49
prinsip keagamaan lebih fanatik atau menurut Pdt. Damanik di Poso seakan muncul “sekte baru” pasca konflik ini.
21
Kenyataan lain yang menjadi masalah pasca konflik ini adalah makin teritegrasinya tata ruang daerah dimana semakin banyaknya daerah yang
hanya didominasi oleh agama tertentu. terkotak-kotaknya daerah Muslim dan Kristen ini menghambat proses interaksi dalam membangun kembali kebersamaan dalam tanah Poso.
Konflik Poso secara terbuka dan horizontal telah berakhir dan jika di lihat secara umum keamanan dan perdamaian telah tercipta. Tetapi jika melihat kenyataan dilapangan
keamanan dan perdamaian belum benar-benar tercipta. Hal itu dapat dilihat dari sebagian pengungsi konflik Poso yang sampai saat ini belum bisa kembali kedaerah asalnya juga
dengan masih ada terjadi penembakan-penembakan walaupun pelakunya hanya sebagaian kelompok kecil saja.
22
Pola konflik yang dulu bersifat terbuka dan horisontal berubah menjadi konflik tersebut tertutup keadaan ini juga yang mengikis kepercayaan masyarakat
kepada peran pemerintah dan aparat keamanan dalam menjaga keamanan dan perdamaian di Poso.
23
Berdasarkan kenyataan diatas sekarang ini konflik boleh dikatakan telah mereda, setidaknya dalam tingkat permukaan, dan kini memasuki masa pasca konflik. Walaupun
konflik yang terjadi Poso sudah berlalu sekitar 14 tahun dan situasi menjadi relatif aman, masyarakat mengahadapi masalah-masalah baru dalam kehidupan pribadi dan sosial.
E. Pemahaman Mengenai Sintuwu Maroso
Semboyang
sintuwu maroso
sudah sangat akrab dalam masyarakat di Kabupaten Poso Makna
sintuwu maroso
tidak saja bagi masyarakat yang luas dan bagi penyelanggaraan
pemerintahan dalam
kaitannya dengan
upaya mewujudkan
21
Wawancara dengan Pdt.Damanik, pada tanggal 27 Januari 2014.
22
Wawancara dengan Pdt. Ompi, pada tanggal 24 Januari 2014.
23
Wawancara FGD, pada tanggal 19 Januari 2014.
50
kesejahteraan bersama tetapi juga bagi kehidupan setiap keluarga dalam masyarakat. Budaya
Sintuwu maroso
merupakan budaya lokal masyarakat Poso yang mengandung nilai-nilai yang sangat di yakini bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai suatu
sistem nilai budaya,
sintuwu maroso
berfungsi sebagai pedoman atau pandangan hidup falsafah hidup baik dalam bentuk sikap mental maupun dalam cara berpikir dan
bertingkah laku, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat juga termaksud bagi para pemimpin atau tokoh-tokoh dalam masyarakat.
Sintuwu maroso
dikenal sebagai filosofi orang Poso. Cikal bakal
sintuwu maroso
berasal dari
mesale
yang dilakukan oleh
Tau piamo
orang tua dulunenek monyang. Di sana merasa sebeban, sepenanggungan, seperasaan, sependeritaan. Mesale dilakukan di
kebun, sawah, bangun rumah, membuat pagar kampung secara sama-sama berkerja, tidak menuntut balas dan itu rutin dilakukan. Kata mesale kemudian berkembang sehingga
munculah
sintuwu maroso
.
24
Sintuwu maroso
berasal dari dua kata yaitu
sintuwu
, dan
maroso
. Dengan asal kata
tuwu
yang berarti hidup. Kata ini bisa dilihat sebagai sebuah kata sifat dan sekaligus juga intransitif. Dalam komposisi bahasa Pamona, Pemberian imbuhan
sin
terhadap sebuah kata kerja merupakan kasus khusus bagi beberapa kata kerja. Dengan mendapat imbuhan
sin
maka kata kerja itu menunjuk pada perilaku timbal balik dari dua subjek yang berhadap-hadapan. Sehingga kata
sintuwu
berarti saling menghidupkan.
25
Dengan demikian
sintuwu
mengandung makna kesedian untuk berbagi kehidupan dengan orang lain dengan orang lain demi kehidupan itu sendiri. Hal ini didasarkan pada pola
kehidupan kolektif yang menyebabkan semua orang harus berjalan bersama, menanggung beban bersama, menghadapi ancaman dan tantangan bersama, dan bahkan memiliki
24
Wawancara dengan Pdt. L. Meringgi, pada tanggal 22 Januari 2014.
25
Tony Tampake, Redefinisi Tindakan Sosial …, 221.
51
perasaan yang sama. Inilah dasar solidaritas sosial orang Poso dalam kehidupan mereka sebagai sebuah masyarakat dan yang sekaligus membentuk identitas kolektif mereka.
26
Maroso
yang berarti kuat. Jadi
sintuwu maroso
secara etimologis berarti hidup yang kuat atau dengan hidup secara bersama kita menjadi kuat. Dengan dua komponen besar dari
kata
sintuwu
yaitu
sintuwu mate
dan
sintuwu raya pande
.
27
Persatuan yang kuat disini bukan berarti membentuk satu kelompok-kelompok tertentu untuk memperkuat diri akan
tetapi membaur bersama dalam masyarakat dalam berbagai perbedaan.
28
Sintuwu maroso
mempunyai nilai utama dan nilai pilihan. Nilai utama yaitu mengenai kesabaran, kejujuran, saling menghidupi dan membangun. Nilai pilihan seperti
jangan membuat malu, kepatuhan, dan keteguhan hati. Jadi kedua nilai ini yang membentuk perangai kehidupan orang Poso.
29
Sintuwu maroso
mengandung unsur-unsur spontanitas, pamrih dan kewajiban sosial yang bertujuan untuk menciptakan suatu
ketahanan sosial dalam masyarakat Poso. Budaya
sintuwu maroso
terkait erat dengan adat yang hidup dalam masyarakat Adat Pamona akan tetapi semboyang atau motto
sintuwu maroso
selama ini hanya sebatas semboyang belaka. Dalam hasil diskusimusyawarah adat Pamona Poso dan diskusi adat se-
Kabupaten Poso pada tahun 2011, lembaga adat Pamona Kabupaten Poso merumuskan nilai-nilai budaya
sintuwu maroso
dan nilai-nilai operasional
sintuwu maroso.
Hal itu dilakukan karena didorong oleh kesadaran bahwa nilai-nilai dari
sintuwu maroso
sudah
26
Ibid., 222.
27
Wawancara dengan P.J Marola, pada tanggal 21 Januari 2014.
28
Wawancara dengan D.Tampudu, pada tanggal 18 Januari 2014.
29
Wawancara Pdt.L. Meringgi, pada tanggal 22 Januari 2014.
52
banyak yang ditinggalkan oleh masyarakat dan tidak lagi dianggap sebagai suatu yang harus dipertahankan bahkan dilestarikan.
30
F. Kedudukan Budaya Sintuwu Maroso