PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Studi di PTPN II Sawit Seberang ”.
B. Permasalahan
Bertitik tolak dari uraian latar belakang tersebut di atas ada beberapa masalah yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimana Kedudukan PTPN Sawit Seberang Sebagai Perusahaan
Perkebunan Milik Negara? 2.
Bagaimana Perkembangan Tentang Perkebunan Inti Rakyat?
3. Bagaimana Prosedur Penerimaan Sawit Rakyat Ke Pabrik Kelapa Sawit PKS
Di PTPN II Sawit Seberang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan
Berdasarkan permasahan yang dipilih di atas tujuan yang ingin dicapai adalah :
a. Mengetahui bagaimana kedudukan PTPN II Sawit Seberang sebagai
perusahaan perkebunan milik negara. b.
Mengetahui bagaimana perkembangan tentang perkebunan inti rakyat.
c.
Mengetahui bagaimana prosedur penerimaan sawit rakyat ke pabrik kelapa
sawit PKS di PTPN II Sawit Seberang.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat Penulisan
Penelitian yang dilakukan ini di harapkan hasilnya dapat bermanfaat baik secara teoritis maupaun secara praktis.
a. Manfaat teoritis dimaksudkan hasil dari penelitian ini di harapkan dapat
bermanfaat untuk mengembangkan ilmu hukum Administrasi Negara, khususnya dalam prosedur penerimaan kelapa sawit rakyat ke pabrik kelapa
sawit PKS PTPN II Sawit Seberang. b.
Manfaat praktis dimaksudkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam hukum
Administrasi Negara dalam prosedur penerimaan kelapa sawit rakyat ke pabrik kelapa sawit PKS PTPN II Sawit Seberang .
D. Keaslian Penulisan
Topik permasalahan di atas sengaja dipilih dan di tulis, oleh karena sepengetahuan penulis, pokok pembahasan ini adalah sebagai salah satu subsistem
dari sistem perkembangan Hukum Administrasi Negara. Kalaupun ada, pengamatan penulis berbeda dalam subtansi pembahasan,
pendekatan dan penulisannya dalam skripsi ini, permasalahan terhadap prosedur
penerimaan sawit rakyat ke pabrik kelapa sawit PKS PTPN II ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara Studi di PTPN II Sawit Seberang ini,
bahwa dalam permasahan ini adalah murni hasil pemikiran yang dikaitkan dengan teori-teori hukum melalui referensi buku-buku dan bantuan dari berbagai pihak
Universitas Sumatera Utara
dalam rangka melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan dan di samping itu juga
diadakan penelitian.
E. Tinjauan Kepustakaan
Sesuai dengan judul skripsi ini “prosedur penerimaan kelapa sawit rakyat ke pabrik kelapa sawit PKS PTPN II Sawit Seberang”, penulis menggunakan
literatur mengenai kajian sejarah perkebunan. Berkaitan dengan kajian yang dilakukan, sedikitnya terdapat empat karya yang perlu diperhatikan. Karl J. Pelzer
dalam bukunya “Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan
Agraria ” 1985, mengkaji tentang pengusaha-pengusaha onderneming di
Sumatera Timur pada tahun 1904 mulai mengalihkan tanaman tembakau ke jenis tanaman lain. Permulaan peralihan dari tembakau, mula-mula kopi, kemudian
karet dan kelapa sawit. Digambarkan bahwa perkebunan karet dan kelapa sawit yang sekarang, merupakan peralihan dari masa produksi tembakau. Akan tetapi,
tidak semua perkebunan tembakau yang ditutup dapat dialihkan ke jenis tanaman keras. Kebanyakan lahan-lahan yang digunakan untuk tanaman keras adalah lahan
bekas tanaman tembakau. Buku ini sebagai dasar untuk membandingkan usaha perkebunan rakyat di Kecamatan Sawit Seberang lahir akibat peralihan tanaman
Universitas Sumatera Utara
pangan padi dan palawija. Lahan-lahan untuk membuka perkebunan adalah lahan bekas tanaman pangan.
7
Kajian mengenai Sejarah perkebunan dibahas oleh Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo dalam karyanya “Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian
Sosial Ekonomi” 1991, serta Subianto “ Sejarah Perkebunan di Indonesia “
2011, membahas sistem perkebunan di Indonesia yang sudah ada sejak 1200 M, hingga mengalami perkembangan yang pesat mulai kolonial hingga sesudah
kemerdekaan. Secara umum pembukaan perkebunan akan menimbulkan lingkungan baru, yaitu lingkungan perkebunan. Kehadiran komunitas perkebunan
melahirkan lingkungan yang berbeda dari segi lokasi, tata ruang, ekologi, maupun organisasi sosial dan ekonomi. Secara topografisnya perkebunan dibangun di
daerah yang subur, baik di dataran rendah atau dataran tinggi. Tanaman yang dibudidayakan homogen yaitu komoditi ekspor dan berbeda dengan tanaman
pertanian subsisten setempat. Demikian bentuk lingkungan lebih berorentasi ke dunia luar, menjadikan lingkungan berbeda dengan lingkungan agraris. Sartono
dan Djoko juga membahas bahwa kehadiran perkebunan dapat menciptakan komunitas sektor perekonomian modern yang berorentasi ekspor bila
dibandingkan komunitas sektor perekonomian pangan.
8
7
Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria 1863-1947, terj. J. Rumbo, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 73.
8
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, loc. cit.
Secara cepat perekonomian masyarakat akan terangsang untuk lebih baik bila dibandingkan
dengan tanaman sebelumnya. Jadi, jelas buku ini membantu pembahasan mengenai Perkebunan Rakyat di Kecamatan Sawit Seberang. Kehadiran
Universitas Sumatera Utara
perkebunan rakyat di wilayah ini melahirkan suatu perubahan lingkungan baik sosial, ekonomi dan budaya.
Fachri Yasin dalam karyanya yang berjudul “Agribisnis Riau:Pembangunan Perkebunan Berbasis Kerakyatan”
2003, mengkaji tentang pembangunan perkebunan di Riau yang dilakukan dengan empat pola
pengembangan, yaitu Swadaya, Unit Pelayanan Pembangunan UPP, Perusahaan Inti Rakyat PIR dan Pengembangan Perkebunan Besar dan dapat ditambahkan
bahwa areal perkebunan yang terluas adalah perkebunan rakyat. Menurutnya perkebunan rakyat merupakan subsektor pendapatan daerah yang mendapat
perhatian khusus pemerintah daerah. Telah diketahui bahwa petani dapat memberikan kontribusi pada pemerintah dengan tanaman yang dibudidayakan.
Tanaman sawit dan karet merupakan tanaman pertanian strategis dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian dan peningkatan pendapatan
rumah tangga petani.
9
Secara khusus yang membahas sosial ekonomi kelapa sawit oleh Loekman Soetrisno dan Retno Winahyu, dengan judul buku “Kelapa Sawit: Kajian Sosial
Ekonomi” 1991. Dalam kajian dijelaskan lebih rinci masalah pengembangan
kelapa sawit rakyat dengan pola PIR, bahwa luas areal kelapa sawit di Indonesia Jadi, pengembangan perkebunan rakyat manfaat
ekonominya terhadap petani di Riau senasib dirasakan petani di Kecamatan Sawit Seberang, Sumatera Utara.
9
Fachri Yasin, Agribisnis Riau:Pembangunan Perkebunan Berbasis Kerakyatan, Pekanbaru:UNRI Press, 2003, hlm.113.
Universitas Sumatera Utara
tersebar 12 propinsi, seperti Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
10
Terpusatnya areal perkebunan tersebut tidak terlepas dari faktor alam, perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan pengembangan yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Perkebunan kelapa sawit di indonesia sebetulnya telah dimulai sejak 1911, tetapi baru berkembang 10 tahun kemudian hingga mencapai
puncaknya pada tahun 1940. Pada masa itu tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penting setelah karet dan tembakau yang telah lebih dahulu diusahakan
oleh para pengusaha asing yang memang diundang pemerintah Belanda untuk melakukan investasi di Sumatera Timur.
Sejak saat itulah dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama, minyak sawit merupakan bahan baku utama
minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Kedua, sebagai salah satu komoditi pertanian andalan ekspor non
migas, komoditi ini mempunyai sebagai sumber perolehan devisa. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan mampu menciptakan kesempatan kerja
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, buku ini sebagai dasar untuk menggambarkan perkembangan kelapa sawit rakyat PTPN II Sawit
Seberang.
10
Loekman Soetrisno dan Retno Winahyu, Kelapa Sawit: Kajian Sosial ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991, hlm. 94
.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian