kepada staf, yaitu Pegawai di PTPN II Sawit Seberang, sehingga memperoleh salinan data-data yang lebih lengkap dan menunjang
pembahasan permasalahan yang disusun penulis. 4. Analisis Data
Setelah data mengenai prosedur penerimaan kelapa sawit rakyat ke pabrik kelapa sawit PKS di PTPN II Sawit Seberang ini terkumpul kemudian dianalisa
menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu suatu analisis yang diperoleh baik dari observasi, wawancara, maupun studi kepustakaan kemudian diuraikan dengan
logis dan sistematis.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menyusun skripsi ini, penulis membagi dalam IV empat Bab yang terbagi pula atas beberapa sub-sub, maksudnya adalah untuk mempermudah
penulis di dalam menguraikan pengertian masalah sampai kepada kesimpulan dan saran-saran berhubungan dengan materi pembahasan.
Secara garis besar gambaran skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan Bab yang memberikan ilustrasi dan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri dari latar
belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, sistematika
penulisan, kemudian penjelasan tinjauan kepustakaan seputar pengertian perkebunan, pengertian kelapa sawit rakyat, serta sejarah
perkebunan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB II : KEDUDUKAN PTPN SAWIT SEBERANG SEBAGAI PERUSAHAAN PERKEBUNAN MILIK NEGARA
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai masalah bagaimana
Pengertian Perusahaan Perkebunan, Sejarah Berdirinya PTPN II
Sawit Seberang, Struktur Organisasi PTPN II Sawit Seberang.
BAB III : PERKEMBANGAN TENTANG PERKEBUNAN INTI RAKYAT
Dalam bab ini membahas mengenai Perkembangan Perkebunan Inti Rakyat, serta Pengertian Perkebunan Inti Rakyat .
BAB IV : PROSEDUR PENERIMAAN SAWIT RAKYAT KE PABRIK KELAPA SAWIT PKS DI PTPN II SAWIT SEBERANG
Dalam bab ini membahas mengenai Mekanisme Penerimaan Sawit Rakyat Ke Pabrik Kelapa Sawit PKS di PTPN II Sawit Seberang,
Kendala yang Dihadapi Dalam Proses Penerimaan Sawit Rakyat ke Pabrik Kelapa Sawit PKS di PTPN II Sawit Seberang, serta Upaya
yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala yang Dihadapi Dalam Proses Penerimaan Sawit Rakyat ke Pabrik Kelapa Sawit PKS di
PTPN II Sawit Seberang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini merupakan bagian penutup dari rangkaian penulisan skripsi ini, berisikan Kesimpulan dan Saran sebagai jawaban hasil
pemecahan masalah yang diidentifikasikan.
BAB II KEDUDUKAN PTPN II SAWIT SEBERANG SEBAGAI PERUSAHAAN
PERKEBUNAN MILIK NEGARA A. Pengertian Perusahaan Perkebunan
Usaha perkebunan terdiri dari usaha budidaya perkebunan dan usaha industri perkebunan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 107 Kpts II Tahun 1999, Usaha budidaya perkebunan adalah serangkaian kegiatan pengusahaan tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan
pra tanam, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pemanenan termasuk perubahan jenis tanaman.
14
Usaha industri perkebunan merupakan serangkaian kegiatan pengolahan produksi tanaman perkebunan yang bertujuan untuk memperpanjang daya simpan
atau meningkatkan nilai tambah, sebagai contoh dari usaha lndustri perkebunan adalah ekstraksi kelapa sawit, industri gula pasir dari tebu, teh hitam dan teh hijau,
lateks dan lain sebagainya. Pengusahaan tanaman perkebunan di Indonesia dilakukan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar yang terdiri dari
14
Widjanarko, “ Produksi Pertanian di Indonesia “,Rineka Cipta, Jakarta, hal 37
Universitas Sumatera Utara
perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara PNPPTPBUMN.
15
1. Merupakan bentuk usaha pertanian berskala luas dan kompleks.
Menurut BPS perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh badan usaha dan badan hukum diatas tanah negara yang mendapat izin dari
instansi yang berwenang, diluar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat. Perkebunan besar memiliki ciri-ciri usaha antara lain :
2. Menggunakan areal pertanahan yang luas.
3. Bersifat padat modal.
4. Menggunakan tenaga karja yang cukup besar, dengan pembagian kerja
yang dirinci dan struktur hubungan kerja yang rapi. 5.
Menggunakan teknologi modern, dan 6.
Berorientasi pada pasar. Hal ini berbeda sekali dengan perkebunan rakyat dengan ciri-ciri usaha
sebagai berikut : 1.
Bentuk usahanya kecil. 2.
Penggunaan lahan terbatas. 3.
Tidak padat Modal. 4.
Sumber tenaga kerja terpusat pada anggota keluarga, dan 5.
Lebih berorientasi pada kebutuhan subsisten.
16
Pembangunan perkebunan merupakan salah satu alternatif aktivitas dalam pemberdayaan masyarakat. Peranan pembangunan perkebunan di negara
Indonesia adalah :
15
Djokosantoso dan meljono dan Riant Nugroho, “ isu kebijakan dan strategi”, sinar grafika, bandung hal 82-83
16
Moebyarto, “ perkembangan perkebunan di Indonesia “. Adytia Media, 1992, hal 71
Universitas Sumatera Utara
1. Menaikkan penerimaan devisa dan pendapatan negara.
2. Penyediaan lapangan pekerjaansumber mata pencaharian dan lapangan
usaha. 3.
Turut membantu dan melaksanakan kelestarian alam yang lebih terjamin. 4.
Membantu usaha pemerintah dalam bidang kegiatan lainnya seperti tranmigrasi, pengaturan pemilikan tanah, penggalakan koperasi, penataaan
desa dan sebagainya 5.
Menciptakan iklim yang baik bagi pertumbuhan Indonesia. 6.
Turut menciptakan pembangunanpertumbuhan ekonomi ”growth centre” baru.
Kebijakan pembangunan perkebunan oleh pemerintah difokuskan untuk mengembangkan perkebunan rakyat yaitu dengan pola kemitraan dengan
perkebunan besar. Dalam pelaksanaan pola kemitraan ini, petani tergabung dalam suatu kelembagaan petani misalnya koperasi yang akan memperjuangkan hak-hak
mereka. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 107
Kpts II Tahun 1999 ketentuan mengenai pola usaha perkebunan adalah : 1.
Pola koperasi usaha perkebunan yaitu pola pengembangan yang sahamnya 100 persen dimiliki oleh koperasi usaha perkebunan.
2. Pola patungan koperasi dan investor yaitu pola pengembangan yang
sahamnya 65 persen dimiliki koperasi dan 35 persen dimiliki investorperusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pola patungan investor dan koperasi yaitu pola pengembangan yang
sahamnya 80 persen dimiliki investorperusahaan dan minimal 20 persen dimiliki koperasi yang ditingkatkan secara bertahap.
4. Pola BOT Build, Operate and Transfer yaitu pola pengembangan dimana
pembangunan dan pengoperasian dilakukan oleh investorperusahaan yang kemudian pada waktu tertentu seluruhnya dialihkan kepada koperasi.
5. Pola BTN yaitu pola pengembangan dimana investorperusahaan
membangun kebun dan atau pabrik yang kemudian akan dialihkan kepada peminatpemilik yang tergabung dalam koperasi.
Beberapa harapan dari petani terutama pelaku usaha kelapa sawit dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit, yaitu antara lain sebagai
berikut : a.
Perlu adanya research and development mengenai produk kelapa sawit. b.
Agar diturunkan tarif Bea Keluar, dengan harapan para petani dapat menikmati keuntungan kelapa sawit, yang selanjutnya dapat digunakan
untuk pengembangan produk turunannya. c.
Kalaupun Bea Keluar dikenakan namun dana tersebut semestinya dikembalikan lagi ke petani dalam bentuk infrastruktur baik jalan,
pelabuhan, termasuk penelitian research guna meningkatkan nilai tambah kembali.
d. Bea keluar hendaknya jangan dijadikan instrumen penerimaan negara
tetapi hanya sebagai kebijakan temporer, dan penerimaan BK tersebut dapat disalurkan kembali ke 30 daerah bisa melalui mekanisme
Universitas Sumatera Utara
perimbangan keuangan atau seperti halnya Pajak Bumi dan Bangunan yang di-share ke daerah propinsi maupun daerah tingkat dua.
e. Birokrasi perijinan perlu diperbaiki termasuk untuk menghindari sengketa
lahan. f.
Petani rakyat dapat diberikan subsidi harga benih unggul maupun subsidi pupuk.
g. Proyek pengembangan Kawasan industri terpadu agar dipercepat
pembangunannya sehingga segera dioperasionalkan.
17
Salah satu perusahaan perkebunan milik negara ialah PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa. PT. Perkebunan Nusantara PTPN II Tanjung
Morawa merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak dibidang perkebunan dan turut serta dalam persaingan pasar global
maupun domestik pengolahan kelapa sawit. PT. Perkebunan Nusantara PTPN II saat ini memiliki areal yang cukup luas Kebun Inti yaitu 112.551,95 Ha
termasuk 5.873,41 Ha yang sedang dalam proses pelepasan hak dan berada di dua provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara 106.671,47 Ha dengan budidaya
kelapa sawit, karet, tembakau, dan tebu serta Provinsi Papua 5.880,48 Ha dengan budidaya kelapa sawit. Dewasa ini, perubahan lingkungan bisnis perusahaan
menuntut adanya pengelolaan perusahaan secara lebih profesional agar dapat bersaing dalam pasar global. Salah satu strategi efektif guna mengantisipasi
persaingan global maupun lokal tersebut adalah dengan diterapkannya tata cara
17
Pandangan ini tertuang dalam sebuah artikel berjudul “ Perkembangan BUMN Kebun “. Kompas: Rabu, 21 Februari 2007, hal 18
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan perusahaan yang baik atau lebih dikenal dengan Good Coorporate Governance
GCG.
18
Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan- ketentuan dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2
tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1975. Pada tahun 1984 menurut Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang
Saham, Akte Pendirian tersebut diatas telah dirubah dan diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 94 tanggal 13 Agustus 1984 yang kemudian
diperbaiki dengan Akte Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-5013-HT.0104 tahun 1985 tanggal 14 Agustus
1985. Sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT Perkebunan Nusantara II bergerak dibidang
usaha Pertanian dan Perkebunan didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH No. 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Notaris No.
54 tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5438 tanggal 28 Januari 1977 dan telah diumumkan dalam
Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari 1977 No. 101977PT. Perseroan
Terbatas ini bernama Perusahaan Perseroan Perseroan PT Perkebunan II disingkat “PT Perkebunan II merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN
Perkebunan II dengan PN Perkebunan Sawit Seberang.
18
Louis Gottschalk, “ Mengerti Sejarah “, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta : UI Press, 1985, hal 32
Universitas Sumatera Utara
tanggal 20 Desember 1990 Akte tersebut mengalami perubahan kembali dengan Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 2 tanggal 1 April 1991 dengan persetujuan
Menteri Kehakiman Nomor C2-4939-HT.01.04TH-91 tanggal 20 September 1991. Pada tanggal 11 Maret 1996 kembali diadakan reorganisasi berdasarkan
nilai kerja dimana PT Perkebunan II dan PT Perkebunan IX yang didirikan dengan Akte Notaris GHS. Loemban Tobing, SH Nomor 6 tanggal 1 April 1974
dan sesuai dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH Nomor 100 tanggal 18 September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT
Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 35 tertanggal 11 Maret 1996. Akte pendirian ini kemudian disyahkan oleh
Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C2.8330.HT.01.01.TH.96 dan diumumkan dalam Berita Negera RI Nomor 81. Pendirian Perusahaan yang
merupakan hasil peleburan PTP-II dan PTP-IX berdasarkan Peraturan Pemerintah Ri Nomor 7 tahun 1996. Kemudian pada tanggal 8 Oktober 2002 terjadi
perubahan modal dasar perseroan sesuai Akte Notaris Sri Rahayu H. Prastyo, SH.1:34 PM 7212008.
19
19
Moh. Arsjad Anwar, “ Sepenggal Sejarah BUMN termasuk landasan hukum BUMN “, Citra Grafika, 1994 hal 59
Adapun visi dan misi dari perusahaan ini yaitu :
VISI
Mewujudkan PT Perkebunan Nusantara II Persero menajadi Perusahaan agribisnis yang maju dan sehat serta memiliki daya saing yang kuat.
M I S I
Universitas Sumatera Utara
1.
Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan sektor perkebunan bagi pendapatan nasional yang diperoleh dari produksi dan pemasaran dari berbagai jenis
komoditi untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri.
2.
Menyedikan lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan meningkatkan taraf hidup petani plasmaPIR dan Petani Tebu Rakyat
serta karyawan perkebunan pada khususnya.
3.
Memelihara kekayaan alam khususnya dan menjaga kelestarian alam serta meningkatkan kesuburan tanah, sumber dan tatanan air.
20
B. Sejarah Berdirinya PTPN II Sawit Seberang Kabupaten Langkat