21
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
18
Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 ayat 2 tersebut bahwa konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir.
Pengertian yang terdapat dalam UUPK dipertegas hanya untuk konsumen akhir. Konsumen akhir adalah penggunaan atau pemanfaatan akhir dari suatu
produk. Dari pengertian ini, terkandung beberapa unsur, yaitu : 1.
Setiap orang natuurlijke person atau pribadi kodrati dan bukan berbentuk badan hukum recht person;
a Pemakai dalam hal ini ditekankan pada pemakai akhir;
b Barang danatau jasa;
c Tersedia dalam masyarakat;
d Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain; e
Barang danatau jasa tersebut tidak untuk diperdagangkan.
b. Pengertian Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang sangat luas, perlindungan konsumen meliputi perlindungan konsumen terhadap barang danatau jasa, yang
berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang danatau jasa hingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang danatau jasa tersebut.
19
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum
18
Az Nasution, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta. h. 10.
19
Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. h.10.
22
yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri. Perlindungan konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan pengunaan produk
konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.
20
c. Pengertian Pelaku Usaha
Pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir,
dan pengecer professional yaitu setiap orang atau badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen.
21
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang disebut pelaku usaha yaitu, “setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik
Indonesia, baik
sendiri maupun
bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Dalam
penjelasan undang-undang yang termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.
Menurut Janus Sidabalok, pelaku usaha dapat diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya
pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer professional, yaitu setiap orang atau
20
Az Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Yogyakarta, h. 22.
21
Janus Sidabalok, 2000, Pengantar Hukum Ekonomi, Bina Media, Medan, h.99.
23
badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen. Sifat profesional merupakan syarat mutlak dalam hal menuntut
pertanggungjawaban dari produsen atau pelaku usaha.
22
2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Menurut norma hukum positif Indonesia landasan yuridis tertinggi terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, yakni Pasal 27 ayat 1. Dalam ketentuan
tersebut dinyatakan, bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
dengan tidak ada kecualinya. Pasal tersebut pada dasarnya memberi landasan konstitusional bagi perlindungan konsumen di Indonesia. Karena dalam ketentuan
tersebut sudah jelas dinyatakan bahwa kedudukan hukum semua warga Negara adalah sama atau sederajat equality before the law. Sebagai warga Negara,
kedudukan hukum konsumen tidak boleh rendah dari pada produsen atau pemasar produksi produsen. Mereka memilih hak-hak yang seimbang satu sama lainnya.
Mengingat luasnya pokok bahasan hukum perlindungan konsumen itu, maka sangat sulit memberikan sistematika yang lengkap. Objek material hukum
perlindungan konsumen mencakup semua lapangan hukum pada umumnya. Pembagian bidang-bidang hukum perlindungan konsumen dan beragam jenis
peraturan yang melingkupi, menurut adanya konsistensi, baik dalam dalam substansi maupun penerapannya dilapangan. Untuk mencegah hal itu sangat
diperlukan adanya umbrella act. Adapun aturan-aturan lain, baik yang setingkat
22
Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Cet. I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. h.9
24
dengan Undang-Undang maupun yang di bawahnya, merupakan pengaturan yang bersifat lebih sektoral. Peraturan yang disebut sebagai umbrella act adalah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disingkat dengan UUPK, yang disahkan pada tanggal 20 April 1999,
tetapi baru diberlakukan satu tahun kemudian tanggal 20 April 2000. Penundaan ini dianggap perlu untuk melengkapi berbagai pranata hukum yang diberlakukan.
UUPK sendiri dalam penjelasan umumnya menyebutkan sejumlah Undang-Undang yang dapat dikategorikan sebagai peraturan hukum sektoral.
Undang-Undang tersebut telah ada mendahului UUPK. Untuk memberikan gambaran pengaturan hukum perlindungan konsumen secara komprehensif dalam
hukum positif Indonesia. 2.1.3
Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha a.
Hak dan Kewajiban Konsumen
Dalam pengertian hukum, yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.
23
Secara umum, dikenal adanya empat hak dasar konsumen, hal ini mengacu pada Presiden Kennedy’s 1992 Consumer’s Bill of Rights yang dikemukakan oleh
Sidarta yaitu : 1.
Hak untuk mendapat keamanan The right to safety;
23
Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h.38
25
2. Hak untuk mendapat informasi The right to inform;
3. Hak untuk memilih The right to choose;
4. Hak untuk didengar The right to be heard.
24
Empat hak dasar tersebut diakui secara internasional, dalam perkembangannya dalam organisasi-organisasi konsumen yang tergabung pada
International Organization Consumer Union IOCO menambahkan beberapa hak seperti, hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian,
dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
25
Dalam UUPK juga terdapat hak-hak konsumen untuk menjamin adanya perlindungan konsumen yang
tercantum pada Pasal 4 UUPK, yaitu : Hak-hak konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang danatau jasa; b.
hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan; c.
hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa
yang digunakan; e.
hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; h.
hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya; i.
hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
24
Sidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h. 16.
25
Ibid.
26
Kewajiban konsumen juga diatur dalam Pasal 5 UUPK, yaitu : Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melaksanakan transaksi pembelian barang
danatau jasa; c.
membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d.
mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak dan kewajiban pelaku usaha juga telah diatur dalam UUPK. Dalam Pasal 6 UUPK merumuskan hak-hak pelaku usaha yaitu :
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik; c.
hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya. Kewajiban pelaku usaha terdapat di dalam Pasal 7 UUPK, yaitu :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan pengunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, dan jujur serta
tidak diskriminatif; d.
menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau
jasa yang berlaku; e.
memberi kesempatan pada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau
garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan;
27
f. memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang
danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung