Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi pada Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan

(1)

MERITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

ABSTRACT

MERITA. The contribution of noodle, milk, and soft drink to macronutrient intake of normal and overweight female university students. Supervised by Dodik Briawan.

The objective of this research was to study noodle, milk, and soft drink contribution to nutrient adequacy among female teenagers with normal and overweight nutritional status. Design of research was cross-sectional study among female university student in dormitory of Bogor Agricultural University. This research has 90 samples, consist of 60 samples with normal nutritional status and 30 samples with overweight nutrional status. The result showed that nutritional knowledge of normal (53.3%) and overweight (60.0%) sample categorized was moderate. Attitude of product acceptance for normal sample categorized was neutral (58.7%). Whereas, overweight sample categorized was positif (60.0%). Noodle, milk, and soft drink consumption among normal sample was 2.1 ± 1.3 packs, 4.3 ± 3.2 packs, and 3.1 ± 2.5 packs per week respectively. Whereas, among overweight sample was 2.4 ± 2.2 packs, 5.1 ± 4.3 packs, and 2.0 ± 1.5 packs per week respectively. Energy contribution of noodle, milk, and soft drink to Requirement Dietary Allowance (RDA) among normal sample was 4.0%, 3.9%, and 5.5% respectively. Whereas, among overweight sample was 3.1%, 3.8%, and 3.3% respectively. Protein contribution of noodle, milk, and soft drink to RDA among normal sample was 2.7%, 8.7%, and 0.9% respectively. Whereas, among overweight sample was 2.1%, 5.4%, and 0.4% respectively. There was not significant correlation between score of nutritional knowledge and amount of noodle, milk, as well as soft drink consumption. There was not significant correlation between score of attitude and amount of noodle, milk, as well as soft drink consumption. There was significant correlation between milk consumption (gram) and nutritional status. However, there was negative correlation between soft drink consumption (gram) and nutritional status. There was not significant correlation between energy and protein intake of noodle, milk, as well as soft drink and nutritional status.

Keywords : Noodle, Milk, Soft drink, Macronutrient adequacy, and University students.


(3)

Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan. Dibimbing oleh Dodik Briawan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja dengan status gizi normal dan kegemukan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mempelajari pengetahuan gizi remaja terhadap mie, susu, dan soft drink pada remaja normal dan kegemukan; (2) Mempelajari sikap remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan; (3) Mempelajari atribut produk mie, susu, dan minuman ringan; (4) Membandingkan konsumsi dan asupan zat gizi terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan; (5) Mengkaji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan; (6) Mengkaji hubungan konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja normal dan kegemukan.

Desain penelitian ini adalah Cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki status gizi normal dan overweight. Teknik penarikan contoh dilakukan dengan simple random sampling dengan jumlah contoh adalah 90 contoh yang terdiri dari 60 contoh berstatus gizi normal dan 30 contoh berstatus gizi kegemukan.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik idividu, pengetahuan individu yang meliputi pengetahuan gizi dan pengetahuan produk (product knowledge), sikap terhadap produk pangan pilihan, atribut poduk, dan konsumsi pangan termasuk konsumsi produk mie, susu, dan minuman ringan. Data primer seperti pengetahuan gizi dan pengetahuan produk (product knowledge), sikap terhadap produk pangan pilihan, dan atribut poduk diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada individu menggunakan kuisioner yang dirancang oleh peneliti dengan acuan penelitian sebelumnya, data konsumsi pangan diperoleh dengan cara recall 1 x 24 jam, dan dilakukan Food Frequency Questionnaire (FFQ) dalam satu minggu terakhir untuk melihat kebiasan konsumsi produk. Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari Badan Pengawas Asrama TPB.

Analisis gambaran menggunakan statistik deskriptif. Analisis hubungan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman, dan dilakukan uji beda (Independent Sample t-Test) pada peubah contoh normal dan kegemukan. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (53.3%) dan contoh yang berstatus gizi kegemukan (60%) memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (58.7%) bersikap netral dan 41.7% bersikap positif terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan. Namun, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan lebih dari separuh contoh (60.0%) bersikap positif dan 40.0% bersikap netral terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan. Uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan (p<0.05) antara pengetahuan terhadap


(4)

sikap contoh. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapatnya hubungan signifikan (p>0.05) antara pengetahuan dan sikap contoh (normal dan kegemukan) terhadap jumlah konsumsi mie, konsumsi susu, konsumsi minuman ringan, serta asupan energi dan protein dari masing-masing produk tersebut. Produk mie dan olahannya yang biasa dikonsumsi contoh adalah mie basah dan indomie. Produk susu dan olahannya yang biasa dikonsumsi contoh adalah Ultramilk (cair), Keju (Kraft), Yoghurt (Activia). Produk minuman ringan yang biasa dikonsumsi contoh adalah Pepsi cola, Your tea, Teh kotak, dan Nutrisari.

Kontiribusi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan energi pada contoh yang berstatus gizi normal masing-masing yaitu 4.0%, 3.9%, dan 5.5%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 3.1%, 3.8%, dan 3.3%. Kontribusi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan protein pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 2.7%, 8.7%, dan 0.9%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 2.1%, 5.4%, dan 0.4%. Kontribusi total asupan lemak pada mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan energi pada contoh yang berstatus gizi normal masing-masing yaitu 1.4%, 1.3%, dan 0.0%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 1.4%, 1.7%, dan 0.0%. Kontribusi total asupan karbohidrat pada mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan energi pada contoh yang berstatus gizi normal masing-masing yaitu 2.4%, 3.0%, dan 6.4%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukanmasing-masing yaitu 2.5%, 2.7%, dan 4.6%.

Berdasarkan Food Frequency Questionnaire (FFQ) dalam konsumsi seminggu terakhir diketahui bahwa rata-rata konsumsi mie pada contoh yang berstatus gizi nomal adalah 2.1 ± 1.3 bungkus per minggu sedangkan pada contoh yang berstatus gizi kegemukan adalah 2.4 ± 2.2 bungkus per minggu. Rata-rata konsumsi susu pada contoh yang berstatus gizi normal adalah 4.3 ± 3.2 gelas/pack per minggu sedangkan pada contoh yang berstatus gizi kegemukan adalah 5.1 ± 4.3 gelas/pack per minggu. Rata-rata konsumsi minuman ringan pada contoh yang berstatus gizi normal adalah 3.1 ± 2.5 gelas/pack per minggu sedangkan pada contoh yang berstatus gizi kegemukan adalah 2.0 ± 1.5 gelas/pack per minggu.

Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara jumlah konsumsi mie, jumlah konsumsi minuman ringan pada contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada jumlah konsumsi susu antara contoh normal dan kegemukan. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara asupan energi dan protein pada mie, susu, dan minuman ringan contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan.

Berdasarkan hasil uji statistik (korelasi Pearson), dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara asupan energi dan protein pada mie, susu, dan minuman ringan terhadap status gizi. Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara jumlah konsumsi mie terhadap status gizi. Namun, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara jumlah susu dan terdapat hubungan berkorelasi negatif antara jumlah minuman ringan yang dikonsumsi terhadap status gizi.


(5)

MERITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Gizi Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

Judul : Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi pada Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan

Nama : Merita NRP : I14070105

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN NIP. 19660701 199002 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP 19621218 198703 1 001


(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan” dilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dinas Pendidikan Propinsi Jambi yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama menjalani pendidikan S1 di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku pemimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, memberi arahan, masukan, serta saran yang sangat membangun kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas masukan dan kritikan yang telah diberikan.

4. Kepala Badan Pengelola Asrama (BPA) Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Asrama Putri TPB IPB.

5. Ayahanda (Alm), Ibunda, Kakanda, Rupi, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, nasihat, dan kepercayaan penuh kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan program studi S1 Ilmu Gizi dengan baik.

6. Emil, Desi, Devi Nur, dan Yeni selaku pembahas seminar.

7. Teman-teman terbaik (Yulia, Linda, Nuvi, Novi Lusy, dan Stefani) serta teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 44 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Rekan-rekan BUD Propinsi Jambi (Ana, Novriyanti, Silvia, Cantika, Gustam, Eko, Eki, dan Rahman) serta teman-teman Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA).

8. Teman-teman Kuliah Kerja Profesi di Desa Petir Dramaga dan teman-teman Internship Dietetik di RS Kanker Dharmais Jakarta


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak Empri (Alm) dan Ibu Yulidar. Penulis dilahirkan di Bangko pada tanggal 18 Mei 1990. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Putra III Bangko pada tahun 1994 sampai 1995 dan melanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Bangko pada tahun 1995 hingga 2001. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2001 sampai 2004 di SMP Negeri 3 Bangko. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bangko.

Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi Jambi penulis diterima sebagai mahasiswi Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswi, penulis tercatat sebagai staf Kementrian Sosial dan Lingkungan Hidup BEM KM IPB periode 2007/2008 dan klub Kebijakan Pangan dan Gizi HIMAGIZI periode 2008/2009. Selain itu, penulis juga aktif di Organisasi Daerah Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA) sebagai koordinator Kebudayaan dan Seni periode 2008/2009 serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB, BEM FEMA IPB, DPM FEMA IPB, BP HIMAGIZI, serta HIMAGIZI FEMA IPB.

Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor selama 2 bulan terhitung dari 28 Juni hingga 10 Agustus 2010. Selain itu, penulis juga telah melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta pada bulan Februari 2011. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Metodologi Penelitian Gizi tahun ajaran 2011/2012.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ...iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan... 3

Hipotesis ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Remaja ... 6

Pengetahuan ... 6

Sikap ... 7

Konsumsi Pangan ... 7

Mie ... 9

Susu ... 10

Minuman Ringan ... 11

Status Gizi ... 12

KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

METODE PENELITIAN ... 16

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 16

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 16

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan dan Analisis Data ... 19

Definisi Operasional ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

Gambaran Umum Asrama TPB IPB ... 24

Karakteristik Contoh... 25

Pengetahuan Gizi ... 26

Sikap terhadap Mie, Susu, dan Minuman Ringan ... 29

Atribut Produk ... 34

Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan ... 38

Asupan Energi dan Zat Gizi ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kontribusi dua gelas susu ... 11

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi ... 25

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi ... 25

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi . 26 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk mie ... 27

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk susu ... 27

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk soft drink 28 Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan sikap dan status gizi ... 29

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk mie ... 30

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk susu... 31

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk soft drink ... 32

Tabel 12 Jenis produk yang paling sering dikonsumsi ... 34

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan alasan mengkonsumsi produk ... 39

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan waktu biasanya mengkonsumsi produk 41 Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan cara pengolahan mie yang disukai ... 42

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis soft drink yang dikonsumsi ... 43

Tabel 17 Kontribusi asupan energi pada produk terhadap kecukupan energi .... 44

Tabel 18 Kontribusi asupan protein pada produk terhadap kecukupan protein .. 45

Tabel 19 Kontribusi asupan lemak pada produk terhadap kecukupan energi .... 46

Tabel 20 Kontribusi asupan karbohidrat produk terhadap kecukupan energi ... 46

Tabel 21 Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi ... 48


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Bagan kerangka konsep analisis konsumsi mie, minuman ringan, dan

susu terhadap kecukupan gizi mahasiswi dengan status gizi normal dan kegemukan. ... 15


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuisioner penelitian ... 59

Lampiran 2 Kandungan energi dan zat gizi makro tiap merk dan jenis produk ... 70

Lampiran 3 Uji hubungan uang saku dengan status gizi ... 72

Lampiran 4 Uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap ... 72

Lampiran 5 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie ... 72

Lampiran 6 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi susu ... 72

Lampiran 7 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi soft drink73 Lampiran 8 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi mie ... 73

Lampiran 9 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi susu ... 73

Lampiran 10 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi soft drink ... 73

Lampiran 11 Uji beda konsumsi produk pada contoh normal dan kegemukan ... 74


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini teknologi pengolahan pangan semakin berkembang dengan pesat. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya industri pangan yang menghasilkan berbagai produk pangan unggulan seperti mie, minuman ringan (soft drink), dan susu. Menurut Badan Pusat Statistik (2009), pada tahun 2008 terdapat 6316 perusahaan pangan yang bergerak dalam bidang sub sektor makanan dan minuman.

Perkembangan teknologi pangan saat ini berperan dalam pola konsumsi pangan masyarakat. Menurut Martianto (1995) konsumsi pangan (food intake) seseorang yang meliputi jenis, waktu, tempat, cara, dan jumlah pangan yang dikosumsi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dari individu sendiri. Pengetahuan gizi yang baik cenderung menciptakan pola konsumsi pangan yang baik dan sebaliknya. Pengetahuan gizi individu akan mempengaruhi keputusan pembelian terhadap pangan. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka ia akan lebih baik dalam mengambil keputusan, ia akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu me-recall informasi dengan baik.

Tingkat pengetahuan gizi individu berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan pangan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Menurut Irawati, Damanhuri, dan Fachrurrozi (1992) masyarakat lebih memilih kepraktisan dalam mengkonsumsi pangan namun tetap memiliki kandungan gizi yang lengkap di dalamnya. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi sehingga menjadi trend baru seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat dan perkembangan teknologi pangan.

Mie adalah salah satu contoh hasil perkembangan teknologi pangan dan merupakan makanan berenergi yang terbuat dari tepung terigu, air, dan garam. Menurut Wulansari (1999) mie instan sangat umum dikonsumsi oleh masyarakat di dunia terutama di Asia karena makanan ini mengenyangkan, sifatnya yang praktis, mudah dibuat, rasanya dapat diterima oleh hampir seluruh kalangan, dan harganya lebih ekonomis sehingga dapat dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat. Perkembangan konsumsi mie yang sangat pesat memberi pelajaran bahwa bahwa mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen Indonesia.


(14)

2

Selain mie, salah satu makanan yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi adalah susu. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2009 rata-rata konsumsi kalori dan protein yang berasal dari susu adalah 51.59 kkal/kap dan 2.96 g/kap. Susu merupakan sumber protein hewani yang kaya akan nilai gizi yang dapat menunjang kebutuhan akan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada remaja. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut.

Konsumsi global susu dan produk susu cair lainnya (tidak termasuk kedelai dan susu alternatif) mencapai yang tertinggi pada 2008, yakni sebanyak 258 milyar liter. Hal tersebut didasarkan pada riset terbaru yang dilakukan oleh Tetra Pak. Tetra Pak memperkirakan bahwa konsumsi susu global akan terus tumbuh dengan laju 5.2% mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2012, dan akan mencapai 70 milyar liter pada tahun tersebut. Pertimbangan kuantitas dan kualitas dari susu yang ditawarkan di pasaran akan mempengaruhi juga terhadap preferensi remaja dalam mengkonsumsi susu (Komarudin 2000).

Selain itu, minuman ringan (soft drink) juga merupakan produk pangan yang sering dikonsumsi dikalangan masyarakat. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman non alkohol yang terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2009 rata-rata konsumsi kalori dan protein dari bahan minuman adalah 101.73 kkal/kap dan 0.98 g/kap.

Penelitian Sumarwan dan Tanziha (2005) pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor, menunjukkan hasil bahwa dari 102 contoh (51%) yang mengkonsumsi minuman ringan (sari buah) memiliki alasan yaitu enak dan menyegarkan, menambah vitamin, praktis, harga terjangkau, mudah didapat, adanya keinginan mengkonsumsi dan sudah terbiasa. Salah satu temuan menarik oleh Alamsyah (2010) dalam penelitian pada remaja SMP Raksana Medan, menunjukkan bahwa minuman ringan merupakan minuman yang paling digemari oleh sebagian besar kelompok remaja. Rata-rata remaja mengkonsumsi dua kaleng/botol dalam kurun waktu satu minggu. Hal ini terjadi karena pada masa remaja cenderung terjadi perubahan-perubahan yang cepat dalam aspek kognitif dan emosi sehingga remaja cenderung selalu ingin


(15)

mencoba trend baru dan cenderung menjadikan konsumsi minuman ringan sebagai gaya hidup.

Ketiga produk pangan di atas merupakan bagian dari produk yang berkembang di pasaran dan sering dikonsumsi oleh kalangan remaja. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai konsumsi mie, susu, dan minuman ringan (soft drink) terhadap kecukupan energi dan zat gizi seperti protein, lemak, dan karbohidrat pada remaja dengan status gizi normal dan kegemukan.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja dengan status gizi normal dan kegemukan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pengetahuan gizi remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

2. Mempelajari sikap remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

3. Mempelajari atribut produk mie, susu, dan minuman ringan.

4. Membandingkan konsumsi dan asupan zat gizi terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

5. Mengkaji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

6. Mengkaji hubungan konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja normal dan kegemukan.

Hipotesis

1. Adanya hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh remaja normal dan kegemukan.

2. Adanya hubungan konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap status gizi remaja.


(16)

4

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi, pengetahuan gizi, sikap, dan tingkat konsumsi remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan. Bagi mahasiswa dan kalangan masyarakat, penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam menilai pangan yang baik untuk dikonsumsi dan sesuai dengan kebutuhan zat gizi. Sedangkan bagi pihak produsen, penelitian ini dapat dijadikan informasi sampai sejauh mana produknya diterima oleh konsumen dan dapat menjadi masukan untuk peningkatan mutu pangan agar sesuai dengan kebutuhan gizi.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Istilah remaja adolesence berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh’ atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock 1994). Masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 15-18-21 tahun termasuk remaja akhir (Monks, Knoers & Haditono 1994).

Remaja membutuhkan kecukupan gizi yang khusus, karena waktu remaja merupakan periode yang rawan, hal ini disebabkan pertama karena remaja membutuhkan zat gizi dan energi yang besar untuk pertumbuhan yang cepat. Kedua ialah pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi asupan zat gizi. Ketiga ialah karena pada umumnya remaja banyak berpartisipasi pada olah raga, dan biasanya banyak melakukan diet ketat (Rickert 1996). Pada saat remaja kebutuhan gizi meningkat karena terjadinya proses pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang tinggi (Almatsier 2003). Oleh karena itu sebaiknya kebutuhan gizi tercukupi secara baik.

Pengetahuan

Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Natoadmodjo 1993).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tepat mengenai kontribusi gizi dari berbagai makanan akan menimbulkan gizi salah yang dapat merugikan kecerdasan dan produktivitas (Irawati, Damanhuri & Fachrurrozi 1992).

Informasi pangan dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman masa lalu, keluarga, maupun pengaruh orang-orang terkemuka atau terpandang dalam masyarakat (Suhardjo et al. 1988). Setelah informasi didapat, konsumen akan


(18)

6

memproses informasi tersebut. Pada suatu keadaan tertentu, kadang-kadang konsumen merasa perlu untuk memperoleh informasi tambahan agar dapat mengevaluasi alternatif merek atau menentukan produk yang akan dibeli, informasi yang penting akan disimpan dalam ingatan. Faktor-faktor yang mendorong konsumen untuk memperoleh informasi tambahan adalah tingginya keterlibatan konsumen, tingginya resiko yang akan ditanggung, rendahnya pengetahuan terhadap produk, rendahnya tekanan waktu, mahalnya harga produk dan keanekaragaman produk (Assael 1992).

Menurut Sumarwan (2003), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Memahami pengetahuan konsumen penting bagi pemasar karena apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli, dan kapan membeli, akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka ia akan lebih baik dalam mengambil keputusan, ia akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu me-recall informasi dengan baik.

Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk. Peter dan Olson (1999) dalam Sumarwan (2003) menyebutkan bahwa konsumen memliki tingkat pengetahuan pruduk yang berbeda. Pengetahuan ini meliputi kelas produk (product class), bentuk produk (product form), merek (brand), model/fitur (model/features). Peter dan Olson (1999) dalam Sumarwan (2003) juga membagi tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang karakterisik atau atribut produk, pengetahuan tentang manfaat produk, dan pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan produk.

Pengetahuan atribut produk adalah bahwa seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakterisktik atau ciri atribut dari produk tersebut. Seorang konsumen mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakterisktik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan


(19)

mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya.

Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan namun menunjukkan suatu kecenderungan bertindak (Notoatmodjo 2003). Sikap mengandung komponen kepercayaan, emosi atau evaluasi, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam pembentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peran yang penting. Pengetahuan akan mendorong untuk berpikir sehingga terbentuk suatu keyakinan atau kepercayaan tertentu. Adanya keyakinan tersebut kemudian mendorong seseorang untuk mengambil sikap atau posisi tertentu terhadap suatu objek.

Menurut Sumarwan (2004), sikap adalah ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek, terkait suka atau tidak suka. Sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut atau manfaat dari obyek tersebut. Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif (kepercayaan terkait obyek), afektif (perasaan terkait obyek), dan konatif (kecenderungan untuk bertindak).

Sikap belum merupakan suatu perbuatan, tetapi dari sikap seseorang dapat diramalkan perbuatannya. Sikap mengarahkan tindakan secara langsung. Sikap secara positif akan mondorong orang untuk menerima dan mengadopsinya menjadi tindakan (praktik), sedangkan sikap negatif cenderung menimbulkan praktik yang juga negatif semacam menghindar, menolak, atau menjauhi (Notoatmodjo 2003).

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat hidup sehat (Harper et al. 1986). Semakin beragam bahan pangan yang dikonsumsi maka akan semakin beragam pula zat gizi yang diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizinya. Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu dengan jenis tunggal atau beragam. Ada tiga hal yang harus mempengaruhi konsumsi pangan yaitu kuantitas dan ragam pangan yang


(20)

8

tersedia dan diproduksi, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi (Wulandari 2000).

Konsumsi pangan tingkat individu atau pereorangan dapat dilakukan antara lain dengan metode recaIl 24 jam dan metode frekuensi makanan (food frequency). Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini enumerator meminta agar responden mengingat-ingat secara terperinci apa yang telah dikonsumsi selama 1-3 hari terakhir tersebut. Untuk keperluan ini digunakan alat bantu misalnya ukuran-ukuran rumah tangga, model pangan, dan sebagainya untuk menentukan perkiraan-perkiraan konsumsi pangan yang lebih mendekati. Cara ini relatif cepat dan murah tetapi mengandung subyektivitas tinggi dan menimbulkan kesalahan sistematik (Suhardjo 1989). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu. Sedangkan metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun (Supariasa, Bakri & Fajar 2001).

Konsumsi makanan diartikan sebagai jumlah makanan yang dinyatakan dalam bentuk energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral). Konsumsi makanan yang tidak memadai kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan masalah gizi. Konsumsi makanan adalah faktor yang mempengaruhi langsung terhadap keadaan gizi seseorang (Sediaoetomo 1996). Sanjur (1982) menyatakan bahwa konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga.

Frekuensi makan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi (Sukandar 2007). Frekuensi makan diukur dalam satuan kali perhari, kali per minggu, maupun kali per bulan. Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan kondisi ekonomi lemah. Hal ini disebabkan orang yang memilki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi memiliki daya beli tinggi sehingga dapat mengkonsumsi makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi (Khomsan et al. 1998).


(21)

Secara umum tujuan survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Berdasarkan jenis data terdapat dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, dan sosial budaya (Sanjur 1982). Sedangkan menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, distribusi makan antar anggota keluarga. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota.

Kebiasaan makan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain teman sebaya, keadaan emosional, pelaksanaan diet, penurunan berat badan, lingkungan termasuk snack dan fast food, dan pengetahuan gizi remaja. Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, kebiasaan makan mereka seperti 1) tidak makan, terutama makan pagi atau sarapan, 2) kegemaran makan snack dan kembang gula, 3) mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai (Suhardjo 1989).

Mie

Menurut Purnawijayanti (2002) mie instan adalah produk mie kering yang siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Dalam pembuatan mie instan, setelah terbentuk mie segar, dilanjutkan dengan proses pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggoreng mie dalam minyak ataupun menggunakan udara kering panas. Mie instan umumnya dikemas per porsi penyajian, lengkap dengan minyak sayur, bumbu, cabai kering, dengan atau tanpa penambahan sayuran kering. Mie instan mengandung karbohidrat akan


(22)

10

tetapi diperlukan tambahan sayuran segar sebagai sumber vitamin, dan telur atau daging sebagai sumber proteinnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta oleh Wulansari (1999) menunjukkan bahwa konsumsi mie instan oleh mahasiswa memberikan kontribusi energi yang berkisar antara 3.85%-20.14% dengan rata-rata sebesar 9.64% dan kontribusi protein antara 4.19%-21.22% dengan rata-rata sebesar 9.44% dari rata-rata kecukupan gizi contoh. Terlihat dalam hal ini bahwa kisaran dan rata-rata kontribusi kedua zat gizi tersebut yang berasal dari mie instan dapat dikatakan relatif sama. Angka yang diperoleh menunjukkan sumbangan energi dan protein mie instan dalam pemenuhan kecukupan energi dan protein responden dapat dikatakan masih relatif kecil (< 50%).

Susu

Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah dengan bahan-bahan lain. Hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau, unta, kambing perah (kambing etawa), dan domba (Hidiwiyoto 1993).

Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung beberapa faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah lemak 3.9%, protein 3.4%, laktosa 4.8%, abu 0.72%, air 87.10%, dan bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Produk – produk susu terdiri dari susu homogeny, susu skim dan krim, susu kental manis, susu kental tidak manis atau susu diuapkan, susu kering, yoghurt, keju, es krim, dan mentega (Buckle et al. 1985).

Menurut Khomsan (2002) susu dikenal sebagai minuman sumber kalsium. Oleh karena itu membiasakan diri minum susu akan memberikan dampak positif bagi kesehatan terutama untuk mencegah osteoporosis (kerapuhan tulang). Penilitan AS menunjukkan bahwa apabila kita minum 2 gelas susu sehari dimana satu gelas setara dengan 200 cc, maka susu tersebut menyumbangkan energi 10-16% dan menyumbang protein 25-44%. Kontribusi susu terhadap energi dan protein dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.


(23)

Tabel 1 Kontribusi dua gelas susu

Umur (th) Energi (%) Protein (%)

4 – 9 16 44

10 – 19 (pria) 12 25

10 – 19 (wanita) 15 32

20 – 59 (pria) 10 30

20 – 59 (wanita) 13 34

Minuman Ringan

Minuman ringan (soft drink) pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Priestley dari Inggris pada tahun 1772 dengan nama sparkling water, kemudian dengan berbagai penelitian lanjutan muncul minuman berkarbonat. Bisnis minuman ringan dimulai pada tahun 1806 oleh Benjamin Sillomon, seorang professor kimia di sekolah tinggi Yale di kota Connecticut. Dia memperkenalkan minuman berkarbonat yang dikemas dalam botol. Tahun 1830–1866 minuman soda dengan berbagai macam flavor menjadi populer, dan jenis flavor yang digunakan adalah cola, lemon-lime, orange, ginger ale, root beer, dan anggur. Pada tahun 1886 seorang apoteker dan pendiri confenderate solder, John Styth Pemberton menjadikan minuman tersebut menjadi favorit dengan menambahkan ekstrak dari cocoa. Minuman cola adalah minuman yang paling populer sampai sekarang (Ensminger, Konlade & Robson 1994).

Minuman ringan didefinisikan sebagai minuman penyegar umumnya mengandung atau tidak mengandung karbonat, pemanis, asam, flavor alami atau buatan (Ensminger, Konlade & Robson 1994). Menurut Thorner dan Herberg (1978), minuman ringan adalah minuman tidak beralkohol yang mengandung gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air tanpa atau mengandung karbondioksida. Klasifikasi jenis minuman ringan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. Minuman bergas (carbonated), jenis minuman ini mengandung gula, asam, flavor, dan konsentrat.

2. Minuman tidak bergas (non carbonated), jenis minuman ini mencakup sari buah dan teh.

3. Minuman gas yang tidak mengandung gula, asam atau essen (sparkling water), seperti air soda.

Konsumsi minuman ringan (soft drink) adalah komponen lain yang belum banyak diteliti di Indonesia, sementara di Amerika dan negara-negara Eropa penelitian tersebut telah banyak dilakukan. Menurut survey pada tahun 1998 yang dilakukan oleh Centre for Science in The Public Interest (CSPI) dalam


(24)

12

menunjukkkan bahwa remaja mengkonsumsi 64.5 galon (244.15 liter) minuman ringan/tahun. Jumlah ini merupakan tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun 1978. Sebanyak 75 % remaja laki-laki minum soda 12 ons (0.35 liter) perhari sementara 2/3 remaja perempuan minum 2 kaleng/hari. Remaja juga mengkonsumsi minuman ringan 2 kali lipat lebih banyak dari konsumsi susu. Menurut direktur CSPI kebanyakan remaja menjadikan minuman ringan sebagai minuman utama dan menyediakan 15-20% kebutuhan kalori/hari (Yule A 2002).

Berdasarkan penelitian Arofah dan Hertanto (2007) tentang konsumsi soft drink pada remaja SMU N 5 Semarang diketahui bahwa minuman ringan memberi kontribusi 7.1% dari total pemasukan energi, pemanis buatan ditambahkan untuk memenuhi selera rasa yang digemari remaja, tambahan pemanis ini mencapai 7 hingga 14%, diantaranya fruktosa dan sukrosa. Tingginya kadar pemanis buatan ini meningkatkan asupan kalori pada remaja.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001).

Menurut Riyadi (2001), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Status gizi dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu melalui penilaian konsumsi pangan, antropometri, biokimia, dan klinis. Setiap cara penilaian status gizi tersebut melengkapi cara yang lainnya, dengan demikian membantu dalam penyediaan indikator tambahan untuk mendukung penilaian yang lebih lengkap (Riyadi 1995).

Antropometri sudah digunakan pada remaja dalam konteks yang berhubungan dengan status gizi dan kesehatan. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri untuk kekurusan (thinness) dan overweight pada masa remaja. BB/U dianggap tidak informatif atau menyesatkan bila tidak ada informasi tentang TB/U. Pendekatan konvensional terhadap kombinasi penggunaan BB/U dan TB/U untuk menilai massa tubuh dianggap aneh dan memberikan hasil yang bias. Data referensi BB/TB memiliki keuntungan karena tidak memerlukan informasi tentang umur


(25)

kronologis. Tetapi, hubungan BB/TB berubah secara dramatis menurut umur dan menurut status kematangan seksual selama remaja (Riyadi 2001).

Karena berbagai keterbatasan tersebut, IMT menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini memerlukan informasi tentang umur. Indikator ini juga sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan indikator ini juga sejalan dengan indikator-indikator yang direkomendasikan untuk orang dewasa. Indeks Massa Tubuh diukur dengan menggunakan rumus IMT=BB/TB2 (kg/m2). Menurut WHO (2007) status gizi remaja dapat dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD).

Istilah obesitas dan overweight seringkali dianggap sama. Sebenarnya kedua istilah tersebut tidak sama. Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan, overweight merupakan suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan (Mahan et al. 2000).

Perbedaan overweight dan obesitas terutama karena perbedaan komposisi tuubuh. Obesitas merupakan suatu kelebihan lemak tubuh, sedangkan overweight berkaitan dengan berat badan yang melebihi standar dan tidak selalu berhubungan dengan kelebihan lemak, karena komponen tubuh tidak hanya lemak tetapi juga protein, mineral dan air (Riyadi 1993). Pada dasarnya penyebab kegemukan/gizi lebih adalah faktor-faktor seperti psikologis atau psikomotorik, pendidikan dan pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kelainan endokrin (hormon), intake makanan yang melebihi kebutuhan, faktor ekonomi dan keturunan (Suyono 1986). Menurut Wirakusumah (1994) intake makanan yang melebihi kebutuhan dapat disebabkan antara lain karena banyak makan ketika menghadapi stress atau depresi dan akibat perilaku/kebiasaan makan yang salah, antara lain ketika memilih makanan, mengolah makanan, kebiasaan ngemil, melupakan makan pagi, makan dengan tergesa-gesa, makan secara berlebihan, frekuensi makan yang tidak teratur, dan terkadang menghindari nasi.


(26)

KERANGKA PEMIKIRAN

Individu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB yang menurut golongan umur termasuk remaja akhir (18–21 tahun) serta memiliki status gizi normal dan overweight. Data yang diperoleh dari karakteristik individu ini meliputi status gizi, jenis kelamin, umur, uang saku dan pengalokasiannya.

Karakteristik individu berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap yang nantinya akan mempengaruhi konsumsi individu tersebut. Pengetahuan individu dalam hal ini adalah pengetahuan gizi dan pengetahuan terhadap produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) yang menjadi andalan dalam menentukan konsumsi pangan. Tingkat pengetahuan tersebut berpengaruh terhadap sikap yang dalam hal ini adalah sikap individu terkait manfaat mengkonsumsi, pengolahan atau penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanaan (safety) dari masing masing produk tersebut yang nantinya akan mempengaruhi dalam pemilihan makanan (produk).

Pengetahuan dan sikap yang terbentuk akan mempengaruhi dalam konsumsi individu terhadap suatu produk. Hal ini juga dipengaruhi oleh atribut dari produk itu sendiri seperti harga, merek, rasa, dan informasi nilai gizi. Atribut produk yang dianggap bermanfaat dan menguntungkan cenderung mempengaruhi individu untuk mengkonsumsi produk tersebut.

Kecenderungan berperilaku tersebut kemudian akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan termasuk jumlah konsumsi mi, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh remaja. Berdasarkan kecukupan gizi individu dapat diketahui tingkat kecukupan zat gizi dari mie, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh individu tersebut.


(27)

Gambar 1 Bagan kerangka konsep analisis konsumsi mie, minuman ringan, dan susu terhadap kecukupan gizi mahasiswi dengan status gizi normal dan kegemukan.

Karakteristik Individu

Pengetahuan (Pengetahuan Gizi dan

Pengetahuan Produk)

Sikap

Atribut Produk

Konsumsi mie, susu, dan minuman ringan

Kontribusi zat gizi (Energi, Protein, Karbohidrat,

dan Lemak)

Status gizi normal

Status gizi kegemukan


(28)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu untuk meneliti variabel tertentu dan menentukan hubungan antara variabel tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan alasan Peguruan Tinggi tersebut merupakan Perguruan Tinggi unggulan di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah remaja (mahasiswa tingkat pertama) Tahap awal dalam penarikan contoh adalah melakukan survei terhadap sampel. Berdasarkan survey diketahui bahwa jumlah mahasiswa asrama TPB-IPB adalah 1456 yang terdiri dari 5 asrama yaitu A-1, A-2, A-3, Rusunawa, dan Sylvasari.

Jumlah sampel tersebut dikelompokan menurut katagori status gizi. Pengukuran status gizi dikategorikan berdasarkan nilai (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD).

Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang tergolong remaja akhir (18-21 tahun) serta memiliki status gizi normal dan kegemukan dengan pertimbangan prevalensi status gizi normal dan kegemukan pada remaja kota Bogor masing-masing yaitu sebesar 81.9% dan 8.9% (Riskesdas 2007). Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara simple random sampling. Jumlah contoh ditentukan berdasarkan rumus studi deskriptif (Chandra 1996) adalah sebagai berikut:

n1 = p1 (1-p1) (Z/d)2

= 0.819 (1-0.819) (1.96/0.10)2 = 56.9

n2 = p2 (1-p2) (Z/d)2

= 0.089 (1-0.089) (1.96/0.10)2 = 31.1


(29)

Keterangan:

n1 = jumlah contoh dengan status gizi normal n2 = jumlah contoh dengan status gizi overweight d = toleransi estimasi (10%) = 0.10

p1 = prevalensi remaja status gizi normal (81.9%) = 0.819 p2 = prevalensi remaja status gizi overweight (8.9%) = 0.089 Z = 1.96 dengan derajat kepercayaan 95%

Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut di atas, maka jumlah contoh yang diteliti adalah 60 contoh dengan status gizi normal dan 30 contoh dengan status gizi kegemukan selanjutnya diberi kuisioner penelitian untuk mengetahui tingkat konsumsi mie, susu, dan minuman ringan.

Sebanyak 90 contoh yang akan dijadikan sasaran penelitian diperoleh dengan terlebih dahulu mengunjungi Badan Pengurus Asrama (BPA) untuk meminta perizinanan dalam melakukan survey awal penelitian. Melalui survey awal diperoleh jumlah mahasiswi yang tinggal di Asrama TPB. Setelah itu, dilakukan penimbangan berat badan dan pengkuran tinggi badan terhadap mahasiswi yang status gizi normal dan kegemukan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Setelah diketahui hasil status gizi dari keseluruhan mahasiswi di Asrama TPB maka secara acak (simple random sampling) akan diambil mahasiswi yang berstatus gizi normal dan kegemukan berdasarkan perhitungan di atas yaitu 60 contoh dengan status gizi normal dan 30 contoh dengan status gizi kegemukan yang akan diberikan kuisioner penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik individu, pengetahuan individu yang meliputi pengetahuan gizi dan pengetahuan produk (product knowledge), sikap terhadap produk pangan pilihan, atribut produk, dan konsumsi pangan termasuk konsumsi produk mie, susu, dan minuman ringan. Data primer ini diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada individu menggunakan kuisioner yang dirancang oleh peneliti dengan acuan penelitian sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari Badan Pengawas Asrama TPB.


(30)

18

Data karakteristik individu meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pendidikan, dan alokasi uang saku. Data tersebut diperoleh dengan pengisian kuisioner yang dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti.

Data antropometri yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran secara langsung menggunakan timbangan injak (bathroom scale) dengan ketelitian 0.1 kg dan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm sedangkan data lainnya diperoleh melalui pengisian kuisioner yang telah dirancang oleh peneliti. Pada waktu dilakukan penimbangan, contoh diminta untuk melepaskan sepatu dan tidak diperkenankan untuk membawa dompet, handphone maupun barang lain di sakunya. Sedangkan saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta melepaskan sepatu/alas kaki dan topi atau aksesoris rambut lainnya (jika ada).

Pengetahuan contoh diukur dengan memberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan yang berkaitan dengan gizi dan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan produk. Pengetahuan gizi meliputi 15 pertanyaan yang berkaitan tentang gizi secara umum yang disesuaikan dengan instrumen pengetahuan gizi pada remaja dalam desertasi Emillia (2008). Pengetahuan produk meliputi 13 pertanyaan yang meliputi kandungan zat gizi, manfaat, merek, dan keamanan (safety) dari masing-masing produk. Pengisian kuisioner dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti.

Sikap terkait dengan mie, susu, dan minuman ringan diperoleh dengan cara memberikan 15 pernyataan “positif” terkait manfaat mengkonsumsi, pengolahan atau penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanaan (safety) dari dari masing masing produk tersebut. Data tersebut diperoleh dengan pengisian kuisioner yang dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti.

Data atribut produk diperoleh dengan cara terlebih dahulu mengetahui merek produk yang paling sering dikonsumsi individu. Setelah mengetahui merek produk yang paling sering dikonsumsi, maka dilakukan survey pasar untuk melihat atribut produk yang meliputi harga, rasa, merek, informasi nilai gizi (nutrition fact), dan produsen dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang biasa dikonsumsi oleh individu tersebut.

Data konsumsi pangan termasuk produk mie, susu, dan minuman ringan diperoleh dengan me-recall 1 x 24 jam terakhir dalam waktu sehari, dan frekuensi konsumsi dari masing-masing produk tersebut dalam waktu seminggu.


(31)

Selain itu, diberikan juga 10 pertanyaan yang terkait dengan ketiga produk yang dikonsumsi contoh.

Data sekunder pada penelitian ini adalah karateristik kampus yang meliputi letak/lokasi kampus, sarana dan prasarana, dan jumlah mahasiswa tingkat pertama yang diperoleh dari buku profil Badan Pengawas Asrama (BPA), Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama, Insititut Pertanian Bogor.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari coding, entri, cleaning dan analisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for Windows. Data karakteristik contoh terdiri dari usia, jenis kelamin, status gizi, uang saku per hari dan alokasi pengeluaran. Data usia dikategorikan sama menjadi (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun termasuk remaja akhir (Monks, Knoers, & Haditono 1994). Data jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data status gizi dikategorikan berdasarkan nilai (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD). Data uang saku dan alokasi uang saku dikategorikan berdasarkan sebaran data yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Pengetahuan contoh terkait gizi dan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) dianalisa dengan cara menjumlah skor jawaban yang benar, kemudian diberi skor. Dari total skor yang diperoleh kemudian digolongkan ke dalam tiga kriteria tingkat pengetahuan gizi yaitu: 1) baik jika skor > 80%, 2) sedang jika skor 60 – 80%, dan 3) kurang jika skor < 60% (Khomsan 2000).

Pengukuran sikap terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan didasarkan pada skala Likert dengan lima skala dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Lima skala tersebut adalah sangat setuju, setuju, biasa, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala biasa, pada penelitian ini tidak digunakan untuk mengukur sikap remaja. Alasan meniadakan skala biasa adalah agar remaja jelas menunjukkan sikapnya terhadap produk tersebut. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa pada beberapa hasil penelitian yang menggunakan lima


(32)

20

skala termasuk skala biasa, responden sering memiilih skala biasa ketika ragu-ragu dalam menentukan penilaian sehingga hasil persentase skala biasa menjadi lebih besar dari skala yang lain. Menurut Pranowo (2001) yang melakukan penelitian tentang keterkaitan konsumsi produk susu dan coklat dengan sikap dan preferensi remaja terhadap iklan televisi di kota Semarang, keraguan dalam memberikan penilaian biasanya disebabkan responden tidak mengetahui secara pasti tentang hasil yang dimaksud dalam pertanyaan. Selain itu dari hasil uji coba kuisioner yang dilakukan peneliti terhadap 10 mahasiswa tingkat satu dan 10 pelajar SMU Semarang, menunjukkan sebanyak 45 % responden mempunyai sikap netral terhadap suatu produk dan iklan. Dari hasil uji pendahuluan inilah, ditetapkan bahwa pada penlitian ini skala biasa tidak digunakan. Sehingga penilaian sikap dimulai dari nilai terbesar yaitu sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju = (TS), dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Pengukuran sikap dilakukan dengan cara memberikan 15 pernyataan “positif” terkait sikap contoh terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan kemudian diberikan penilaian masing-masing dengan memberi skor 1 apabila setuju dan sangat setuju, akan diberi skor 0 apabila tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selanjutnya total skor sikap contoh terhadap produk tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) sikap negatif, apabila skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) sikap netral, apabila skor 60% - 80% dari total jawaban yang benar, serta (3) sikap positif, apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

Data konsumsi pangan diperoleh dengan me-recall 1 x 24 jam terakhir. Data konsumsi pangan yang telah didapatkan lalu dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal), protein (g), karbohidrat (g), dan lemak (g) merujuk pada Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004) dan informasi nilai gizi yang terdapat pada produk mie, susu, dan minuman ringan yang konsumsi. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut:

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan


(33)

Data konsumsi mie, susu, dan minuman ringan dihitung dengan kesetaraan dalam bentuk padat dikonversi ke dalam satuan gram (g) dan bentuk cair dikonversi ke dalam satuan milliliter (ml). Jumlah mie yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per bungkus) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi mie dalam seminggu dengan jumlah mie yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Jumlah susu yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per gelas) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi susu dalam seminggu dengan jumlah susu yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Sedangkan, jumlah soft drink yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per botol/kemasan) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi soft drink dalam seminggu dengan jumlah soft drink yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan.

Tingkat konsumsi diperoleh dari hasil pembagian antara konsumsi dengan kecukupan, kemudian dikali seratus persen. Tingkat asupan energi dan protein dari konsumsi pangan dikriteriakan menjadi defisit tingkat berat jika <70% AKG, defisit tingkat sedang jika (70-79% AKG), defisit tingkat ringan jika (80-89% AKG), normal jika (90-119% AKG), dan kelebihan jika kelebihan (≥ 120% AKG) (Depkes 1996).

Analisis data dilakukan dalam dua tahap yaitu univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel. Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta frekuensi dan sebaran data.

Analisis bivariat dilakukan dengan tiga uji statistik, yaitu uji korelasi Pearson, uji korelasi Spearman, dan uji beda t-test. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi dan kontribusi zat gizi terhadap kecukupan gizi, menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan. Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara uang saku dengan status gizi. Uji beda t-test dilakukan untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan nilai rata-rata dari contoh yang memiliki IMT normal dan kegemukan terhadap variabel pengetahuan, sikap, konsumsi, dan kontribusi zat gizi terhadap kecukupan gizi.


(34)

22

Definisi Operasional

Mie adalah produk pasta yang terbuat dari tepung terigu yang dapat digolongkan menjadi mie basah dan mie instan, biasanya digunakan sebagai pengganti nasi dan diproses dengan cara perebusan dan penggorengan serta dijual dalam kemasan berbentuk kantong, cup, atau mangkuk.

Susu adalah hasil pemerahan dari sapi atau hewan lainnya yang sudah mengalami proses pengolahan yang biasa dikonsumsi baik dalam bentuk cair, bubuk atau susu kental manis termasuk produk olahannya seperti yoghurt, keju, dan es krim.

Minuman Ringan adalah jenis minuman produk olahan industri yang dikemas dalam botol, kotak sachet dan sebagian besar komposisinya terdiri dari gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air, tanpa atau mengandung karbondioksida (seperti Coca Cola, Fanta, Sprite, Pepsi-Cola, A&W, Adem Sari, Nutri Sari, Fruit Tea, Teh Sosro).

Contoh adalah mahasiswi di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki status gizi normal dan kegemukan, dan mengkonsumsi mie, susu, dan minuman ringan.

Remaja adalah mahasiswi di Asrama putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berusia dari 18 sampai 21 tahun yang tergolong remaja akhir.

Alokasi uang saku adalah jumlah uang saku yang digunakan contoh dalam satuan rupiah (Rp) untuk membeli makanan, minuman, dan keperluan akademik, keperluan pribadi, hiburan, dan transportasi dalam sehari, seminggu atau sebulan.

Pengetahuan adalah kemampuan contoh dalam memahami 28 pertanyaan multiple choice yang meliputi 15 pertanyaan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan 13 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) pada produk mie, susu, dan minuman ringan.

Sikap adalah respon contoh terhadap 15 pernyataan terkait manfaat, pengolahan/penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanan dari produk mie, susu, dan minuman ringan sebagai produk pangan pilihan yang diukur dengan skala Likert yaitu setuju, sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.


(35)

Atribut Produk adalah karakteristik dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang mempengaruhi konsumsi contoh. Karakterisitik produk dalam hal ini adalah harga, rasa, merek, informasi nilai zat gizi (nutrition fact), dan produsen.

Konsumsi pangan adalah jumlah konsumsi mie, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan gram (g) atau milliliter (ml) selama dilakukan recall 1 x 24 jam dan frekuensi konsumsi terhadap masing-masing produk dalam waktu seminggu terakhir.

Kontribusi Zat Gizi adalah persantase zat gizi dari mie, susu, dan minuman ringan yang memberikan sumbangan energi, protein, karbohidrat, dan lemak terhadap kecukupan gizi.

Kecukupan Zat Gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, karbohidrat, dan lemak yang sebaiknya dipenuhi oleh mahasiswi di Asrama Putri TPB IPB yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi badan.

Status gizi normal adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan contoh berada pada kisaran normal yang ditentukan dengan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT/U) berada pada kisaran -2 SD ≤ z ≤ +1SD atau dengan IMT pada kisaran 16.5 – 25 kg/m2.

Status gizi kegemukanadalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan contoh melebihi standar yang ditentukan dengan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT/U) yang berada pada kisaran overweight yaitu +1 SD ≤ z ≤ +2 SD atau dengan IMT pada kisaran 25 – 29.7 kg/m2.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Asrama TPB IPB

Setiap tahun tidak kurang dari 3000 mahasiswa dari seluruh wilayah di Indonesia masuk menjadi mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB) antara lain melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), Ujian Talenta Mandiri, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Beasiswa Utusan Daerah (BUD), serta Beasiswa Prestasi Olahraga dan Seni. Dengan berbagai jalur seleksi tersebut, mahasiswa baru yang tersaring masuk IPB sangat plural, berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai latar belakang keilmuan dan budaya yang beragam.

Mahasiswa IPB pada tahun pertama diwajibkan menjalani kegiatan perkuliahan dasar yang dinamakan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester atau satu tahun. Jumlah satuan kredit semester (SKS) yang diambil selama masa TPB adalah 36 SKS. Khusus mahasiswa jalur masuk USMI, UTMI, dan BUD diwajibkan juga menjalani kegiatan perkuliahan matrikulasi yang diselenggarakan satu bulan lebih awal, sebelum perkuliahan regular berlangsung. Selain menjalani perkuliahan, mahasiswa TPB juga diwajibkan menjalani Program Pengembangan Akademik dan Multibudaya (PPAMB) dan tinggal di asrama. Program tersebut memberikan kesempatan berinteraksi dengan berbagai latar belakang bidang ilmu, budaya, agama, dan suku bangsa.

Asrama mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) terdiri atas asrama putra dan asrama putri. Dalam hal penelitian ini, contoh yang diambil hanya mahasiswi di asrama putri. Asrama putri terdiri atas lima gedung, yaitu A1, A2, A3, A4 (Rusunawa), dan A5 (Sylvasari). Setiap gedung asrama berbentuk hampir sama (kecuali Rusunawa dan Sylvasari yang merupakan gedung tambahan). Setiap gedung terbagi atas beberapa lorong yang dikepalai oleh seorang Senior Residence (SR) untuk mempermudah pengawasan dan pengelolaan. Satu lorong terdiri sekurang-kurangnya 40 orang (10 kamar, masing-masing kamar diisi oleh empat orang).

Fasilitas kamar tidur asrama TPB IPB memiliki ukuran 16m2 (4mx4m). Dalam setiap kamar tersedia dua ranjang tidur bertingkat, empat buah lemari, empat buah meja belajar (lengkap dengan lampu), kapstok, tempat sampah, dan lain-lain. Satu kamar diisi oleh empat orang (kecuali Asrama Sylvasari, satu kamar diisi oleh tiga orang). Di setiap lorong disediakan toilet, ruang setrika, dan


(1)

Lampiran 2 Kandungan energi dan zat gizi makro tiap merk dan jenis produk mie,

susu, dan minuman ringan (

soft drink

)

No

Kategori

produk

Merk produk

Bentuk

Takaran

saji

(mL/g)*

Kandungan energi per

takaran saji

E

(kkal)

P

(g)

L

(g)

KH

(g)

1

Mie

Indomie goreng

Padat

79

400

7

15

60

2

Mie

Indomie

kari

ayam

Padat

69

360

7

13

54

3

Mie

Indomie soto

Padat

70

370

7

14

53

4

Mie

Mie basah

Padat

100

86.0

0.6

3.3

14.0

5

Mie

Mie gelas

Padat

32

140

3

6

19

6

Mie

Mie sedap

Padat

91

410

10

17

53

7

Mie

Sarimie

Padat

70

300

7

10

48

8

Mie

ABC pedas

Padat

70

330

6

14

46

9

Mie

Supermie

Padat

90

440

8

17

64

10

Susu

Anlene

Bubuk

25

88

8.3

0.2

13.2

11

Susu

Ansure

Bubuk

52.3

230

8

7

33

12

Susu

Bear brand

Cair

189

120

6

7

9

13

Susu

Bendera

Bubuk

40

170

5

3.5

29

14

Susu

Boneeto

Bubuk

35

160

6

5

22

15

Susu

Dancow (bubuk)

Bubuk

27

130

7

7

11

16

Susu

Diabetasol

Bubuk

60

254

0

0

37.9

17

Susu

frisian flag

Bubuk

40

170

5

3.5

29

18

Susu

Frisian flag

Cair

200

170

5

5

25

19

Susu

Hilo

Bubuk

40

160

6

3

28

20

Susu

Hilo

Cair

200

160

6

2

29

21

Susu

Lactamil

Bubuk

40

160

8

2

26

22

Susu

Milo (bubuk)

Bubuk

28

110

3

2.5

19

23

Susu

Milo

Cair

240

180

5

5

28

24

Susu

Nestle

Bubuk

27

130

7

7

11

25

Susu

omela

Bubuk

42

150

1

5

24

26

Susu

Ovaltine

Bubuk

33

140

2

3

26

27

Susu

prenagen

Bubuk

35

110

6

1

21

28

Susu

SKM bendera

Cair

45

130

3

3.5

22

29

Susu

SKM cap nona

Cair

45

150

1

5

27

30

Susu

SKM enak

Cair

42

140

1

4

24

31

Susu

Skm indomilk

Cair

42

140

3

3.5

24

32

Susu

susu bantal

Cair

200

150

6

4

22

33

Susu

Susu bendera

Cair

190

141

5

4

21

34

Susu

Susu kedelai

Cair

200

100

3

1.5

18

35

Susu

Weight gain

Bubuk

25

120

7

6

9

36

Yoghurt

Cimori

Cair

250

213

5

5

37

37

Yoghurt

Vitacharm

Cair

65

45

1

0

10

38

Yoghurt

Yakult

Cair

65

50

1

0

11

39

Keju

keju (kraft)

Cair

30

90

6

8

1

40

Es krim

Corneto

Cair

28

60

1

2.5

8

41

Es krim

Wals

Cair

100

70

2

4.5

6

42

Es krim

Magnum

Cair

90

230

2

12

29


(2)

44

soft drink

Abc

Cair

35

100

0

0

25

45

soft drink

Abc mocca

Cair

182

352

17.4

1.3

69

46

soft drink

Adem sari

Bubuk

41

37

0.8

0.1

12.3

47

soft drink

air kelapa

Cair

200.6

17

0.2

0.1

3.8

48

soft drink

Ale-ale

Cair

200

100

0

0

24

49

soft drink

AW

Cair

330

186

0

0

49

50

soft drink

Buavita

Cair

300

150

1

0

37

51

soft drink

Coca cola

Cair

250

105

0

0

28

52

soft drink

corona

Cair

100

153

0

0

16

53

soft drink

Energen

Bubuk

30

130

1

3.5

24

54

soft drink

Estea

Cair

3.7

132

19.5

0.7

67.8

55

soft drink

Fanta

Cair

250

140

0

0

35

56

soft drink

Fresh Juicy

Cair

300

150

1

0

37

57

soft drink

Fresh time

Cair

200

61

3.2

3.5

4.3

58

soft drink

Fresstea

Cair

250

125

0

0

31

59

soft drink

Fruit tea

Cair

500

150

0

0

38

60

soft drink

Fruitamin

Cair

200

60

0

0

16

61

soft drink

Frutang

Cair

165

35

0

0

9

62

soft drink

Gogo

Cair

11

100

44

0.8

0.2

63

soft drink

Green sands

Cair

300

0.3

0

0

0

64

soft drink

Green tea

Cair

300

70

0

0

14

65

soft drink

Jasjus

Bubuk

8

30

0

0

8

66

soft drink

Joy tea

Cair

300

85

0

0

21

67

soft drink

Jungle juice

Cair

500

100

44

0.8

0.2

68

soft drink

Lemon water

Cair

500

148

0

0

37

69

soft drink

madurasa

Bubuk

15

294

0.3

0

79.5

70

soft drink

Marimas

Bubuk

8

30

0

0

8

71

soft drink

Marjan

Cair

35

100

0

0

25

72

soft drink

Moccachino

Cair

182

352

17.4

1.3

69

73

soft drink

Mountea

Cair

180

45

0

0

11

74

soft drink

Nata de coco

Cair

180

140

0

0

35

75

soft drink

Nu green tea

Cair

250

80

0

0

20

76 soft drink Nutrisari Bubuk 29 110 0 0

29

77 soft drink Nutrisari Cair 200 120 0 0

28

78 soft drink Okky jelly drink Cair 180 45 0 0

11

79 soft drink Pepsi Cair 330 110 0 0

35

80 soft drink Pocari Cair 100 25 0 0

6

81 soft drink Pop ice Cair 25 100 1 0.5

23

82 soft drink Pulpy orange Cair 350 164 0 0

40

83 soft drink Segar sari Bubuk 8 30 0 0

8

84 soft drink Sirup giant Cair 35 100 0 0

25

85 soft drink Sosro Cair 250 85 0 0

21

86 soft drink Sprite Cair 250 130 0 0

31

87 soft drink Teh 2 tang Cair 37 132 19.5 0.7 67.8

88 soft drink Teh gelas Cair 190 70 0 0 19

89 soft drink Teh kotak Cair 200 70 0 0 17

90 soft drink Teh poci Cair 250 910 0 0 235

91 soft drink U'r tea Cair 250 910 0 0 235


(3)

Lampiran 3 Uji hubungan uang saku dengan status gizi

Uang saku

IMT (Status gizi)

Spearman's rho Uang saku Correlation Coefficient 1.000 .130

Sig. (2-tailed) . .221

N 90 90

IMT (Status gizi)

Correlation Coefficient .130 1.000

Sig. (2-tailed) .221 .

N 90 90

Lampiran 4 Uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap

Pengetahuan Sikap

Pengetahuan Pearson Correlation 1 .306**

Sig. (2-tailed) .003

N 90 90

Sikap Pearson Correlation .306** 1

Sig. (2-tailed) .003

N 90 90

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 5 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie

Konsumsi mie

(gram)

Asupan energi pada mie (kkal)

Asupan protein pada mie (gram)

pengetahuan Pearson Correlation -.059 -.043 -.011

Sig. (2-tailed) .605 .708 .924

N 79 79 79

Sikap Pearson Correlation -.108 -.100 -.093

Sig. (2-tailed) .343 .380 .417

N 79 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 6 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi susu

Konsumsi susu

(gram)

Asupan energi pada susu (kkal)

Asupan protein pada susu (gram)

Pengetahuan Pearson

Correlation .170 .051 -.066

Sig. (2-tailed) .139 .661 .570

N 77 76 76

Sikap Pearson

Correlation .029 -.153 -.170

Sig. (2-tailed) .806 .187 .141

N 77 76 76


(4)

Lampiran 7 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi

soft drink

Lampiran 8 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi mie

Konsumsi mie

(gram)

Asupan energi mie (kkal)

Asupan protein mie (gram)

status_gizi Pearson

Correlation .158 .024 -.002

Sig.

(2-tailed) .165 .833 .987

N 79 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 9 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi susu

Asupan energi

susu (kkal)

Asupan protein susu (gram)

Konsumsi susu (gram) Status gizi Pearson Correlation

.092 -.016 .265*

Sig. (2-tailed) .429 .892 .021

N 76 76 76

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 10 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi

soft drink

Asupan energi

soft drink (kkal)

Asupan protein soft drink

(gram)

Konsumsi soft drink (ml)

Status gizi Pearson Correlation -.221 .029 -.266*

Sig. (2-tailed) .082 .819 .037

N 63 63 62

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Konsumsi soft drink (ml)

Asupan energi soft drink (kkal)

Asupan protein soft drink (gram)

Pengetahuan Pearson

Correlation -.010 -.204 -.046

Sig. (2-tailed) .939 .112 .724

N 62 62 62

sikap Pearson

Correlation .108 .133 .190

Sig. (2-tailed) .401 .303 .139

N 62 62 62


(5)

Lampiran 11 Uji beda konsumsi produk pada contoh normal dan kegemukan

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Konsumsi

mie (gram) Equal variances assumed

.010 .920 .304 77 .762 12.521 41.171 -69.462 94.504 Equal

variances not assumed

.314 54.275 .755 12.521 39.844 -67.351 92.394 Konsumsi

susu (gram)

Equal variances assumed

2.619 .110 2.525 75 .014 291.388 115.399 61.502 521.275 Equal

variances not assumed

2.348 39.775 .024 291.388 124.119 40.489 542.288 Konsumsi

soft drink(ml)

Equal variances assumed

3.132 .082 1.612 - 62 .112 -193.718 120.203 434.001 - 46.565 Equal

variances not assumed

-1.933 60.775 .058 -193.718 100.202


(6)

Lampiran 12 Uji beda asupan energi (kkal) dan protein (gram) pada mie, susu,

dan minuman ringan

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Asupan energi pada mie

Equal variances

assumed .175 .677 .045 77 .964 5.111 114.358 -222.606 232.828

Equal variances not

assumed .041 40.753 .967 5.111 124.009 -245.377 255.599

Asupan protein pada

mie

Equal variances

assumed .685 .410 .010 77 .992 .0260 2.5908 -5.1329 5.1850

Equal variances not

assumed .010 43.933 .992 .0260 2.7221 -5.4602 5.5123

Asupan energi

pada susu

Equal variances

assumed .000 .983 .682 74 .497 123.087 180.487 -236.542 482.715

Equal variances not

assumed .737 58.598 .464 123.087 167.028 -211.183 457.357

Asupan protein pada susu

Equal variances

assumed .963 .330 -.420 74 .676 -9.1537 21.7857 -52.5625 34.2552

Equal variances not

assumed -.591 55.110 .557 -9.1537 15.5015 -40.2180 21.9106

Asupan energi

pada soft drink

Equal variances

assumed .492 .486 -.642 61 .523 -250.923 390.810 -1032.395 530.550

Equal variances not

assumed -.766 59.214 .447 -250.923 327.594 -906.387 404.542

Asupan protein pada

soft drink

Equal variances

assumed .324 .571 -.336 61 .738 -.8799 2.6226 -6.1241 4.3643

Equal variances not