BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini sulit sekali mencari negara atau wilayah yang tidak tersentuh oleh budaya yang bersumber dari luar daerah itu, meskipun di
daerah-daerah terpencil. China dan Rusia yang dahulu dikenal sebagai negara yang tertutup, kini sudah tidak lagi mampu menahan gempuran
derasnya budaya luar. Arus globalisasi budaya seakan sudah tidak lagi dapat terbendung oleh negara manapun, termasuk Indonesia. Globalisasi
budaya yang begitu terlihat adalah pada 3 F food, fashion dan fun makanan, mode dan hiburan.
Orang Indonesia, saat ini tidak lagi hanya memakan makanan khas Indonesia saja. Makanan fried chicken ayam goreng ala Amerika begitu
mudahnya didapatkan di sudut-sudut kota bahkan sampai ke desa. Produk-produk minuman dan buah-buahan yang berasal dari luar negeri
sudah dapat dinikmati oleh masyarakat pribumi. Saat ini ada kota-kota tertentu yang menjadi kiblat mode dunia,
terutama mode pakaian dan rambut. Busana rancangan perancang kelas dunia dapat pula dipakai warga kota di Indonesia. Demikian juga gaya
rambut pesepak bola Cristiano Ronaldo sudah menjadi tren anak-anak muda di kota, termasuk di Medan.
Ciri lain dari telah berkembangnya globalisasi kebudayaan antara lain ditandai dengan :
1.
Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
2.
Penyebaran prinsip multikebudayaan multiculturalism, dan
kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
3.
Berkembangnya turisme dan pariwisata. 1
4.
Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
5.
Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
6.
Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
7.
Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
8.
Meningkatkan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa
1
Banyak faktor yang diduga memberikan andil atas percepatan terjadinya globalisasi budaya, diantaranya adalah transportasi, kunjungan
orang-orang asing dan sebagainya. Namun secara khusus Sztompka menyebutkan homogenisasi kultur pada skala global umumnya melalui
televisi. Imperialisme media melalui televisi mengubah dunia menjadi dusun global.
2
Menonton televisi, menurut analisis teori kultivasi seseorang setelah ia menonton tayangan kekerasan di televisi tidak langsung ia
menjadi pelaku kekerasan. Efek dari menyaksikan tayangan kekerasan membuat kita merasa takut, karena tayangan kekerasan di televisi
mampu menanamkan gambaran di dalam otak mengenai dunia yang jahat dan berbahaya
3
. Artinya menyaksikan tayangan televisi akan semakin menyuburkan budaya global.
Pada kenyataan seperti ini, maka pola menonton televisi akan memberikan dampak terhadap terbentuknya globalisasi budaya. Semakin
tinggi penggunaan televisi kemungkinan terjadinya percepatan globalisasi akan semakin cepat.
1
http:id.wikipedia.orgwikiGlobalisasi , diakses tanggal 24 Agustus 2013
2
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial Jakarta: Prenada Media, 2005, h. 109
3
Morrisan, Teori Komunikasi Massa Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010, h. 108
Di Indonesia sendiri kecenderungan orang memanfaatkan televisi sebagai media informasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil Susenas 2000
memperlihatkan kecenderungan masyarakat rata-rata secara nasional dalam hal mendengarkan radio 43,3, membaca koran 17 dan
menonton televisi 78,9. Pada tahun 2005-2006 survey yang dilakukan oleh lembaga lain ada kecenderungan peningkatan pengguna televisi
menjadi 80
4
. Hal ini berarti televisi telah menjadi primadona masyarakat.
Goerge Gerbner, seorang pakar komunikasi dan peneliti televisi di Amerika menyebutkan bahwa televisi telah menjadi agama bagi
masyarakat industri, televisi telah menggeser agama-agama konvensional. Khutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah yang lebih besar dari
pada jamaah agama manapun
5
. Televisi sebagai media komunikasi massa merupakan satu kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial
ke arah suatu tujuan yang diinginkan. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh
komunikasi massa melalui televisi dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek televisi
sebagai media komunikasi massa perlu dikaji secara lebih mendalam untuk mengetahui dengan jelas pengaruh dari media televisi tersebut.
Secara empirik, efek atau pengaruh media massa televisi selain memberi efek bagi kemajuan dan pembangunan masyarakat, juga
memiliki andil dalam pembentukan sikap, perilaku dan keadaan masyarakat, seperti berikut ini:
a. Penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat berubah dari tradisional ke modern, dari modern ke post modern dan agamais
menjadi sekuler.
4
Ibid, h. 12.
5
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual Bandung: Mizan, 1995, h. 75.
b. Media massa kapitalis telah memicu hilangnya berbagai bentuk kesenian dan budaya tradisional di masyarakat yang semestinya
dipelihara. c. Terjadinya perilaku imitasi yang kadang menjurus kepada meniru hal-
hal yang buruk dari apa yang dilihat dan saksikan melalui media televisi.
d. Efek media massa sering secara brutal menyerang seseorang dan merusak nama baik orang tersebut serta menjurus ke pembunuhan
karakter seseorang. e. Persaingan media massa yang tidak sehat menyebabkan media massa
mengorbankan idealismenya
dengan menyajikan
berbagai pemberitaan yang justru menyerang norma-norma sosial, sehingga
menyebabkan terciptanya perilaku pelanggaran norma sosial bahkan terciptanya perilaku menyimpang.
f. Penyebaran pemberitaan pornomedia menyebabkan lunturnya lembaga perkawinan dan norma seks keluarga di masyarakat bahkan
memicu terbentuknya penyimpangan perilaku seks di masyarakat. g. Berita kekerasan dan teror di media massa televisi telah memicu
terbentuknya ketakutan massa di masyarakat, masyarakat selalu merasa tidak aman, tidak menyenangkan, dan tidak tentram menjadi
anggota masyarakat tertentu, karena dibayangi ketakutan berita-berita kekerasan dan kriminal yang ditayangkan oleh televisi.
h. Media massa televisi kapitalis telah berhasil mengubah masyarakat dari kota sampai ke desa menjadi masyarakat konsumeris dan
masyarakat yang banyak bermimpi dan pemalas. Hal ini terjadi sebagai akibat dari penayangan berbagai acara televisi yang
menonjolkan gaya hidup mewah ditambah lagi dengan berbagai iklan produk yang menggiurkan pemirsa.
i. Media massa televisi cenderung menjadi alat provokasi sebuah kekuasaan sehingga efek media massa menindas rakyat, bahkan dalam
skala luas, media massa menjadi alat kolonialisme modern, dengan memihak kepada suatu negara adidaya dan menjadi genderang
perang untuk menyerang negara-negara kecil, miskin dan terbelakang.
6
Begitu besar pengaruh televisi terhadap kehidupan manusia baik secara individu maupun masyarakat luas, sehingga media massa televisi
akhirnya melahirkan apa yang disebut dengan mass culture kebudayaan massa. Daya tarik televisi yang cukup besar mampu merubah rutinitas
manusia dan bahkan televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Hal ini tentu tidak mengherankan bila pada suatu saat nanti
kebutuhan hidup manusia menjadi terpola dan terencana secara rutinitas, berdasarkan informasi media televisi yang hadir ke rumah pemirsanya
dengan berbagai sajian informasi dan hiburan. Bukan tidak mungkin pula, manusia akan terbawa arus teknologi komunikasi massa yang pada
akhirnya melepas dan menghilangkan ciri-ciri dan sifat human interest terhadap persoalan masyarakat secara umum. Dalam hal ini, kepentingan
individualistik akan lebih menonjol dalam berbagai hal. Hanya orang- orang yang memiliki aspek ekonomi dan teknologi komunikasi massa
yang dapat menguasai dunia secara tepat dan menguntungkan bagi perluasan kekuasaan individualistik.
7
Siaran televisi tidak serta merta dapat mempengaruhi pemirsa. Dari berbagai kajian, siaran yang dapat berpengaruh terhadap pemirsa adalah
siaran yang dilakukan berulang-ulang. Perulangan yang dimaksud bisa secara utuh diulang seperti iklan, bisa pula pengulangan pesan dengan
format atau adegan yang berbeda.
8
Siaran televisi yang menyampaikan pesan berulang-ulang diantaranya adalah iklan. Salah satu sifat iklan adalah reminder yaitu
6
M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Jakarta : Kencana, 2006, h. 322.
7
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi Jakarta : Rineka Cipta, 1996, h. 29.
8
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung: Rosda Karya, 2002, h. 242.
usaha untuk mengulang-ulang pesan iklan agar konsumen terus ingat tentang pesan serta produk barang dan jasa tertentu.
Selain iklan, siaran televisi yang selalu menyampaikan pesan secara berulang-ulang adalah sinetron. Pesan yang disampaikan berulang-ulang
misalnya pesan karekter pemeran utama, gaya hidup, pakaian dan lainnya.
Pesan yang disampaikan secara berulang-ulang dan terus menerus adalah infotainment. Pada siaran ini pengulangan pesan biasanya
mengikuti alur hidup para tokoh yang disiarkan, sehingga pemirsa dapat tahu cerita kehidupan para selebriti yang disiarkan.
Dengan harga yang terjangkau menjadikan televisi sebagai media massa yang banyak dimiliki orang. Di kota Medan sendiri saat ini sangat
sulit mencari rumah yang tidak memiliki televisi. Bahkan tidak sedikit yang memiliki lebih dari satu dalam setiap rumah. Dengan keadaan yang
seperti ini sangat memungkinkan masyarakat kota Medan mendapat terpaan yang cukup kuat terhadap siaran-siaran televisi.
Indikasi besarnya terpaan iklan bagi masyarakat kota Medan dapat terlihat dengan cepatnya produk baru yang beredar di pasar. Gencarnya
iklan sepeda motor Yamaha di televisi, membuat Yamaha saat ini menjadi kompetitor yang sangat serius dari Honda yang selama ini menjadi market
leader penguasa pasar di kota Medan. Iklan rokok Gudang Garam yang
berani menjadi sponsor utama siaran langsung Liga Inggris di GlobalTV dan MNCTV dahulu TPI, sampai saat ini masih mampu menguasai
pasar rokok di Medan. Sinetron berjudul Tukang bubur naik Haji yang ditayangkan RCTI
hampir setiap malam, saat ini sedang banyak disaksikan oleh pemirsa di kota Medan. Dari pengamatan yang selama ini dilakukan, sinetron ini
banyak digemari pemirsa karena dinilai apa yang dikisahkan memiliki banyak kesamaan dengan apa yang terjadi di tengah masyarakat. Dengan
banyaknya pemirsa yang menyaksikan, sedikit atau banyak akan memberikan pengaruh terhadap sosial budaya masyarakat kota Medan.
Demikian juga halnya dengan infotainment yang disiarkan oleh hampir seluruh stasiun televisi, diduga turut memberikan sumbangan
terhadap perubahan sosial budaya masyarakat kota Medan. Beberapa bulan sebelum Ramadhan 1433 H 2012, infotainment banyak
menayangkan artis Syahrini dengan koleksi baju kaftan model baju dari Mesir. Pada saat lebaran, cukup banyak ibu-ibu dan gadis kota Medan
yang memakai baju kaftan itu. Dua atau tiga tahun sebelum ini, pemakai jilbab panjang dikenal dengan istilah jilbab syra i hanya kalangan
tertentu. Fenomena itu berubah, terakhir ini para ibu dan remaja putri tidak merasa sungkan lagi memakai jilbab syra i karena sudah banyak
artis yang yang memakainya baik di infotainment maupun di sinetron. Globalisasi budaya juga terjadi pada bidang makanan. Gencarnya
iklan pizza hut, dunkin donat dan sejenisnya di televisi, telah merubah budaya masyarakat kota Medan. Roti yang menjadi makanan kesukaan
orang-orang Eropa dan Amerika, kini juga digemari oleh orang-orang di kota Medan. Secara berlahan, makanan asing ini telah mampu menggeser
makanan khas daerah. Bahkan anak-anak muda kota Medan lebih bangga pergi ke tempat penjualan makanan asing, seperti Hoka-hoka Bento,J.co,
Fried Chiken, pizza hut dibandingkan ke warung ayam penyet atau soto
Medan. Demikian juga halnya dengan dunia hiburan yang telah merambah
menjadi bisnis internasional. Sedikt sekali anak-anak Medan yang masih bermain guli kelereng atau layangan. Mereka lebih asyik bermain play
station atau game on line. Para orang dewasa sudah sangat sedikit yang
mau mendengarkan lagu keroncong atau lagu Melayu. Mereka lebih senang mendengarkan lagu-lagu pop atau slow rock. Wahana hiburan dan
rekreasi keluarga juga telah tersentuh globalisasi yang ditandai dengan menjamurnya taman hiburan hillpark atau wahana air seperti waterboom.
Begitu banyaknya indikasi besarnya kontribusi siaran televisi terhadap perubahan sosial budaya. Keadaan seperti ini yang membuat
kajian tentang pengaruh siaran televisi terhadap masyarakat kota Medan menarik dan perlu dilakukan.
B. Batasan Istilah