Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Melayu sebanyak 18.6 kasus, Suku Jawa sebanyak 7.0 kasus dan yang paling sedikit didapatkan pada pasien Suku Aceh sebanyak 2.3 kasus Tabel 5.3. Menurut Badan Pusat Statistik BPS tahun 2011, jumlah populasi suku batak pada tahun 2000 berjumlah 4.827.000 dari 11.649.655 41.44 penduduk Sumatera Utara, dengan perkiraan pada tahun 2010 Suku Batak di Sumatera Utara menjadi 5.602.000 penduduk dari 12.982.204 41.4 penduduk di Sumatera Utara dan merupakan suku dengan penduduk terbanyak di Sumatera Utara. Dengan besarnya jumlah penduduk Suku Batak di Sumatera Utara maka memungkinkan untuk tingginya jumlah penderita kanker laring yang berasal dari Suku Batak di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014. Dilihat dari segi pekerjaan responden, hasil penelitian diperoleh bahwa responden terbanyak adalah pekerjaan petani sebanyak 30.2 kasus, pegawai swasta 23.3 kasus, pegawai negeri 16.3 kasus, buruh bangunan 14 kasus, buruh pabrik cat, buruh pabrik kayu dan tidak bekerja masing-masing 4.7 kasus dan pengayuh becak 2.3 kasus Tabel 5.9. Berbeda dengan hasil penelitian Ernawati 2013, didapati pekerjaan terbanyak sebagai wiraswasta sebanyak 38.9 kasus dan pekerjaan petani sebanyak 22.2 kasus. Mengenai hal ini, peneliti berpendapat bahwa kanker laring dapat terjadi karena paparan pada tempat kerja atau pekerjaan. Seringnya terpapar oleh debu kayu, uap cat, dan zat kimia tertentu yang digunakan pada industri metal, minyak, cat, dan kayu dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker laring American Cancer Society, 2014. Besarnya jumlah penderita kanker laring yang bekerja sebagai petani dikarenakan paparan dari insektisida yang dipakai oleh petani sehari-harinya. Insektisida mengandung bahan kimia seperti dichlorodiphenyl trichloroethane DDT yang memberikan efek bagi kesehatan. DDT dapat mengakibatkan penurunan dari produksi sel NK pada binatang percobaan namun tidak mempengaruhi respon imun humoral. Di Amerika Serikat, dijumpai adanya peningkatan risiko non-hodgkin lymphoma dan kanker paru Longnecker et al, 1997. Dilihat dari segi riwayat keluarga responden, hasil penelitian diperoleh bahwa 4.7 kasus didapati memiliki riwayat keluarga penyakit kanker Tabel 5.4. American Cancer Society 2014, menunjukkan orang-orang yang memiliki kelainan yang diturunkan pada gen tertentu memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker leher, termasuk kanker laring. Menurut teori vogelstein tentang inaktivasi tumor supresor gen atau aktivasi proto-onkogen, salah satu teori onkologi, dan sudah dievaluasi pada kanker laring. Perubahan genetik pada kromosom regio 9p21 dapat mengakibatkan perubahan awal dan berkelanjutan dari mukosa abnormal pre- neoplastik ke kanker yang invasif. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada gen p16 yang mengatur siklus sel. Kegagalan pada kematian sel yang terprogram dan apoptosis merupakan awal dari sel tumor yang imortal Cummings CW, 2005. Dilihat dari status merokok responden, hasil penelitian diperoleh 88.4 kasus merupakan perokok. Dari total responden yang merokok didapati semua responden telah merokok selama lebih dari 20 tahun Tabel 5.5. Sedikit berbeda dengan penelitian Ernawati 2013, didapati 58.3 kasus merupakan perokok. Mengenai hal ini, peneliti berpendapat bahwa gaya hidup merokok dewasa ini semakin marak dan dibutuhkan kesadaran akan kesehatan kepada setiap lapisan masyarakat. Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya kanker laring. Kebanyakan penderita kanker laring mempunyai riwayat merokok atau paparan tembakau dengan cara lain American Cancer Society, 2014. Dilihat dari status konsumsi alkohol responden, hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 74.4 kasus dan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 25.6 kasus. Dari total responden yang mengkonsumsi alkohol didapatkan yang mengkonsumsi alkohol selama lebih dari 20 tahun sebanyak 46.8 kasus, selama 10-20 tahun sebanyak 50 kasus dan kurang dari 10 tahun sebanyak 3.2 kasus Tabel 5.6. Berbeda dengan hasil penelitian Ernawati 2013, didapati penderita kanker laring yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 16.7 kasus. Mengenai hal ini, peneliti berpendapat bahwa kurangnya kesadaran responden terhadap bahaya konsumsi alkohol menyebabkan tingginya angka penderita kanker laring. Mengkonsumsi 50 gram alkohol murni per hari dihubungkan dengan 2-3 kali risiko lebih tinggi terkena kanker laring dibandingkan dengan non-peminum Baan et al. Dilihat dari segi riwayat GERD responden, hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki riwayat GERD sebanyak 18.6 kasus. Dari total responden yang memiliki riwayat GERD didapati yang memiliki riwayat selama 10-20 tahun sebanyak 87.5 kasus, selama lebih dari 20 tahun sebanyak 12.5 kasus dan tidak ditemukan dibawah 10 tahun Tabel 5.7.Sejalan dengan penelitian Koufman yang melaporkan bahwa 31 pasien kanker laring didapati 84 dijumpai GERD Koufman JA, 1991 dalam Cummings CW, 2005. Naiknya asam lambung ke esofagus GERD menyebabkan terjadinya peradangan heartburn pada sel epitel skuamosa pada laring, bila hal ini terjadi secara terus-menerus maka terbentuk sel yang abnormal, hal ini diyakini merupakan suatu proses sel untuk menjadi sel kanker American Cancer Society, 2014. Dilihat dari segi riwayat infeksi HPV, hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki riwayat infeksi HPV sebanyak 2.3 kasus Tabel 5.8. Berbeda dengan penelitian Clayman et al, yang menemukan bahwa 42.7 kasus kanker laring merupakan pasien yang positif HPV. Informasi tentang HPV masih kurang jelas pada kanker laring, karena banyaknya studi yang menggunakan teknik yang berbeda-beda dan hasil sensitivitas dan spesifitas yang beragam Cummings CW, 2005. Human Papilloma virus HPV ditemukan pada banyak lesi di regio kepala dan leher, termasuk pada karsinoma sel skuamosa. HPV tipe 16 dan 18 diketahui sebagai risiko mayoritas untuk terjadinya kanker serviks. ini diyakinkan karena protein virus E5 dan E6 yang mendegradasi p53. Enzim ini berhubungan dengan integritas gen, proliferasi, dan apoptosis yang mana sangat penting dalam mencegah kematian sel kanker Cummings CW, 2005.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang gambaran faktor- faktor risiko kanker laring di RSUP. H. Adam Malik Medan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jumlah penderita kanker laring yang terbanyak adalah usia 51-60 tahun 62.8. 2. Jumlah penderita kanker laring yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki 90.7. 3. Jumlah penderita kanker laring yang terbanyak adalah Suku Batak 72.1. 4. Jumlah pekerjaan terbanyak penderita kanker laring adalah petani 30.2. 5. Penderita kanker laring yang mempunyai riwayat keluarga adalah sebesar 2 4.7 kasus. 6. Jumlah penderita kanker laring yang merupakan perokok adalah 38 88.4 kasus. Lama merokok penderita kanker laring yang paling banyak ditemukan adalah lebih dari 20 tahun 100. 7. Jumlah penderita kanker laring yang mengkonsumsi alkohol adalah 32 74.4 kasus. Lama konsumsi alkohol yang paling banyak ditemukan adalah lebih dari 10-20 tahun 37.2. 8. Jumlah penderita kanker laring yang memiliki riwayat GERD adalah sebanyak 8 18.6 kasus. Lama memiliki riwayat GERD yang paling banyak ditemukan adalah 10-20 tahun 87.5. 9. Jumlah penderita kanker laring yang mempunyai riwayat HPV pada laring adalah sebanyak 1 2.3 kasus.

6.2 Saran

1. Karena etiologi terjadinya karsinoma laring masih belum jelas maka dibutuhkan penelitian selanjutnya secara kohort untuk melihat bahan karsinogenik tertentu yang paling berperan menyebabkan karsinoma laring. 2. Diharapkan kepada para petugas kesehatan dan organisasi masyarakat aktif memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang bahayanya merokok dan alkohol.