mempunyai keahlian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan
perusahaan Fama dan Jensen, 1983 dalam Young et al., 2001. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari
teori agensi. Dari persepektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik
manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer Jensen, 1993 dalamYoung et al., 2001.
Dari kedua fungsi dewan tersebut, terlihat bahwa jumlah komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.1.5 Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan
komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan, komite audit dianggap penghubung antara pemegang saham, dewan komisaris dan
pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Agar penyelenggaraan corporate governance berjalan dengan baik
good corporate governance, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan Surat Edaran No. SE-03PM2000
mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go public di Indonesia wajib membentuk Komite Audit. Sementara bagi perusahaan BUMNBUMD,
sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117M-MBU2002 menyatakan bahwa: “Komisaris Pengawas harus
membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu
Komisaris Pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor
internal”. Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit diatur dalam Kep-
29PM2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain :
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya. 2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berhubungan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. Kalbers Fogarty 1993 juga menyebutkan tiga faktor yang
mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya
yaitu 1 kewenangan formal dan tertulis, 2 kerjasama manajemen dan 3 kualitaskompetensi anggota komite audit. Selain itu, Effendi 2005 juga
menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam
keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-
pihak terkait, diharapkan fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif.
2.1.6 Kepemilikan Asing