Masa Olahraga Pendidikan 1967 – 1977 Perkembangan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
52
Kegiatan Pembelajaran 1
kurikulum sekolah bukanlah tanpa alasan, karena kurikulum yang merupakan seperangkat pengetahuan dan ketrampilan merupakan upaya sistematis untuk
membekali siswapeserta didik untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah menjadi manusia yang lengkap dan utuh.
Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak ada olahraga tanpa media gerak. Karena gerak sebagai aktifitas jasmani merupakan
dasar alami bagi manusia untuk belajar mengenal dunia dan dirinya sendiri. Sayangnya, peran sentral dan makna penting olahraga masih berkutat pada tataran
konsep dan retorika, belum diimbangi dengan kenyataan praktis di lapangan. Banyak pakar pendidikan menyatakan bahwa olahraga penting diberikan kepada
anak, tetapi dalam kenyataannya jam pelajarannya terus dipinggirkan. Misi pokok olahraga seringkali belum dapat dipahami oleh banyak orang, sekalipun itu
pendidik. Salah satu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa olahraga sering dianggap sebagai bidang studi pelengkap dan dalam posisi yang kurang
menguntungkan. Kondisi ini diperparah lagi dengan atmosfir pemikiran sejak tahun 90-an yang
mewarnai arah pendidikan di Indonesia dengan menitikberatkan pada kemampuan intelektual an-sich, dan kurang memperhatikan aspek-aspek lain dari anak secara
utuh. Intelegeni hanya dipahami sebagai kemampuan untuk menjawab soal-soal pada tes intelegensi yang notabene bercirikan logical-math-ematikal intelligence.
Implikasinya, bidang studi yang dianggap tidak mendukung misi tersebut, jam pelajarannya dikurangi dan bahkan dihilangkan dari struktur kurikulum. Kondisi ini
yang dialami bidang studi pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah selama satu dasawarsa lebih. Lebih merisaukan lagi bagi yang mempunyai latar belakang
kesehatan ialah bahwa pendidikan kesehatan seolah hanya ditempelkan saja pada pendidikan jasmani. Memang pendidikan kesehatan sangat tepat bila disertakan
pada pelaksanaan olahraga akan tetapi masih diperlukan pertemuan khusus untuk dapat menyajikan pelajaran teori kesehatan khususnya yang berhubungan dengan
masalah-masalah kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan dasar bagi segala nikmat dan kemampuan, artinya diperlukan
pemahaman yang baik terhadap pemassalan kesehatan agar siswa dapat mengembangkan derajat kesehatan diri dan lingkungan dengan dengan sebaik-
PJOK SD KK F
53
baiknya untuk dapat menjadi dasar bagi pengembangan kemampuan-kemampuan lainnya lebih lanjut. Alokasi waktu yang hanya dua jam pertemuanminggu untuk
pendidikan jasmani dan kesehatan sangat merisaukan khususnya bagi keberhasilan pendidikan dan pemahaman kesehatan.
Dalam keadaan sekarang, terlepas dari tekanan yang tetap diberikan kepada aspek pendidikan, bentuk kegiatan jasmani olahraga kesehatan di sekolah masih kurang
mendapatkan porsinya. Hal ini disebabkan olah karena guru-guru olahraga di sekolah masih mengacu kepada bentuk-bentuk olahraga sebagaimana yang
tercantum di dalam GBPP. Selain itu agaknya konsep olahraga kesehatan juga masih belum dipahami secara tepat. Padahal, ditinjau dari sudut konsep dan kelayakannya,
adalah lebih tepat bila pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah, dilandasi dengan olahraga kesehatan, karena kesehatanlah yang pertama-tama harus menjadi
perhatian agar dapat memberikan kemudahan bagi seluruh siswa dalam proses belajar mengajar. Tidak ada pendidikan jasmani yang memiliki efisisensi setinggi
olahraga kesehatan dalam hal peralatan, waktu maupun pemakaian lahan.
Bila konsep olahraga kesehatan dipahami secara tepat, maka sasaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah akan dapat dicapai dengan baik dan derajat
kebugaran jasmani siswa akan dapat ditingkatkan. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa SPI seri D yang dilakukan 6 x berturut-turut tanpa henti hanya
memerlukan waktu 10,5 menit dan ini sudah sangat mencukupi untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani para pelakunya apabila dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan dapat dilakukan 3 x dalam seminggu. Namun sangat disayangkan, baik di dalam kurikulum Sekolah Menengah Umum 1995 maupun di
dalam kurikulum Pendidikan dasar 1993, olahraga kesehatan tidak tercantum dalam GBPP nya, padahal pemerintah telah menyusun sedemikian banyaknya
bentuk olahraga kesehatan dari mulai SPI seri A, B, C dan D sampai dengan SKJ 1984, 1986, 1992 dan 1996. Kenyataan ini menunjukkan pula kurang sinkronnya tata
laksana kerja antar lembaga-lembaga yang terkait.