dari elektron yang mempunyai susunan tidak berpasangan sehingga bersifat sangat tidak stabil. Agar menjadi stabil, elektron yang tidak mempunyai pasangan akan
mencari elektron lain untuk dijadikan pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang molekul terdekatnya untuk mendapatkan elektron dan terjadilah reaksi
berantai menyebabkan kehancuran molekul lain yang semakin lama merusak jaringan luas. Bila mengenai DNA terutama pada mitokondria didalam sel, radikal
bebas tersebut akan menggangu metabolisme sel dan memicu terjadinya mutasi sel yang menimbulkan perilaku menyimpang dari sel. Kerusakan karena radikal
bebas ini membuat tubuh menua dan memicu timbulnya berbagai macam penyakit keganasan yang berujung pada kematian.
Molekul dalam tubuh yang diketahui dapat dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak, dan protein Suryohusodo, 2000. Pada kulit, radikal bebas akan
merusak kolagen dan elastin yang merupakan suatu protein pelindung kulit agar tetap fleksibel, elastis, lembab, dan halus. Jaringan kulit terutama pada daerah
wajah yang paling sering mengalami kerusakan akibat radikal bebas, dimana akan terbentuk lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama dan
terus menerus oleh radikal bebas Goldman dan Klatz, 2003.
2.1.1.3 Teori Kerusakan DNA
Berdasarkan teori kerusakan DNA, jika DNA dengan kerusakaan akibat radikal bebas tidak sepenuhnya diperbaiki, hal tersebut akan membuat ekspresi
gen menurun hingga kematian sel. Kerusakan DNA yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terakumulasi akan mengganggu fungsi jaringan sehingga
merangsang proses penuaan.
Sebuah studi melaporkan bahwa tikus albino memiliki umur lebih pendek daripada manusia dan peningkatan kerusakan DNA otak karena proses penuaan
juga mendukung hipotesis. Selain itu, telah diketahui bahwa kemampuan tubuh manusia untuk memperbaiki sel normal yang terganggu dan kerusakan DNA
akibat penuaan berhubungan dengan usia manusia itu sendiri Park, 2013.
2.1.1.4 Teori Program Genetik
Menurut teori program genetik, proses penuaan telah terprogram sejak manusia itu terlahir sampai menjadi tua dan akhirnya meninggal. Teori ini
didukung oleh fakta bahwa usia rata-rata manusia terus menerus meningkat dalam 100 tahun terakhir tanpa perubahan besar pada usia maksimum manusia. Teori ini
berpendapat bahwa penuaan terjadi karena adanya perpanjangan sinyal genetik kehidupan dari telur yang dibuahi ke tahap dewasa. Orang-orang yang mendukung
teori ini percaya bahwa gen penuaan mengontrol proses penuaan itu sendiri dengan memperlambat atau menghentikan jalur metabolisme biokimia. Gen
penuaan ini diungkapkan pada periode waktu yang berbeda tergantung pada jenis sel. Selama pertumbuhan, banyak sel yang berkembang sementara banyak pula sel
yang tidak perlu menghilang pada waktu yang sama Troen, 2003; Hasty et al., 2002.
2.1.1.5 Teori Endokrin
Teori endokrin mengasumsikan bahwa gangguan sistem kelenjar endokrin- hipotalamus-hipofisis yang mengatur homeostatis dalam tubuh adalah penyebab
utama penuaan dan selanjutnya memiliki banyak efek pada fungsi fisiologis dalam tubuh. Umumnya hormon endokrin berpartisipasi dalam mengendalikan
pertumbuhan, metabolisme, suhu, peradangan, dan stres. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian pada hewan, yang menunjukan bahwa umur hewan dengan
menopause, andropause, dan somatopause dapat diperpanjang dengan pemberian hormon yang sesuai. Sistem endokrin mengambil bagian dalam pengendalian
fungsi organ tubuh dan manusia berperan penting pada terapi sulih hormon, maka proses penuaan dapat diperlambat atau bahkan dicegah Tatar et al., 2003.
2.1.2 Gejala Klinis Penuaan