Masa Gerak Badan 1945 – 1950 Perkembangan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
PJOK SD KK F
47
Setelah tercium berita bahwa Jakarta akan menjadi tuan rumah Asian Games IV, secara struktural Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Biro Olahraga
ditingkatkan menjadi Jawatan Pendidikan Jasmani. Peningkatan itu secara politis dirasa kurang memadai, karena Asian Games diharapkan menjadi forum tempat
bangsa Indonesia membuktikan kemampuannya dengan mencetuskan prestasi tinggi, baik dalam cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan maupun dalam
pengorganisasian serta penyelenggaraan. Ini menuntut pengetahuan, ketrampilan serta kemampuan beroganisasi dan koordinasi.
Kiranya dalam rangka pemikiran demikian, serta keyakinan bahwa olahraga merupakan sarana ampuh menggembleng bangsa menjadi “Manusia Indonesia
Baru”, dibentuklah Departemen Olahraga melalui Keputusan Presiden nomor 1311962. Dalam Keputusan tersebut dinyatakan bahwa olahraga meliputi segala
kegiatanusaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmani maupun rohaniah pada tiap manusia. Diantara tugas-
tugas pokok Departemen Olahraga mengatur, mengkoordinir, mengawasi, membimbing dan dimana perlu menyelenggarakan: 1 Semua kegiatanusaha
olahraga termasuk olahraga di sekolah rendah sampai universitas; 2 Pendidikan tenaga ahli olahraga, seperti guru olahraga, pelatihcoach olahraga dan tenaga ahli
olahraga lainnya yang diperlukan oleh Departemen Olahraga. Karena pelajar sangat potensial sebagai bibit olahragawan serta merupakan ladang
kerja yang cepat memberikan hasil, dikeluarkanlah surat keputusan bersama Menteri Olahraga dan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan yang pada
pokoknya menyatakan keinginan memberikan bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan program olahraga pelajar.
Program tersebut terdiri dari program olahraga wajib dan program olahraga karya. Program olahraga wajib adalah program olahraga yang diberikan kepada siswa
sesuai dengan kurikulum dan dilaksanakan menurut jadwal pelajaran sekolah. Program olahraga karya diberikan diluar jam pelajaran, memberikan kesempatan
kepada siswa yang berbakat untuk mengembangkan bakatnya. Dengan melaksanakan olahraga karya mudah disusun regu untuk pertandingan antar
sekolah.
48
Kegiatan Pembelajaran 1
Dalam persetujuan bersama itu sayang tidak ada pasal-pasal yang menyangkut pembiayaan dan penyediaan fasilitasperalatan. Sebagai catatan dapat dikemukakan
bahwa SK bersama itu dikeluarkan tanggal 23 Desember 1965. Pelaksanaannya belum lagi lancar dan merata, sudah tersusul oleh perubahan susunan departemen
dalam struktur pemerintah. Sebagai pangkat kerja dokumen tersebut telah memberikan jasanya karena ia sebagai pedoman pelaksana, khususnya untuk
persatuan olahraga Pelajar Seluruh Indonesia POPSI yang berjalan terus hingga kini. Organisasi ini telah menyelenggarakan kejuaraan Indonesia dalam beberapa
cabang olahraga. Terjadi perubahan penting dalam pendidikan guru olahraga yang kadang-kadang menjadi pelatih dalam salah satu cabang olahraga, maka dengan
berlakuknya pengelolaan dibawah Departemen Olahraga terjadi pengembangan yang sesuai dengan tingkat kepentingan olahraga dimata pemerintah.
SGPD diubah menjadi Sekolah Menengah Olahraga tingkat Atas, dan lamanya belajar hanya tiga tahun setelah SLTP sedangkan SMOA diharapkan mampu menyiapkan
Pembina olahraga yang diperlukan oleh masyarakat dan sekolah, menyiapkan calon mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga STO, dan meyiapkan olahragawan berprestasi.
Untuk mencapai cita-cita tersebut SMOA dilengkapi dengan asrama dan diberi peralatan yang memadai sama dengan SGPD. Pengangkatan lulusan SMOA sebagai
guru sangat seret karena pendidikannya hanya 3 tahun, sehingga tidak cocok dengan peraturan kepegawaian. Dulu SGPD dipersamakan dengan PGSLP dan dapat
mengajar di SLTP. SMOA mestinya mengajar di SD, tetapi SD berada dalam pengelolaan pemerintah daerah, dan di SD berlaku system guru kelas. Walaupun
secara teori lulusan SMOA dapat mencari pekerjaan dalam masyarakat sebagai pelatih dalam perkumpulan olahraga, tetapi karena kehidupan perkumpulan
olahraga belum seperti yang terdapat di Eropa, tidak ada yang mampu menggaji pelatih. Demikian pula pengangkatan lulusan SMOA mejadi pegawai teknis dalam
kantor dinas olahraga di daerah sulit terlaksana. Di kalangan pendidikan tinggi olahraga dalam masa itu terjadi pengintegrasian
khusus BI dan BII delapan buah ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di bulan Agustus 1961. Baru saja pengintegrasian dilaksanakan dan sedang
berbenah-benah diri sudah tersusul oleh kebijakan baru. Baik Fakultas Olahraga di UGM maupun Jurusan Olahraga di FKIP diubah menjadi sekolah Tinggi Olahraga