yaitu 1 kewenangan formal dan tertulis, 2 kerjasama manajemen dan 3 kualitaskompetensi anggota komite audit. Selain itu, Effendi 2005 juga
menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam
keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-
pihak terkait, diharapkan fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif.
2.1.6 Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan persentase kepemilikan saham milik pihak asing Chiang dan Kuo, 2006. Menurut UU No.25 Tahun 2007
tentang Penanaman modal asing. Menurut Pasal 1 angka 6 “ Penanaman modal asing adalah perseorangan warga negara asing. Badan usaha asing
dan atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia”. Undang-Undang itu mengatakan bahwa
penanaman modal asing adalah perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas berbadan hukum Indonesia yang ada pemegang saham asingnya. Tidak
penting berapa persen besarnya saham asing tersebut. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah perusahaan yang seratus persen sahamnya dimiliki
oleh pengusaha dalam negeri. Tapi kedua-duanya tetap merupakan suatu perusahaan Indonesia yang berbadan hukum Indonesia dan tunduk kepada
hukum Indonesia.
Perusahaan multinasional atau perusahaan asing terkadang lebih memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan
lokal. Penelitian dari Goethals Ooghe 1997 menyimpulkan bahwa perusahaan yang telah diambil alih oleh perusahaan asing cenderung
menunjukan perbaikan kinerja mereka, peningkatan produktivitas, maupun menunjukan sistem kinerja yang lebih efisien bila dibandingkan dengan
sebelum perusahaan diambil alih. Sebenarnya ada beberapa indikator yang dapat membenarkan beberapa fakta-fakta diatas. Perusahaan yang diambil
alih kepemilikannya oleh asing umumnya akan lebih kuat secara keuangan karena mendapatkan sumber modal baru yang cenderung besar. Selain itu,
perusahaan dengan kepemilikan asing juga akan membawa sumber daya baru yang cenderung lebih efisien dan produktif.
Meskipun banyak mendapatkan hal-hal positif dengan adanya investasi dari pemilik modal asing, namun biasanya dampak negatif yang
ditimbulkan juga tidak dapat dihindari sepenuhnya. Dengan adanya kepemilikan asing di sebuah perusahaan, maka perusahaan lokal pun
terancam tidak dapat bersaing dengan wajar. Hampir sebagian perusahaan asing memiliki sumber daya dan modal diatas kebanyakan perusahaan
lokal, yang nantinya dapat menimbulkan persaingan tidak sehat terhadap kompetisi dinegara tersebut Yeung, 1998. Chevalier et al 2006
menyatakan bahwa keberadaan perusahaan asing terhadap perusahaan lokal di indonesia bisa lebih kearah negatif. Dampak-dampak tersebut
antara lain seperti; mematikan kreatifitas berusaha perusahaan lokal, tidak
memajukan sumber daya manusia dalam negeri, profit dalam negeri lebih banyak diserap oleh perusahaan asing, dan hancurnya merek-merek atau
image dari budaya setempat atau pun dari negeri tersebut. Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi di
sebuah negara atau sebuah perusahaan lain, faktor exchange rate fluctuation mungkin patut menjadi pertimbangan Grosse and Trevino,
1996. Exchange rate fluctuation mempengaruhi FDI dalam dua cara. Pertama, kenaikan atau apresiasi dari sebuah mata uang akan
menaikan nilai total kekayaan dari perusahaan yang nilainya didominasikan dalam mata uang asing. Hal ini akan menyebabkan
kecilnya nilai investasi atau modal yang dibutuhkan oleh perusahaan asing tersebut bila ingin melakukan investasi disebuah negara yang nilai mata
uangnya lebih rendah. Hal ini juga menyebabkan investor dapat melakukan investasi lebih agresif di negara asing tersebut. Kedua, dengan
adanya apresiasi dalam mata uang maka terjadi perbedaan harga antara produk atau jasa dari suatu negara dibandingkan dengan negara lain. Bila
terjadi perbedaan harga maka diperlukan penyesuaian harga untuk menghindari kemungkinan terjadinya less cost competitiveness. Hal yang
mungkin dilakukan adalah dengan memindahkan proses produksi ke negara yang menjual jasa dan produk lebih murah untuk dapat bersaing
serta menghindari keluar dari persaingan dengan perusahaan sejenis. Faktor kedua yang perlu untuk dipertimbangkan adalah seberapa
besar biaya yang diperlukan untuk mendapatkan modal usaha di suatu
negara asing atau negara lain Grosse dan Trevino, 1996. Contoh yang dapat dipakai dalam kasus ini adalah interest rate. Semakin besar interest
rate di suatu negara maka capital investment yang diperlukan cenderung akan semakin besar. Dengan besarnya capital investment, maka suatu
perusahaan akan berusaha untuk dapat meraih pendapatan sebesar- besarnya agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Perusahaan
yang meminjam modal di negara dengan interest rate yang tinggi cenderung akan kalah bersaing dengan perusahaan yang meminjam modal
di negara yang memiliki interest rate yang lebih rendah.
2.1.7 Return On Equity ROE