. Tropokolagen secara spontan bersatu satu sama lain membentuk serat kolagen, namun serat tunggal tidak dapat berfungsi sebagai elastisitas kulit,
sehingga serat kolagen bersatu membentuk cross link dengan bantuan enzim
oxydase lysyl. Struktur cross link ini akan membentuk kolagen matur Yaar dan Gilchrest, 2008.
Gambar 2.4 Biosintesis kolagen Albert et al., 1994
2.2.1.3 Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel lemak. Pada lapisan ini terdapat ujung saraf, pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Sel
lemak merupakan sel bulat besar dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel berkelompok ini dipisahkan antara satu sama lainnya dengan
trabekula yang berfibrosa. Ketebalan lemak pada lapisan hypodermis ini bervariasi. Area lengan atas memiliki lapisan lemak yang lebih tebal, sedang
kelopak mata memiliki lapisan lemak yang tipis. Hal ini sudah ditentukan sesuai dengan fungsinya. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus yaitu yang terletak
di bagian atas dermis pleksus superfisialis dan yang terletak di subkutis pleksus profunda.
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit juga memiliki berbagai fungsi bagi tubuh antara lain adalah :
a. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan yang bersifat fisik atau mekanik, gangguan kimiawi, radiasi sinar ultra violet, gangguan kuman maupun
jamur. Hal ini dikarenakan kulit memiliki bantalan lemak yang tebal dan jaringan penunjangnya yang berperan terhadap gangguan yang bersifat fisik. Terdapatnya
melanosit turut berperan dalam melindungi kulit dari pajanan sinar ultra violet. Keasaman kulit dengan pH 5-6,5 merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri dan jamur.
b. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna dan sisa metabolisme dalam tubuh. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit
menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.
c. Fungsi persepsi
Fungsi persepsi ini disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
d. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Peranan kulit dalam pengaturan suhu tubuh terjadi dengan cara mengeluarkan keringat.