Masa Olahraga 1950 – 1961 Perkembangan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia

48 Kegiatan Pembelajaran 1 Dalam persetujuan bersama itu sayang tidak ada pasal-pasal yang menyangkut pembiayaan dan penyediaan fasilitasperalatan. Sebagai catatan dapat dikemukakan bahwa SK bersama itu dikeluarkan tanggal 23 Desember 1965. Pelaksanaannya belum lagi lancar dan merata, sudah tersusul oleh perubahan susunan departemen dalam struktur pemerintah. Sebagai pangkat kerja dokumen tersebut telah memberikan jasanya karena ia sebagai pedoman pelaksana, khususnya untuk persatuan olahraga Pelajar Seluruh Indonesia POPSI yang berjalan terus hingga kini. Organisasi ini telah menyelenggarakan kejuaraan Indonesia dalam beberapa cabang olahraga. Terjadi perubahan penting dalam pendidikan guru olahraga yang kadang-kadang menjadi pelatih dalam salah satu cabang olahraga, maka dengan berlakuknya pengelolaan dibawah Departemen Olahraga terjadi pengembangan yang sesuai dengan tingkat kepentingan olahraga dimata pemerintah. SGPD diubah menjadi Sekolah Menengah Olahraga tingkat Atas, dan lamanya belajar hanya tiga tahun setelah SLTP sedangkan SMOA diharapkan mampu menyiapkan Pembina olahraga yang diperlukan oleh masyarakat dan sekolah, menyiapkan calon mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga STO, dan meyiapkan olahragawan berprestasi. Untuk mencapai cita-cita tersebut SMOA dilengkapi dengan asrama dan diberi peralatan yang memadai sama dengan SGPD. Pengangkatan lulusan SMOA sebagai guru sangat seret karena pendidikannya hanya 3 tahun, sehingga tidak cocok dengan peraturan kepegawaian. Dulu SGPD dipersamakan dengan PGSLP dan dapat mengajar di SLTP. SMOA mestinya mengajar di SD, tetapi SD berada dalam pengelolaan pemerintah daerah, dan di SD berlaku system guru kelas. Walaupun secara teori lulusan SMOA dapat mencari pekerjaan dalam masyarakat sebagai pelatih dalam perkumpulan olahraga, tetapi karena kehidupan perkumpulan olahraga belum seperti yang terdapat di Eropa, tidak ada yang mampu menggaji pelatih. Demikian pula pengangkatan lulusan SMOA mejadi pegawai teknis dalam kantor dinas olahraga di daerah sulit terlaksana. Di kalangan pendidikan tinggi olahraga dalam masa itu terjadi pengintegrasian khusus BI dan BII delapan buah ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di bulan Agustus 1961. Baru saja pengintegrasian dilaksanakan dan sedang berbenah-benah diri sudah tersusul oleh kebijakan baru. Baik Fakultas Olahraga di UGM maupun Jurusan Olahraga di FKIP diubah menjadi sekolah Tinggi Olahraga PJOK SD KK F 49 STO, 1963. Jumlahnya 11 buah yang tersebar di Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Ujung Pandang dan Manado. Pada STO ada Jurusan Pembina, pelatih, penggerak masa dan kesehatan olahraga.

d. Masa Olahraga Pendidikan 1967 – 1977

Dalam masa sepuluh tahun ini pengelolaan olahraga berada pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mula-mula penanggung jawabnya Direktorat Jenderal Olahraga, kemudian beralih kepada Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda yang membawahi Direktorat Olahraga Pendidikan, Direktorat Keolahragaan dan Direktrat Pendidikan dan Penataran. Perubahan struktur departemen pada tahun 1975 mengakibatkan pengelolaan olahraga diturunkan ke eselon yang lebih rendah lagi. Dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga hanya ada satu direktorat yang menangani olahraga di sekolah semacam biro olahraga dulu kiranya hasilnya akan berbeda. Sejak tahun 1963 sampai 1978 kedudukan pengelola olahraga merosot dari sebuah departemen menjadi direktorat. Orang awam mengharapkan hasil kerja yang sama. Tentunya ini tidak mungkin. Program olahraga wajib di sekolah berjalan terus, walaupun ada kewajiban baru yaitu bergabung dengan kesehatan. Olahraga karya juga berjalan. Lari atau merangkak terutama tegantung kepada pengertian dan kesadaran kepala sekolah. Disamping itu kepribadian dan image guru olahraga juga ikut menentukan. Maka tidak mengharapkan bahwa terdapat range yang besar antara sekolah satu dengan lainnya dalam melaksanakan olahraga wajib dan karya, serta hasil prestasi dalam pertandingan ditingkat lokal, daerah dan nasional. POPSI yang mulai aktif pada tahun 1966 bertambah maju dan pada tahun 1970 dengan diselenggarakan kejuaraan nasional POPSI dalam cabang olahraga atletik dan sepakbola. POPSI kemudian berstatus pula sebagai anggota KONI sehingga memungkinkan kerjasama yang erat dengan induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan. Sedikit demi sedikit prestasi meningkat, demikian pula jumlah pesertanya. Tahun 1977 telah diselenggarakan kejuaraan nasional POPSI dalam cabang-cabang olahraga atletik, renang, tenis meja, bola basket dan akan ditambah dengan bolavoli