Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
PENGARUH TIPE INDUSTRI, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH
TIASA FITRY INDAH TAIYAS GIRSANG 110503076
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Data yang saya peroleh dari lembaga dan saya kutip dari hasil karya penulis lain yang telah mendapatkan izin serta telah dicantumkan sumbernya secara jelas menurut norma dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya berikut ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan
Tiasa Fitry Indah Taiyas Girsang NIM: 110503076
(3)
ABSTRAK
Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Kepemilikan
Institusional sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitasberpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan untuk mengetahui apakah Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan antara variabel Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.
Sejalan dengan penelitian ini, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, artinya sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini dari tahun 2012-2013 berjumlah 50 perusahaan. Teknik pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013.
Hasil dari pengujian hipotesis ini yaitu variabel Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan secara simultan (uji F) terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013. Sedangkan secara parsial (uji t) Tipe Industri dan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013. Hasil Uji Residual menunjukkan Kepemilikan Institusinal sebagai variabel moderating tidak mampu memoderasi hubungan antara Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.
Kata Kunci: Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas, Pengungkapan Corporate Social Responsibility, dan Kepemilikan Institusional.
(4)
ABSTRACT
The Effect of Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability on Corporate Social Responsibility Disclosure with Institutional Ownership as the
Moderating Variable to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for
Period 2012-2013
This study aims to determine whether the variable Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability influence simultaneously and partially on Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013 and to determine whether the Institutional Ownership able to moderate the relationship between Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability on Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013.
In accordance with the purposes of this study, the research was conducted by using purposive sampling method, meaning that the sample in this study were selected based on specific criteria. The sample in this study from the year 2012-2013 amount 50 companies. Data collection techniques based on secondary data. In this study, the secondary data obtained from the annual report of manufacturing companies are listed on Stock Exchange in the period of the study 2012-2013.
The result of the hyphotesis test showed that Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability and simultaneously (F Test) effect significantly on the Corporate Social Responsibility Disclosure of Manufacturing Companies are listed in Stock Exchange for period 2012-2013. While partially (t test) showed that Board of Commissioners has significant positive influence to the Corporate Social Responsibility Disclosure, Industry Type and Profitability have not significant influence to the Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013. The result of Residual Test showed that Institutional Ownership as the moderating variable is not able to moderate the relationship between Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability on Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013.
Key words: Industry Type, Board of Commissioner, Profitability, Corporate Social Responsibility Disclosure, and Institutional Ownership.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Penulis ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan oleh semua pihak selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan selaku Dosen Penguji penulis yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini serta Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(6)
4. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M, Ak., selaku Dosen Pembimbing dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku Dosen Penguji penulis yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran dari awal penulisan skripsi ini hingga selesai. 5. Semua Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang
telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan. Seluruh pegawai Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah melayani dan membantu penulis selama masa perkuliahan.
6. Ayah Arief Maulana Ganefo Girsang dan Ibu Siti Khadijah, Adik penulis Tirra Sindyafri Fayocil Girsang, Tria Selly Maulana Fissi Girsang, dan Tiffani Bonnia Kholysah Girsang yang selalu memberikan motivasi, nasihat, doa, dan kasih sayang yang tak terhingga. Sahabat dan teman-teman yang penulis sayangi Muhammad Sadid Fauqani, Joshua Gordon Sitompul, Indah Khairunnisak Lubis, dan Widhy Arvita yang telah membantu penulis dalam bertukar pikiran selama pengerjaan skripsi, teman seperjuangan selama masa bimbingan Adrian Astaman Harahap, serta rekan-rekan S1 Akuntansi lainnya khususnya Grup A, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih atas doa, dukungan, semangat dan keceriaan selama masa perkuliahan. Semoga kita dapat sukses bersama.
(7)
Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2015 Penulis
Tiasa Fitry Indah Taiyas Girsang NIM: 110503076
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTARCT... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9
2.1.1. Teori Stakeholder ... 9
2.1.2. Teori Agensi ... 10
2.1.3. Teori Legitimasi ... 11
2.2. Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 12
2.3. Tipe Industri ... 13
2.4. Ukuran Dewan Komisaris... 14
2.5. Profitabilitas………... 15
2.6. Kepemilikan Institusional………. .. 16
2.7. Penelitian Terdahulu……….. . 17
2.8. Kerangka Konseptual……… . 20
2.9. Hipotesis……… . 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 27
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian .... 28
3.5.1. Variabel Dependen... 28
3.5.2. Variabel Independen ... 29
3.5.2.1. Tipe Industri………. .... 30
3.5.2.2. Ukuran Dewan Komisaris……….... 30
3.5.2.3. Profitabilitas……… . 31
3.5.3. Variabel Moderating ... 31
(9)
3.6.1. Uji Asumsi Klasik………... 33
3.6.1.1. Uji Normalitas Data……… . 33
3.6.1.2. Uji Multikolinearitas………... . 35
3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas……… 35
3.6.1.4. Uji Autokorelasi………... 36
3.6.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 37
3.6.2.1. Pengujian Koefisien Determinasi………… 37
3.6.2.2. Uji F………. 38
3.6.2.3. Uji t (Uji Signifikansi Parsial)………. 39
3.6.2.4. Menguji Regresi dengan Variabel Moderating………. . 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian ... 42
4.1.1. Statistik Deskriptif ... 42
4.1.2. Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi ... 44
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 44
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 47
4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 49
4.1.3. Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ... 50
4.1.3.1 Uji Normalitas ... 50
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 53
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54
4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 55
4.2. Pengujian Hipotesis... 56
4.2.1. Pengujian Koefisien Determinasi... 56
4.2.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 57
4.2.3. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 58
4.2.4. Pengujian Regresi dengan Variabel Moderating ... 59
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Keterbatasan Penelitian... 64
5.3. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
(10)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul ... ... Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 18
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32
3.2 Tabel Durbin-Watson……… . 36
4.1 Statistik Deskriptif ... 42
4.2 One Sample Kolmogorov Smirnov Test Sebelum Transformasi ... 47
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ... 48
4.4 Uji Durbin-Watson Sebelum Transformasi ... 50
4.5 One Sample Kolmogorov Smirnov Test Setelah Transformasi ... 53
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi... 54
4.7 Uji Durbin-Watson Setelah Transformasi ... 55
4.8 Uji Koefisien Determinasi ... 56
4.9 Hasil Uji F... 57
4.10 Hasil Uji t ... 57
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul ...Halaman
2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 21
4.1 Normal P-Plot Sebelum Transformasi ... 45
4.2 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ... 46
4.3 Diagram Scatterplot Sebelum Transformasi ... 49
4.4 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 51
4.5 Normal P-Plot Setelah Transformasi ... 52
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul ...Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 68
2 Data Perusahaan High Profile dan Low Profile ... 76
3 Data Ukuran Dewan Komisaris ... 78
4 Data Profitabilitas (ROA) ... 80
5 Data Pengungkapan CSR ... 82
6 Data Kepemilikan Institusional ... 102
(13)
ABSTRAK
Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Kepemilikan
Institusional sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitasberpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan untuk mengetahui apakah Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan antara variabel Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.
Sejalan dengan penelitian ini, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, artinya sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini dari tahun 2012-2013 berjumlah 50 perusahaan. Teknik pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013.
Hasil dari pengujian hipotesis ini yaitu variabel Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan secara simultan (uji F) terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013. Sedangkan secara parsial (uji t) Tipe Industri dan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013. Hasil Uji Residual menunjukkan Kepemilikan Institusinal sebagai variabel moderating tidak mampu memoderasi hubungan antara Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.
Kata Kunci: Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas, Pengungkapan Corporate Social Responsibility, dan Kepemilikan Institusional.
(14)
ABSTRACT
The Effect of Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability on Corporate Social Responsibility Disclosure with Institutional Ownership as the
Moderating Variable to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for
Period 2012-2013
This study aims to determine whether the variable Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability influence simultaneously and partially on Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013 and to determine whether the Institutional Ownership able to moderate the relationship between Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability on Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013.
In accordance with the purposes of this study, the research was conducted by using purposive sampling method, meaning that the sample in this study were selected based on specific criteria. The sample in this study from the year 2012-2013 amount 50 companies. Data collection techniques based on secondary data. In this study, the secondary data obtained from the annual report of manufacturing companies are listed on Stock Exchange in the period of the study 2012-2013.
The result of the hyphotesis test showed that Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability and simultaneously (F Test) effect significantly on the Corporate Social Responsibility Disclosure of Manufacturing Companies are listed in Stock Exchange for period 2012-2013. While partially (t test) showed that Board of Commissioners has significant positive influence to the Corporate Social Responsibility Disclosure, Industry Type and Profitability have not significant influence to the Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013. The result of Residual Test showed that Institutional Ownership as the moderating variable is not able to moderate the relationship between Industry Type, Board of Commissioners, and Profitability on Corporate Social Responsibility Disclosure to Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2012-2013.
Key words: Industry Type, Board of Commissioner, Profitability, Corporate Social Responsibility Disclosure, and Institutional Ownership.
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perkembangan bisnis yang semakin pesat menuntut perusahaan harus berkompetisi dalam mempertahankan usahanya, maka pada saat itu pula perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan informasi yang menyangkut tentang segala kegiatan perusahaannya. Informasi merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Bagi para investor, informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan dijadikan sebagai alat analisis dan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan. Sementara bagi manajemen, keterbukaan informasi dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan dalam mengelola perusahaan secara profesional, sehingga dapat mempengaruhi para investor dalam mengambil keputusan investasi (Hadi dan Sabeni, 2002:6). Informasi yang didapat investor dari manajemen perusahaan yaitu berupa laporan keuangan tahunan.
Menurut Guthrie dan Mathews (dalam Sembiring, 2005:5), salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan muncul dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan para pengguna laporan keuangan terhadap dampak
(16)
dari kegiatan bisnis perusahaan. Pada prinsipnya Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta para pemangku kepentingan (stakeholders). Corporate Social Responsibility timbul sebagai akibat dari adanya keberadaan perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya selain memberi banyak manfaat tetapi, menimbulkan banyak dampak negatif.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan stakeholders, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup dalam planet ini (Nugroho, 2007).
Pandangan dalam dunia usaha di mana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Karena perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkankepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya (Purnasiwi, 2011). Semakin ketatnya persaingan, banyak perusahaan semakin menyadari
(17)
pentingnya menerapkan program corporate social responsibility sebagai bagian dari strategi bisnisnya.
Di Indonesia, praktik corporate social responsibility telah mendapat perhatian yang cukup besar Utama (2007:9), menyatakan bahwa perkembangan corporate social responsibility terkait dengan semakin parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim.
Beberapa fenomena kasus di Indonesia yang terkait dengan permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi dan lingkungan sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono 2007:15).
Kasus pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut yang mengakibatkan tercemarnya laut, sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokat akibat operasional PT. Newmon Minahasa Raya tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan masalah internasional (Fauzi, 2008).
Dari kasus tersebut terlihat masih ada perusahaan yang belum peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dikeluarkannya beberapa
(18)
peraturan pemerintah yang mendorong praktik dan pengungkapan corporate social responsibility di Indonesia. Salah satunya adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, pasal 66 dan 74. Pasal 66 ayat (2) bagian c berisi bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Pada pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas berisi tentang perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan menunjukkan terdapatnya beragam faktor. Tipe industri telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Dalam penelitian Devina (2004) variabel tipe industri yang dikelompokkan ke dalam industri high-profile dan industri low-profile memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang bertipe high-profile akan berupaya untuk memperluas lingkup pengungkapan sosial. Sedangkan hasil penelitian dari Adawiyah (2013:94) yang menyatakan bahwa tipe industri tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Ukuran dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jesen,
(19)
1983). Hubungan antara, dewan komisaris dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility juga menunjukkaan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Safitri (2010) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan hasil penelitian dari Jurica Lucyanda dan Lady Gracia Prilia (2012), menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Penelitian yang menghubungkan pengungkapan corporate social responsibility dengan profitabilitas telah banyak dilakukan. Diantaranya oleh Devina (2004) dan Diba (2012), menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan corporate social responsibility. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006), menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Ira Robiah Adawiyah (2013) yang telah terlebih dahulu meneliti tentang pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility (studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2008-2012). Ada beberapa variabel pada penelitian sebelumnya yang tidak digunakan adalah ukuran perusahaan dan leverage.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ira Robiah Adawiyah (2013) terletak pada variabel, sampel, dan tahun penelitian. Penelitian ini menggunakan
(20)
variabel tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan juga terdapat variabel moderating kepemilikan institusional.
Dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013?
2. Apakah Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013?
(21)
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari tipe industri, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas baik secara simultan maupun parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013.
2. Untuk menguji dan menganalisis hubungan antara tipe industri, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility dengan kepemilikan institusional sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapatmemberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengungkapan corporate social responsibility serta untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya.
2. Bagi perusahaan, untuk memberikan sumbangan pengetahuan mengenai betapa pentingnya penerapan corporate socialresponsibility pada
(22)
perusahaan serta dapat menjadi pertimbangan untuk pembuatan kebijakan di dalam perusahaan.
3. Bagi akademisi, untuk memberikan acuan penelitian selanjutnya di bidang akuntansi terutama tentang corporate social responsibility di masa yang akan datang.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Stakeholder, kata ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannya dengan berbagai ilmu dan konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumber daya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga public telah menggunakan istilah stakeholder ini secara luas ke dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus meberikan manfaat bagi stakeholder nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahan tersebut (Ghozali dan Chariri 2007:25).
Istilah pemangku kepentingan (stakeholder) merujuk kepada semua pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan perusahan. Dengan perkembangan akhir-akhir ini, stakeholder menyadari adanya hal yang dapat menambah nilai suatu perusahaan. Salah satu cara nya adalah dengan melakukan kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas sosial atau corporate social responsibility. Oleh karena itu, teori pemangku kepentingan (stakeholder) menjadi relevan untuk menjelaskan pengembangan corporate social responsibility di perusahaan. Dengan adanya teori stakeholder ini memberikan landasan bahwa suatu perusahaan
(24)
harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Manfaat tersebut dapat dilakukan dengan cara menerapkan program corporate social responsibility. Dengan adanya program tersebut pada perusahaan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan, pelanggan, dan mayarakat lokal. Sehingga diharapkan akan terjalin hubungan yang baik antara perusahan dengan lingkungan sekitarnya.
2.1.2 Teori Agensi
Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini, hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan.
Dalam teori agensi, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) umtuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan dari teori agensi adalah, pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik principal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan di mana keputusan harus diambil (The belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
(25)
pengalokasian hasil antara principal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance evaluation role).
Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut, sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen (Haruman, 2008).
2.1.3 Teori Legitimasi
Menurut Dowling dan Pfeffer, legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Hal yang mendasari teori legitimasi adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007:18).
Legitimasi perusahaan akan diperoleh jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak ada tuntutan dari masyarakat. Teori legitimasi menjadi landasan bagi perusahaan untuk memerhatikan apa yang menjadi harapan masyarakat dan mampu menyelaraskan nilai-nilai perusahaannya dengan
(26)
norma-norma sosial yang berlaku di tempat perusahaan tersebut melangsungkan kegiatannya.
Hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa legitimasi perusahaan dapat ditingkatkan melalui corporate social responsibility. Untuk itu, pengungkapan corporate social responsibility merupakan salah satu bentuk perhatian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Dengan adanya program corporate social responsibility, perusahaan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar, sehingga masyarakat sekitar dapat menerima baik keberadaan perusahaan di lingkungannya.
2.2. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut Untung (2008:1) corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial,dan lingkungan. Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar.Bahwa prinsip dasar corporate social responsibility adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang notabene miskin agar terbebas dari kemiskinan.
Selain memberdayakan masyarakat, dari sisi perusahan, jelas agar operasional berjalan lancar tanpa gangguan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra bisa dipastikan ada masalah. Dari uraian tersebut,
(27)
menurut Untung (2008:6) tampak bahwa manfaat corporate social responsibility bagi perusahaan antara lain:
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha. e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah. g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. j. Peluang mendapatkan penghargaan.
2.3. Tipe industri
Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu industri high-profile dan low-profile. Perusahaan yang termasuk ke dalam tipe industri high-profile merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tingi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi yang kuat (Robert, 1992). Preston (1997) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain.
Perusahaan yang termasuk ke dalam industri low-profile adalah perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masyarakat manakala operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Robert (1992), perusahaan yang termasuk ke dalam industri high-profile adalah perusahaan perminyakan dan
(28)
pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis,tembakau dan rokok, makana dan minuman, media dan komunikasi, energy (listrik), enggenering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam industri low-profile adalah bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.
2.4. Ukuran Dewan Komisaris
Menurut Fama dan Jensen (1983), ukuran dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian tertinggi, yang bertanggungjawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan lebih objektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.
Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitian tentang dewan komisaris, hal ini dilakukan dengan membagi tipe anggota dewan komisaris menjadi dua, yaitu outside dan inside directors (Arifin, 2002). Dewan komisaris yang terdiri dari inside dan outside director akan memiliki akses informasi khusus berharga yang dapat membantu dewan komisaris dan menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian (Fama dan Jensen, 1983).
Sedangkan menurut Mulyadi (2002) fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggungjawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi
(29)
tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.
Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.
2.5. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk meghasilkan keuntungan, baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun yang berasal dari kegiatan-kegiatan non operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan suatu keuntungan perusahaan. Profitabilitas yang tinggi juga menunjukkan suatu perusahaan tersebut bekerja dengan baik. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menilai sehat tidaknya suatu perusahaan selain faktor modal, kualitas aktiva, manajemen, dan likuiditas. Profitabilitas sebagai sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.
Menurut Houston (2010:146), rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Margin Laba atas Penjualan (Profit Margin on Sales)
Rasio ini mengukur laba bersih per dolar penjualan; dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.
Rumusan :
Margin Laba atas Penjualan =L
P X 100% 2. Pengembalian atas Total Aset (Return on Assets- ROA)
Return on Assets adalahrasio laba bersih terhadap total aset. Rumusan :
(30)
3. Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba
Rasio kemampuan dasar untuk mengahsilkan laba (basic earning- BEP) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi; dihitung dengan membagi EBIT dengan total aset.
Rumusan :
Rasio kemampuan dasar untuk
Menghasilkan laba (BEP) = E I X 100%
4. Pengembalian Ekuitas Biasa (Return on Equity -ROE)
Return on Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. Rumusan :
Pengembalian atas ekuitas biasa- ROE=L
E I X 100%
Analisis rasio profitabilitas yang peneliti teliti adalah dengan menggunakan ROA.ROA merupakan metode pengukuran yang objektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan.
2.6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Djakman dan Machmud, 2008).
Menurut Tarjo (2008) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi.
(31)
Menurut Coffey dan Fryxell (1991) menemukan bahwa tingkat pengungkapan corporate social performance yang tinggi akan menarik investor, khususnya investor institusional. Kepemilikan institusional memiliki peranan penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.Keberadan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme pengawasan yang efektif dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba (Jensen dan Meckling, 1976).
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, kepemilikan isntitusional, dan pengungkapan corporate social responsibility telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.
Adawiyah (2013) dengan hasil penelitian tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Diba (2012) dengan hasil penelitian kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah dan ukuran industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Kepemilikan saham asing, tipe perusahaan, dan proftabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.
(32)
Sulastri dan Indriani (2011) dengan hasil penelitian profitabilitas, size, umur perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jwab sosial perusahaan.
Sitepu dan Siregar (2008) dengan hasil penelitian dewan komisaris dan profitabilitas berpengaruh terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan.
Anggraini (2006) dengan hasil penelitian tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Kepemilikan manajemen, financial leverage, biaya politis, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Sembiring (2005) dengan hasil penelitian profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tangung jawab sosial.size, profile, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
Nama Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian Adawiyah 2013 Variabel independen:
tipe industri, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan leverage.
Tipe industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Leverage berpengaruh terhadap
(33)
Lanjutan Review Penelitian Terdahulu
Nama Tahun Variabel Penelitian Hasil penelitian Pengungkapan corporate social responsibility
Diba 2012 Variabel Independen: Kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah, ukuran industry, kepemilikan saham asing, tipe perusahaan, dan profitabilitas. Variabel Dependen: Pengungkapan corporate social responsibility
Kepemilikan saham pemerintah, regulasi pemerintah, dan ukuran industry berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Kepemilikan saham asing, tipe perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.
Sitepu dan Siregar
2008 Variabel Independen: Dewan komisaris, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan Variabel Dependen: pengungkapan
tanggung jawab sosial
Dewan komisaris dan profitabilitas berpengaruh terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Sulastri dan
Deri
2011 Variabel Independen: profitabilitas, size, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris, dan leverage.
Variable Dependen: Pengungkapan
tanggung jawab sosial
Profitabilitas, size, umur perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Anggraini 2006 Variabel Independen:
tipe industry, kepemilikan
manajemen, financial leverage, biaya politis, dan profitabilitas Variabel Dependen: pengungkapan
tanggung jawab sosial
Tipe industry berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Kepemilikan manajemen, financial leverage, biaya politis, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
(34)
Lanjutan Review Penelitian Terdahulu
Nama Tahun Variabel Penelitian Hasil penelitian Sembiring 2005 Variabel
Independen: size perusahaan, profile, leverage,
profitabilitas, dan ukuran dewan komisaris
Variabel Dependen: pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahan.
Size perusahaan, profile, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh prositif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.8. Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan pada kajian teori dan penelitian terdahulu mengenai hubungan antara tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, kepemilikan institusional, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut:
(35)
Variabel Independen Variabel Dependen H1
H2
H3
H4
H5
Variabel Moderating
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam penelitian ini, pengungkapan corporate social responsibility menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Alasan peneliti untuk menjadikan pengungkapan corporate social responsibility sebagai variabel dependen untuk mengetahui apakah konsep pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan tersebut dapat dipengaruhi oleh keempat variabel bebas di atas.
Y = Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Z =Kepemilikan Institusional X1 =Tipe Industri
X2= Ukuran Dewan Komisaris
(36)
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Tipe industri merupakan karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan perusahaan, dan lingkungan perusahaan. Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis yaitu, industri high-profile dan industri low-profile. Perusahaan yang termasuk ke dalam tipe industri high-profile merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tingi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi yang kuat.
H1: Tipe Industri berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
b. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapam Corporate Social Responsibility
Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi corporate social responsibility, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan corporate social responsibility.
(37)
H2: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
c. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun yang berasal dari kegiatan-kegiatan non operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan suatu keuntungan perusahaan. Profitabilitas yang tinggi juga menunjukkan suatu perusahaan tersebut bekerja dengan baik.
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
d. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas secara simultan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Tipe industri, ukuran dewan komisaris dan profitabilitas merupakan alat ukur untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan telah menerapkan pengungkapan corporate social responsibility.Dengan tipe industri yang high-profile, jumlah dewan komisaris yang banyak, dan profitabilitas yang tinggi menjadi penilaian bahwasannya suatu perusahaan telah melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
(38)
H4: Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
e. Pengaruh Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderating dalam Memoderasi Hubungan antara Variabel Independen denga n Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan institusional memiliki peranan penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Tingkat pengungkapan corporate social responsibility yang tinggi akan menarik investor, khususnya investor institusional.
H5: Kepemilikan Institusonal mempengaruhi Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
2.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(39)
H1: Tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility
H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility
H4: Tipe industri, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan corporatesocial responsibility
H5: Kepemilikan institusional mempengaruhi tipeindustri, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kausal. Penelitian kausal merupakan penelitian dengan menggunakan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Di mana penelitian ini bertujuam umtuk melihat seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Dalam penelitian ini, populasinya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2012-2013 yaitu sebanyak 136 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana , tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2011:62). Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili).
(41)
Teknik penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.Seleksi sampel menggunakan kriteria tertentu yang ditentukan peneliti pada awal penelitian. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.
b. Tidak delisting dari Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yakni tahun 2012-2013.
c. Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan perusahaan dari tahun 2012-2013.
d. Memiliki informasi mengenai variabel yang akan diteliti selama tahun 2012-2013.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 perusahaan manufaktur yang sebagaimana tercantum pada lampiran 1.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melainkan melalui media perantara yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data penelitian tersebut diperoleh peneliti dari laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur secara rutin setiap periodenya pada Bursa
(42)
Efek Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendownload melalui situs www.idx.co.id
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan tahunan maupun informasi yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Laporan keuangan yang digunakan adalah berupa laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, variabel dependen dan variabel moderating.
3.5.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang keberadannya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan corporate social responsibility, di mana disimbolkan dengan “Y”. Pengungkapan corporate social responsibility (CSR) adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan di dalam laporan tahunan. Pengukuran CSR mengacu pada 32 item pengungkapan yang
(43)
digunakan oleh Nurlela dan Islahudin (2008). Pengukuran variabel ini dengan indeks pengungkapan sosial, selanjutnya ditulis CSR dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang diharapkan.
Perhitungan variabel ini dilakukan oleh peneliti dengan mengukur pengungkapan sosial laporan tahunan yang dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan dengan asumsi setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan diberi nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan.
Metode pengukuran ini dinamakan checklist data. Rumus untuk perhitungan indeks CSR adalah sebagai berikut:
Indeks =
n : jumlah skor pengungkapan yang diperoleh k : jumlah skor maksimal (Wardani, 2013) 3.5.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen (X) sering disebut sebagai variabel bebas atau variabel predictor. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebaba perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe industri, ukuran dewan komisaris dan profitabilitas. Variabel
(44)
independen disimbolkan dengan “X1” (tipe industri), “X2” (ukuran dewan komisaris), “X3” (profitabilitas).
3.5.2.1 Tipe Industri
Tipe industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile, dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam low-profile. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Robert (1992), perusahaan yang termasuk ke dalam industri high-profile adalah perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, energy (listrik), enggenering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam industri low-profile adalah bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.
3.5.2.2 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini searah dengan pendapat Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan. Adapun pengukuran jumlah dewan komisaris dalam suatu perusahaan adalah:
(45)
3.5.2.3 Profitabilitas
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Return on Asset (ROA) karena rasio ini lebih tepat digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menghasilkan laba pada jumlah asset tertentu. Rasio ini juga merupakan rasio terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. ROA merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA = �
3.5.3 Variabel Moderating
Variabel moderating merupakan variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Tingkat pengungkapan corporate social responsibility yang tinggi akan menarik investor, khususnya investor institusional.
(46)
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Variabel
Indikator Skala
Pengukuran Tipe Industri
(X1)
Independen Nilai 1 diberikan jika perusahaan termasuk ke dalam kriteria high-profile,dan 0 jika perusahaan termasuk kriteria low-profile
Nominal
Ukuran Dewan Komisaris (X2)
Independen Total Dewan Komisaris X 100% Rasio
Profitabilitas (X3)
Independen ROA =L X 100% Rasio
Kepemilikan Institusional (Z)
Moderating KI= ∑ I
∑ X 100% Rasio
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (Y)
Dependen Jumlah skor pengungkapan yang diperoleh/jumlah skor maksimal X 100%
Rasio
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.Analisis regresi berganda adalah teknik analisis yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan beberapa variasi independen. Sebelum melakukan regresi, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik dan statistik deskriptif.
(47)
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi dengan tujuan mengukur asosiasi atau keterikatan antarvariabel bebas. Terdapat empat pengujian terkait uji asumsi klasik yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
3.6.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui keberadaan variabel pengganggu atau residual di dalam model regresi. Jika data normal, maka statistik yang dipergunakan adalah statistik parametrik.Jika sebaliknya, maka statistik non parametriklah yang digunakan atau peneliti dapat melakukan treatment agar data normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal, salah satu metode ujinya adalah dengan menggunakan metode analisis grafik, baik secara normal plot atau grafik histogram (Ghozali, 2013:160).
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal
(48)
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot sebagai berikut:
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan hipotesis:
H0 = Data residual terdistribusi normal Ha = Data residual tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka H0 ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka H0 diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
(49)
Nilai sig. atau signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi adalah tidak normal.
Nilai sig. atau signifikan atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi adalah normal.
3.6.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance (TOL) dan metode VIF (Variance InflationFactor).Nilai TOL berkebalikan dengan nilai VIF. TOL adalah besarnya variasi dari suatu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sedangkan VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai TOL yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai TOL < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:105).
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamartan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
(50)
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2013:139).
3.6.1.4 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diunitkan menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013:110). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model, dapat menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tabel Durbin-Watson
Kondisi Nilai
Ada autokorelasi D-W dibawah -2
Tidak ada autokorelasi D-W di antara -2 s.d. +2 Ada autokorelasi negative D-W di atas +2
(51)
3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan analisis regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan:
Y = Pengungkapan Corporate Social Responsibility a = Konstanta
b1,b2,b3, = Koefisien Regresi X1 = Tipe Industri
X2 = Ukuran Dewan Komisaris X3 = Profitabilitas
e = Error
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat statistik SPSS. SPSS adalah kepanjangan dari Stastitical Package For TheSocial Science yaitu software yang berfungsi untuk menganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik parametrik maupun nonparametrik engan basis windows (Ghozali, 2013:15). Pengujian hasil analisis regresi linear berganda dilakukan dengan Uji F dan Uji t.
3.6.2.1 Pengujian Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2005:97) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variable independen menjelaskan variable independennya. Nilai R2 adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, maka variabel-variabel
(52)
indepeden memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R2 semakin kecil, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin terbatas. Nilai R2 memiliki kelemahan yaitu nilai R2 akan meningkat setiap ada penambahan satu varibel independen meskipun varibel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2.2 Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang dimasukkan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
F-hitung = 2/ �− − 2 / �−� Dimana :
� = Koefisien determinasi K = Jumlah variabel independen N = Jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1. Jika F hitung > F tabel dengan tingkat signifikansi
(53)
2. Jika F hitung < F tabel dengan tingkat signifikansi (� 5%, maka Ha tidak dapat diterima.
3.6.2.3 Uji t (Uji Signifikansi Parsial)
T-test digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel yang memberikan pengaruh paling dominan di antara variabel independen yang ada. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 : bi = 0 Ha : bi 0 ≠
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak.Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :
t-hitung= ��−� ��
Dimana :
bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol
Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i Uji ini memiliki ketentuan:
(54)
2. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
3.6.2.4 Menguji Regresi dengan Variabel Moderating
Pengujian hipotesis untuk menguji interaksi kepemilikan institusional terhadap variabel independen berbeda dalam mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Pengujian hipotesis selanjutnya berkaitan dengan interaksi kepemilikan institusional dalam mempengaruhi variabel independen terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Seluruh variabel independen harus diregresikan dengan variabel moderating melalui uji residual.Uji residual digunakan untuk menghindari multikolinearitas yang tinggi.
Analisis residual menguji pengaruh deviasi dari suatu model dengan fokus lack of fit antar variabel independen (Ghozali, 2005:240). Apabila antara variabel independen memiliki nilai residual yang kecil atau nol dengan kepemilikan institusional, maka terjadi kecocokan antara keduanya sehingga kepemilikan institusional dapat dikategorikan sebagai variabel moderating yang menaikkan pengungkapan corporate social responsibility.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan regresi persamaan :
(55)
Kemudian regresi dilanjutkan dengan persamaan : | e | = a + b1Y………..(2)
Persamaan regresi (2) menggambarkan Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderating jika nilai koefisien parameternya signifikan dan negatif.
(56)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
4.1.1. Statistik Deskriptif
Pembahasan tentang pengaruh tipe industri, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility dengan kepemilikan institusional sebagai variabel moderating harus terlebih dahulu memperhatikan data para emiten. Data emiten perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan pembahasan masing-masing pengaruh variabel dari variabel independen terhadap variabel dependen tersebut. Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan.
Tabel 4.1 Statistik Dekriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Tipe Industri 100 .00 1.00 .8800 .32660
Ukuran Dewan Komisaris 100 2.00 9.00 4.2800 1.69420 Profitabilitas 100 .001 .439 .07939 .078025 Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
100 .03 .94 .2569 .14908
Kepemilikan Institusional 100 .00 98.10 29.7795 27.36427 Valid N (listwise) 100
(57)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa n atau jumlah pada setiap variabel adalah sebanyak 100 variabel yang berasal dari 50 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2013. Selain itu, juga dapat dijelaskan bahwa:
1. Tipe industri (X1) memiliki nilai minimum 0,00 yang dimiliki oleh beberapa perusahaan dan nilai maksimum 1,00 yang dimiliki oleh beberapa perusahaan. Selain itu rata-rata tipe industri bernilai 0,88 dengan standard deviasi sebesar 0,32660. Daftar nama perusahaan serta data tipe industri dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Ukuran dewan komisaris (X2) memiliki nilai minimum 2,00 yang dimiliki oleh PT Akasha Wira International Tbk dan Nusantara Inti Corpora Tbk. Dan nilai maksimum 9,00 yang dimiliki oleh Indo Acitama Tbk. Selain itu rata-rata ukuran dewan komisaris 4,2800 dengan standard deviasi sebesar 1,69420. Daftar nama perusahaan dan data ukuran dewan komisaris dapat dilihat pada lampiran 3.
3. Profitabilitas (X3) memiliki nilai minimum 0,01 yang dimiliki oleh Indo Rama Synthetic Tbk dan Nusantara Inti Corpora Tbk. Dan nilai maksimum 0,439 yang dimiliki oleh Sumi Indo Kabel Tbk. Selain itu, rata-rata profitabilitas 0,07939 dengan standard deviasi sebesar 0,078025. Daftar nama perusahaan dan data profitabilitas dapat dilihat pada lampiran 4.
4. Pengungkapan corporate social responsibility (Y) memiliki nilai minimum 0,03 yang dimiliki oleh Prima Alloy Steel Universal Tbk
(58)
dan PT Tempo Scan Pasific Tbk. Dan nilai maksimum 0,94 yang dimiliki oleh Alkindo Naratama Tbk. Selain itu, rata-rata pengungkapan corporate social responsibility 0,2569 dengan standard deviasi 0,14908. Daftar nama perusahaan dan data pengungkapan corporate social responsibility dapat dilihat pada lampiran 5.
5. Kepemilikan institusional (Z) memiliki nilai minimum 0,00 yang dimiliki oleh beberapa perusahaan dan nilai maksimum 98,10 yang dimiliki oleh Trias Sentosa Tbk. Selain itu rata-rata kepemilikan institusional 29,7795 dengan standard deviasi 27,36427. Daftar nama perusahaan dan data kepemilikan institusional dapat dilihat pada lamporan 6.
4.1.2. Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi 4.1.2.1. Uji Normalitas
Ghozali (2013:160) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang berdistribusi normal berarti memiliki sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut bisa mewakili populasi.
Untuk menguji data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan data analisis grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
(59)
Gambar 4.1
Normal P-Plot Sebelum Transformasi
(60)
Gambar 4.2
Grafik Histogram Sebelum Transformasi Sumber : Output SPSS 19, data sekunder yang diolah 2015
Berdasarkan kedua gambar di atas, dapat dilihat bahwa data penelitian tidak berdistribusi normal. Hal tersebut tergambar pada Gambar 4.1 di mana titik-titik menyebar jauh dari garis diagonal. Gejala ketidaknormalan data juga ditampilkan pada Gambar 4.2 bahwa pola grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng (Skewness) ke kiri dan tidak normal.
(61)
Tabel 4.2
One Sample Kolmogorov Smirnov Test Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .13400599
Most Extreme Differences Absolute .072
Positive .072
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .716
Asymp. Sig. (2-tailed) .684
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 19, data sekunder yang diolah 2015
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2013: 105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Coefficient Factors (VIF) yang ditampilkan pada Tabel 4.3.
(62)
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standar dized Coefficie
nts
T Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta
Toler ance VIF 1 (Constant) .061 .051 1.193 .236
Tipe Industri .050 .043 .110 1.168 .246 .945 1.059 Ukuran
Dewan Komisaris
.037 .008 .417 4.531 .000 .994 1.006
Profitabilitas -.072 .180 -.038 -.402 .689 .947 1.055 a. Dependent Variable: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Sumber : Output SPSS 19, data sekunder yang diolah 2015
Tabel 4.3 menunjukkan VIF memiliki nilai < 10 yang berarti tidak terjadi multikolinearitas antar variabel pada model regresi penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan tidak ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen.
4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ketidaksamaan nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residualnya (SRESID). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas
(63)
dapat dilihat dari Diagram Scatterplot yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3
Diagram Scatterplot Sebelum Transformasi
Sumber : Output SPSS 19, data sekunder yang diolah 2015
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar baik di atas maupun dibawah nilai 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada penelitian ini. Namun titik-titik yang ada tidak tersebar luas, melainkan membentuk suatu pola tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa data yang digunakan masih belum terdistribusi secara normal. 4.1.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
(1)
Grafik Histogram Setelah Transformasi
One Sample Kolmogorov Smirnov Sebelum Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .13400599 Most Extreme Differences Absolute .072
Positive .072
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .716
(2)
One Sample Kolmogorov Smirnov Sesudah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .13010328 Most Extreme Differences Absolute .067
Positive .056
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .671
Asymp. Sig. (2-tailed) .759
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi
Coefficientsa Model Unstandardi zed Coefficients Stand ardize d Coeffic ients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toler ance VIF (Constant) .130 .079 1.642 .104
TipeIndustri_T .043 .043 .097 1.015 .312 .910 1.099 UkuranDewanKomisaris
_T
.160 .034 .427 4.660 .000 .997 1.003
profitabilitas_T -.028 .103 -.026 -.271 .787 .913 1.095 a. Dependent Variable: pengungkapanCSR_T
(3)
Hasil Uji Multikolinearitas Sesudah Transformasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standar dized Coefficie
nts
T Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta
Toler ance VIF 1 (Constant) .061 .051 1.193 .236
Tipe Industri .050 .043 .110 1.168 .246 .945 1.059 Ukuran
Dewan Komisaris
.037 .008 .417 4.531 .000 .994 1.006
Profitabilitas -.072 .180 -.038 -.402 .689 .947 1.055 a. Dependent Variable: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(4)
Diagram Scatterplot Sesudah Transformasi
Uji Durbin-Watson Sebelum Transformasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .438a .192 .167 .13608 2.158
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, Tipe Industri b. Dependent Variable: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(5)
Uji Durbin-Watson Sesudah Transformasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .443a .196 .171 .13212 2.050
a. Predictors: (Constant), profitabilitas_T, UkuranDewanKomisaris_T, TipeIndustri_T
b. Dependent Variable: pengungkapanCSR_T
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .443a .196 .171 .13212
a. Predictors: (Constant), profitabilitas_T, UkuranDewanKomisaris_T, TipeIndustri_T
b. Dependent Variable: pengungkapanCSR_T
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig. 1 Regression .408 3 .136 7.795 .000a
Residual 1.676 96 .017
Total 2.084 99
a. Predictors: (Constant), profitabilitas_T, UkuranDewanKomisaris_T, TipeIndustri_T
(6)
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .130 .079 1.642 .104
TipeIndustri_T .043 .043 .097 1.015 .312 UkuranDewanKo
misaris_T
.160 .034 .427 4.660 .000
profitabilitas_T -.028 .103 -.026 -.271 .787 a. Dependent Variable: pengungkapanCSR_T
Hasil Uji Residual
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) .091 .013 6.880 .000
kepemilikanin stitusional_T
.003 .002 .109 1.088 .279