commit to user 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kolonialisme
a. Pengertian Kolonialisme
Kata kolonialisme berasal dari Bahasa Latin colonia yang berarti tanah pertanian atau pemukiman atau jajahan. Berdasarkan Oxford English Dictionary
yang dikutip oleh Ania Lomba 2000 : 1, yang dimaksud dengan koloni adalah : Sebuah pemukiman dalam negara baru ..... sekumpulan orang yang
bermukim dalam sebuah lokalitas baru, membentuk sebuah komunitas yang tunduk atau terhubung dengan negara asal mereka; komunitas yang
dibentuk seperti itu terdiri dari para pemukim asli dan para keturunan mereka dan pengganti-penggantinya, selama hubungan dengan asal
masih dipertahankan.
Edward W. Said 1996 : 32 mendefinisikan koloni adalah daerah jajahan sebagai tempat bagi penduduk atau sekelompok orang yang bermukim di daerah
baru yang merupakan daerah asing serta jauh dari daerah asal akan tetapi masih tetap mempertahankan ikatan dengan daerah asalnya. Kata kolonialisme menurut
Kansil dan Julianto 1988 : 22 diartikan sebagai serangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukkan bangsa lain dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan dengan jalan dominasi politik, eksploitasi ekonomi, dan penetrasi kebudayaan.
Kolonialisme juga dipandang sebagai nafsu dan sistem yang merajai atau mengendalikan ekonomi atas negeri atau bangsa lain. Cahyobudi Utomo, 1995
:2. Hasan Alui 2002 : 582 memberikan definisi tentang kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan
maksud untuk memperluas negara itu. Lebih lanjut International Encyclopedi of The Social Sciences 1972 memberikan definisi kolonialisme adalah pengelolaan
tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan pada orang asing yaitu dari suatu bagian tertentu terhadap peran kekuasaan tersebut.
8
commit to user 9
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kolonialisme adalah usaha dari suatu bangsa atau negara
menaklukkan bangsa lain di luar daerah kekuasaannya sendiri yang meliputi aspek politik, eksploitasi ekonomi, dan penetrasi kebudayaan
b. Tujuan Kolonialisme
Pelaksanaan kolonialisme di berbagai Negara mempunyai tujuan yang meliputi berbagai aspek, antara lain :
1 Tujuan Ekonomi
Eksploitasi ekonomi terutama sumber daya alam yang dipengaruhi sepenuhnya untuk kepentingan negara kolonial, demi kelangsungan industrinya.
Daerah kolonial juga dijadikan pasar paksaan bagi barang-barang Eopa Ania Lomba, 2000 : 5.
2 Tujuan Politik
Proses membentuk komunitas dalam negara baru, yang berarti membubarkan atau membentuk kembali komunitas-komunitas yang sudah ada
akibat terjadi praktek-praktek perdagangan, penjarahan, negosiasi, perang, pembunuhan massal, perbudakan, dan pemberontakan-pemberontakan. Dengan
demikian kolonialisme merupakan penaklukkan dan penguasaan atas tanah dan harta benda rakyat lain. Ania Lomba, 2000 : 2.
3 Tujuan Sosial
Kolonialisme bukan hanya penguasaan ekonomi dan politik saja, tetapi juga merupakan hasrat penguasaan identitas. Pada saat perkembangan
kolonialisme digerakkan dalam kerangka kekerasan yang sama sekali tidak memanusiakan manusia ditimpangkan lewat tajamnya gap kehidupan sosial
ekonomi. Manusia dibagi berdasarkan kasta dengan faktor nilai dan bukan milik suatu ras tertentu. Mubiddin M. Doblani, 2001 : 4.
4 Tujuan Budaya
Salah satu ciri kolonialisme yaitu diskriminasi ras atau teknis. perspektif kolonial superioritas-inferioritas mendasari prinsip diskriminasi. Sistem kolonial
commit to user 10
menghendaki diskriminasi rasial sebagai dasar pembentukan struktur dan pola hubungan sosial dalam masyarakat kolonial yang secara hierarkis menempatkan
golongan bangsa yang memerintah di puncak teratas dari struktur masyarakat tanah jajahan. Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo, 1991 : 6.
c. Pengelolaan Daerah Kolonial
Daerah jajahan atau yang disebut dengan koloni adalah tempat atau wilayah yang dijadikan sebagai obyek dari praktek kolonial. Ada dua macam cara
untuk melakukan pengelolaan daerah koloni yaitu pengelolaan langsung direct rule dan pengelolaan tidak langsung indirect rule. Pengelolaan politik kolonial
yang diterapkan tidak menggunakan tangannya langsung tetapi melalui penguasa tradisional atau feodal disebut dengan penguasaan tidak langsung indirect rule.
Dalam sistem ini rakyat atau golongan petani dikuasai dan dieksploitasi ganda oleh kaum feodal dan kaum kolonialis.Noer Fauzi, 1999 : 41. Pada sistem
pengelolaan tidak langsung seperti yang dilakukan oleh Belanda dalam mengatur daerah wilayah kekuasaannya menggunakan tenaga-tenaga atau penguasa-
penguasa lokal sebagai tangan panjang dari kekuasaan Belanda.
d. Aktivitas Kolonialisme
Tujuan utama politik kolonialisme adalah menguasai sumber kekayaan daerah koloni untuk kelangsungan industri negara induk. Sejarah perkembangan
politik kolonial modern dimulai abad XV yang dimulai dari perjalanan panjang dari Portugis ke Afrika pada tahun 1498 yang dibawa oleh Vasco da Gama di
India. Negara pendukung kolonialisme yang pertama di dunia adalah Portugis dan Spanyol. Dalam abad ke XVII muncul Bangsa Inggris, Perancis, dan Belanda.
Abad ke XIX merupakan puncak perkembangan politik kolonial. Pada abad ini pula muncul negara-negara kolonial baru seperti Jerman, Italia, dan Belgia.
Ensiklopedi Indonesia, 1990 : 812. Diskriminasi ras atau etnis menjadi suatu ciri sistem kolonial, hal ini
didasari oleh perspektif superioritas-inferioritas. Sistem kolonial menghendaki
commit to user 11
diskriminasi rasial sebagai dasar pembentukan struktur dan pola hubungan sosial dalam masyarakat kolonial yang secara hierarkis menempatkan golongan bangsa
yang memerintah di puncak teratas dari struktur masyarakat tanah jajahan. Sartono Kartodirjo, 1991: 6.
Dalam struktur masyarakat kolonial, diskriminasi mendasari sistem pergaulan dalam berbagai dimensi kehidupan baik sosial, ekonomi, politik
maupun kebudayaan. Diskriminasi menjadi inti hubungan sosial dan menjadi faktor penguatan dalam hubungan kolonial antara golongan yang memerintah
dengan yang diperintah. Sartono Kartodirjo, 1991 : 60. Salah satu aktivitas kolonial adalah eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia terhadap
daerah koloni. Hal ini berarti kolonialisme memandang tanah jajahan menjadi sumber kekayaan bagi negara induk, tersedianya tanah dan tenaga kerja yang
murah dan melimpah memungkinkan untuk dilaksanakan eksploitasi produksi pertanian yang menguntungkan bagi sasaran dunia. Tauchid, 1952 : 189.
2. Pendidikan Kolonial
a. Konsep Pendidikan
1 Arti Pendidikan
Ditinjau secara etimologi istilah pendidikan berasal dari Bahasa Latin educate yang berarti membimbing keluar. Kata tersebut sama dengan educare
yaitu memelihara, membimbing, serta memperkaya. Jadi mendidik adalah usaha membimbing, memelihara, dan melengkapi seseorang agar mandiri di masa
depan. Samuel Sidjabat, 1987:3. Sementara Winarno Surakhmad 1982:77, meninjau pendidikan tidak terlepas dari pengajaran sebab di dalamnya terdapat
usaha sadar dan tujuan sistematis dan terarah untuk mengubah tingkah laku anak agar menjadi dewasa. Pendidikan merupakan proses edukatif yang meliputi
unsur-unsur pendidikan, yaitu tujuan yang jelas, bahan yang menjadi isi interaksi, pelajar yang aktif, guru, metode, lingkungan penunjang dan penilaian terhadap
interaksi.
commit to user 12
Pendidikan adalah suatu konsep, sedangkan konsep pendidikan menurut Dimyati Mahmud 1982:43, adalah sebagai berikut :
a Pendidikan itu menyentuh setiap aspek kepribadian anak.
b Pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus.
c Pendidikan itu dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman- pengalaman,
baik di dalam maupun di luar sekolah. d
Pendidikan itu dipersyarati oleh kemampuan dan minat anak, oleh tepat atau tidak tepatnya situasi belajar dan efektif tidaknya cara belajar.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa arti pendidikan ialah upaya manusia dalam membantu perkembangan anak
didik dalam menghadapi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Mengingat anak didik berada dalam masyarakat dimana anak tersebut hidup.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang tidak bebas nilai, sistem yang berkembang dalam masyarakat akan dipengaruhi usaha yang dilakukan.
2 Tujuan Pendidikan
Pendidikan yang diterapkan kepada anak didik mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan pendidikan menurut Vembrianto 1984:5, ada 3 macam
yaitu : a pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir, tidak sekedar menyampaikan informasi; b pendidikan bertujuan mengejar kebaikan
dan bukannya sekedar memberikan keterampilan teknik; c pendidikan bertujuan mengejar kebenaran berdasarkan akal dan bukannya memberikan pendapat dan
pengetahuan praktis. Dalam pendidikan seseorang dibantu mengenali unsur-unsur budaya
dalam masyarakat dan bersedia untuk menyelami segala segi kebudayaan baik kesenian, cara hidup, adat istiadat, sistem nilai dan kekayaan rohaninya.
Pendidikan ini membantu orang untuk menyumbangkan saran, peran serta dan penyempurnaan kebudayaan dan sampai pada pemanfaatannya dalam kontak
dengan kebudayaan lain. Dengan begitu proses pendidikan membantu seseorang untuk berkembang sebagai individu yang mandiri dan berhubungan dengan
lingkungan secara otonom. Mardiaatmaja, 1986:88.
commit to user 13
Melihat batasan dan tujuan tersebut diatas disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya lebih dari latihan keterampilan saja, melainkan
pendidikan juga suatu pembinaan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga suatu pendamping agar anak didik mengenal dan menghayati nilai-nilai
manusiawi yang paling luhur.
b. Pendidikan Kolonial
Istilah kolonial telah lama muncul dan dipakai dalam berbagai pustaka. Beberapa ahli memberikan definisi kolonial sebagai daya upaya suatu bangsa
untuk menaklukkan bangsa lain. Suhartoyo Hardjosatoto 1985:8 mengartikan kolonial sebagai nafsu menguasai dan sistem penguasaan wilayah bangsa atau
negara lain. Disamping itu ada pula yang berpendapat bahwa kolonial merupakan rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukkan bangsa lain dalam bidang
politik, sosial, ekonomi, dan penetrasi kebudayaan Kansil dan Julianto, 1986:66. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kolonial adalah nafsu suatu bangsa untuk menaklukkan dan menguasai daerah dan bangsa lain dalam segi kehidupan baik politik, ekonomi, sosial,
maupun kebudayaan. Menurut Poerwanto 1993:9, pendidikan kolonial adalah suatu pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial sehingga di
dalamnya terdapat pengaruh kolonial yang sangat kuat. Pendidikan dan pengajaran di dalam paradigma kolonial diselenggarakan demi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pihak monopoli dan bukan untuk kepentingan rakyat pribumi. Warga pribumi yang memperoleh pendidikan dididik menjadi pelaksana
setia dari pengambilan keputusan yang datang dari penguasa dan bukan untuk menjadi pemikir, konseptor yang kreatif dan terampil. Pendidikan dan pengajaran
dalam paradigma demikian menunjukkan ciri selalu menjaga kelangsungan dan konsolidasi hak-hak istimewa kaum elit dengan segala mekanismenya yang pada
hakekatnya mengacu pada feodalisme dan fasis. Y.B. Mangunwijaya, 1980:23. Sejalan dengan pendapat Y.B Mangunwijaya, Hilmar Farid S. 1991:90
menyatakan bahwa tujuan paling dasar dari penyelenggaraan pendidikan yakni
commit to user 14
mencetak kaum pribumi yang berpendidikan untuk mengisi berbagai bidang kerja yang ada. Lebih jauh kaum etis pada masa itu melihat pendidikan sebagai satu-
satunya jalan bagi pribumi untuk mengenal peradaban barat demi kepentingan penyesuaian. Tujuan utama pendidikan bagi masyarakat jajahan bukan didasarkan
pada kemauan baik untuk menjadikan kaum bumiputera sejajar dengan tuan Belanda, melainkan hanya kebutuhan praktis dari perkembangan kapitalisme di
Hindia Belanda. Pendidikan barat yang diciptakan di negeri jajahan mulai menyebar di dalam masyarakat Hindia Belanda, sebagai jawaban atas
meningkatnya kebutuhan personel yang terlatih bagi dinas-dinas yang tumbuh cepat dan untuk mendukung kantor-kantor perusahaan ekonomi barat. Linda
Christandty, 1994:76. Menurut Y.B. Mangunwijaya 1980:78, Sistem pendidikan kolonial
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1
Tujuan utama pendidikan kaum terpelajar ialah membentuk orang-orang yang terampil yang diperlukan sebagai pembantu dalam pelaksanaan operasional
mekanisme Hindia Belanda. 2
Mata pelajaran dan sistem sasaran pengajaran disesuaikan pada pedoman kebutuhan struktur-struktur industri dan bisnis.
3 Dunia persekolahan dibuat dengan bermacam-macam mekanisme dan
persyaratan sehingga selalu merupakan dunia kaum elit. 4
Devide at impera dilakukan antar lapisan-lapisan berijazah yang diperketat oleh mekanisme pengganjaran dan penghukuman, penganakemasan, dan
penganaktirian jenis-jenis sarjana dan tenaga-tenaga ahli. Demikian juga sistem kemasyarakatan diatur, agar para pemikir yang sejati diberi status yang
kurang daripada para kaum terampil pelaksanaan setia. Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nasional diartikan sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam
usaha untuk menguasai daerah jajahan dalam segi politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan dengan penyelenggaraan pengajaran yang bertujuan untuk
commit to user 15
mencetak kaum pribumi berpendidikan guna memenuhi kebutuhan praktis dari perkembangan kapitalisme di negara koloni, dalam hal ini yang dimaksud adalah
Hindia Belanda. Penerapan pendidikan barat yang meliputi cabang-cabang ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh
industri-industri penunjang mendapatkan promosi pengembangan dan bantuan dana yang banyak. Siswa hanya dipersiapkan untuk menjadi pelaksana setia demi
kepentingan kolonial.
3. Zending
Zending diartikan sebagai organisasi-organisasi yang menyebarluaskan Agama Kristen Prostestan ke mana dan kapan pun jua Burhanudin Daya, 2004:
98. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Zending adalah pekabaran Injil, usaha-usaha kaum Protestan dalam menyebarluaskan agama Protestan dan menegakkan
gereja-gereja Protestan. Bagi mereka, pekabaran Injil atau Zending sama saja dengan gereja karena keduanya merupakan dwi tunggal yang tak terpisahkan.
Ketika gereja lahir pada hari turunnya Roh Kudus maka pada saat itu pula sebuah mandat diamanatkan pada umatnya, yaitu menyebarkan Injil kemana-mana.
Lebih lanjut H. Kraemer 1987:332 menyatakan bahwa “Zending
menurut cirinya yang hakiki bersifat universal dan supranasional, karena merupakan pengejawantahan dari alam dan panggilan gereja Kristen yang harus
dilaksanakan Yesus Kristus dan ajaran-Nya dalam kata dan perbuatannya kepada semua bangsa sampai ke ujung dunia
”. Selain Zending, dikenal juga istilah zendeling, yaitu paderi atau orang Kristen Protestan yang melaksanakan tugas
pekabaran Injil di antara orang-orang yang dianggap kafir untuk dijadikan Kristen dengan membawakan ajaran Kristen kepada mereka.
Walaupun Zending baru dicetuskan lima belas abad setelah misi Katolik sejak abad ke-16 M tugas pekabaran Injil tersebut cepat menjangkau Indonesia,
mulai permulaan abad ke-17 M. Bangsa Belanda dan juga bangsa-bangsa Protestan lainnya terutama Inggris, baru mendapat kesempatan untuk melakukan
pekabaran Injil ke luar Eropa, setelah mereka berhasil merebut kekuasaan di laut
commit to user 16
dari tangan Spanyol dan Portugis yang beragama Katolik. Pada awal abad ke-17, dibentuk kongsi dagang perkapalan Belanda, Verenidge Oost-Indische
Compagnie VOC, tepatnya tahun 1602 di Belanda. Kompeni ini melakukan tugas-tugas perdagangan dari Belanda sampai ke Jepang melalui Tanjung Harapan
dan Indonesia. Di Indonesia, di bawah seorang Gubernur Jenderal, kompeni juga membawa penghibur atau perawat penderita rohani atau jasmani yang
memperoleh hak dari gereja untuk membaptiskan orang dan mengusahakan penyebaran Injil atau Zending. Burhanudin Daya, 2004: 99.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Zending adalah organisasi keagamaan yang menyebarluaskan Agama Kristen Prostestan dan
menegakkan gereja-gereja Protestan, bersifat universal dan supranasional yakni mewartakan ajaran Kristen kepada semua bangsa di dunia. Zending Belanda
mulai memasuki Pulau Jawa pada tahun 1848, ketika Hindia Belanda diperintah oleh Stamford Raffles. Di bawah ini adalah Zending-Zending yang memasuki
Pulau Jawa, antara lain: a
Nederlandsch Zendelinggenootschap NZG Badan Zending NZG didirikan pada tanggal 19 Desember 1797 di
Rotterdam Belanda oleh orang-orang yang tergerak untuk melakukan penginjilan berkat pengaruh gerakan Reviel-Pietisme di Belanda. Zending NZG merupakan
Zending yang non-gerejawi karena tidak didirikan oleh gereja sehingga tidak bertanggung jawab kepada gereja mana pun. Zending NZG juga bukan Zending
konvensional karena tidak berdasarkan dogma gereja tertentu. Mula-mula NZG mengirim tiga orang zendeling, yaitu : J.Kam, J.C. Supper, dan G. Bruckner ke
Hindia Belanda bertepatan dengan pemerintahan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles di Jawa. Soekotjo, 2009:107.
Mereka tiba di Batavia tanggal 26 Mei 1814. Oleh pemerintah, J.Kam dikirim ke Ambon, J.C. Supper dijadikan pendeta di Batavia, sedangkan
G.Bruckner ditempatkan di Semarang, dan tercatat dalam sejarah bahwa ia berhasil menerjemahkan Alkitab dalam Bahasa Jawa pada tahun 1823, namun
sayang sekali Alkitab tersebut setelah dicetak di Serampore disita oleh Pemerintah
commit to user 17
Belanda. Imam Sugiri, 1986:15 . Angkatan zendeling berikutnya semua dikirim ke Indonesia bagian timur, terutama ke Maluku, Timor, dan Minahasa. NZG
mulai mendapatkan ijin untuk mengadakan penginjilan di Jawa, pada Februari 1848, zendeling Jelle Eeltjes Jellesma ditempatkan di Surabaya.
Sejak Juli 1851 Jellesma pindah ke Mojowarno bersatu dengan jemaat Kristen asuhan Kyai Paulus Tosari. Sejak itu NZG bekerja di tengah-tengah
masyarakat Jawa Timur. Dari pekerjaan mereka di Jawa Timur ini lahirlah Gereja Kristen Djawi Wetan. Di Jawa Tengah, pekerjaan Zending tidak sebaik pekerjaan
mereka di Jawa Timur. Karena pekerjaan mereka berhenti di tengah jalan maka jemaat Semarang dan Nyemoh Salatiga diserahkan kepada Salatiga Zending,
sedangkan jemaat Kayuapu dan Ngalapan diserahkan kepada Doopsgezinde Zendingsvereninging DZV.
b Java Committee
Java Commite merupakan bagian dari Vereniging ter verbreiding der Waardheid. Organisasi ini didirikan di Amsterdam pada tanggal 24 Maret 1855
dengan tokohnya J. Esser bekas Residen Timor dan pembentuk Het Genootschap voor in-en Uitwendige Zending GIUZ di Batavia. Sama seperti NZG, Zending
ini pun tidak berafiliasi dengan gereja tertentu dan mengusung ajaran gereja tertentu. Tujuan membangun gereja yang dewasa dan berdiri sendiri bukan
merupakan tujuan utama bagi Zending ini. Karena di Batavia pekerjaan mereka kurang berhasil, maka mereka mengalihkan sasaran ke etnis Madura di Jawa
Timur. Namun rupanya di Madura pekerjaan Zending ini juga kurang berhasil, terbukti hanya satu orang saja yang mau menerima baptisan, yakni Ebing, yang
nantinya akan membantu mengabarkan Injil ke daerah sekitarnya. c
Doopsgezinde Zendingsvereniging DZV Bersamaan dengan bekerjanya zendeling Jellesma di Surabaya, pada
Bulan Agustus 1852 telah bertugas seorang zendeling utusan dari Doopsgezinde Zendingsvereniging DZV yang bernama Pieter Jansz di Jepara. DZV sendiri
merupakan perkumpulan Zending warga gereja Doopsgezinde Menonite Belanda yang didirikan pada tanggal 21 Oktober 1847. Sebagai perkumpulan
commit to user 18
gereja, ternyata Zending ini bukan Zending gerejawi. Jadi bisa dikatakan bahwa Zending ini hampir sama dengan NZG dan Java Commite yang non-gerejawi,
namun terdapat sedikit perbedaan, yakni pada sifat DZV yang konvensional. DZV berpegang pada ajaran Gereja Menonite. Ciri khas ajarannya adalah bersifat
kontekstual, pembaptisan hanya dilakukan pada orang dewasa, menolak segala bentuk kekerasan, dan prinsip pemisahan yang tegas antara gereja dan negara.
Soekotjo, 2009: 109. Pieters Jansz dan penerusnya cenderung menekankan pertobatan manusia
untuk membuahkan kesusilaan yang nyata. Bersamaan dengan bekerjanya di kawasan sekitar Muria, terdapat penginjil pribumi yakni Kyai Tunggul Wulung.
Kyai Tunggul Wulung melakukan penginjilan di Kayuapu-Kudus, Ngalapan-Pati, Bangsal-Juana, Bondo-Jepara, dan sekitarnya. Meskipun demikian Zending DZV
tetap terus bekerja. Beberapa zendeling berikutnya datang membantu Jansz adalah H.C Klinkert Jepara, N.D Schuurman Jepara, Pieter Anthonie Jansz
Margorejo, Johann Hubert Kedung Penjalin, Johann Fast Kayuapu, Johann Klassen Margorejo, H. Thieesen Margorejo, dan masih banyak lagi. Mereka
dibantu oleh guru Injil yang berasal dari daerah setempat yakni : Pasrah Karsa, Semuel Sampir, Petrus, Ngangkah, Andreas Ngariman, Tresna Wiradiwangsa, dan
penginjil-penginjil generasi berikutnya. Dari pekerjaan mereka telah tumbuh desa Kristen di Kedungpenjalin, Margorejo, Margokerto, dan Pakis Suwawal. Dari
pusat-pusat ini Injil menyebar ke daerah sekitar Muria. Pekerjaan Zending DZV ini melahirkan dua gereja di kawasan kerjanya yakni Gereja Injili di Tanah Jawi
GITJ dan Gereja Kristen Muria Indonesia GKMI. d
Salatiga Zending Lembaga Zending yang dikenal dengan Salatiga Zending ini sebenarnya
Die Waisen und Missionssanstaalt zu Niukirchen yang didirikan pada tahun 1878 oleh Dr. L.Doll di Niurchen, Jerman. Mereka muncul sebagai akibat lanjutan
adanya jemaat Nyemoh Salatiga hasil pekerjaan Ny. E.J.Le Jolle yang mendapat bantuan dari zendeling W.Hoezoo-Semarang dan zendeling J.Kruyt-Mojowarno.
Salatiga Zending ini juga bukan Zending yang bersifat gerejawi dan konvensional,
commit to user 19
bahkan tanpa tata gereja dan tanpa pengakuan iman tertentu. Kecuali menggarap kawasan Salatiga ke arah timur sampai Blora, Salatiga Zending di penghujung
abad ke-20 dengan bubarnya NGZV menerima limpahan jemaat Muaratuwa dan sekitarnya di Tegal. Bahkan pada tahun 1933 menerima penggabungan jemaat
Kyai Sadrach yang berada di kawasan Jawa Tengah Utara. Dari pekerjaan Salatiga Zending inilah lahir Gereja Kristen Jawa Tengah Utara-Parepatan Agung
GKJTU-PA. Soekotjo, 2009: 111. e
Het Genootschap voor in-en Uitwendige Zending GIUZ GIUZ didirikan di Batavia pada tahun 1852 atas prakarsa tiga serangkai,
yaitu: Mr. F.L.Anthing, Ds. E.W.King, dan J.Esser yang merasa prihatin dengan kehidupan orang-orang yang berada di luar gereja, dan yang murtad dari gereja.
Mereka ingin mendapatkan orang-orang ini bagi Kristus melalui penginjilan. Prinsip GIUZ ialah memberitakan Injil keselamatan bagi kaum pribumi dengan
menggunakan penginjil kaum pribumi pula. Zending ini bersifat non-gerejawi dan non-konvensional.
Lewat penginjil-penginjil pribumi yang dididik, seperti Ibrahim Sujana, mereka berhasil menumbuhkan jemaat di sekitar Batavia. Jemaat ini dikenal
dengan “jemaat Anthing”, tumbuh di Kampung Sawah, Pondok Melati, Gunung Putri, Cigelam, Cikuya, Tanah Tinggi, Cakung, dan Ciater. Di samping itu mereka
mengutus kelompok penginjil seperti Johannes Vrede, Laban, Hebron Lilie, Jonathan Saridja, dan Leonard ke Karesidenan Tegal dan Banyumas untuk tugas
yang sama. Pekerjaan di Jawa Tengah ini nanti diteruskan oleh Zending NGZV sampai akhir abad ke-19.
f Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereniging NGZV
Di kalangan Nederlandsche Hervormd Kerk NHK, sayap kanan Gereformeerd juga muncul kerinduan untuk ikut serta dalam pekabaran Injil di
negeri jajahan. Keinginan ini terjawab dengan dibentuknya Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereniging NGZV pada tanggal 6 Mei 1859 di
Amsterdam. Lembaga ini berbadan hukum sejak tanggal 19 Oktober 1850. NGZV
commit to user 20
juga bersifat non-gerejawi tetapi bersifat konvensional, yakni berpegang teguh pada ajaran Calvin.Soekotjo, 2009: 112.
g Nederlandsche Zendingsvereniging NZV
NZV didirikan di Amsterdam pada tanggal 2 Desember 1858. NZV menetapkan hati untuk bekerja di Pasundan dengan kota-kota sebagai sasaran
utama pekerjaannya. NZV lebih menekankan pada kesalehan dan spontanitas daripada ilmu pengetahuan dan persiapan kekristenan yang matang. Dengan
demikian praktek para zendeling lebih bersifat anthroposentrisme, yaitu membawa umat kepada pertobatan dan hidup kesusilaan yang baik.
Beberapa zendeling seperti : D.J. van der Linden Indramayu, C.Albers Cianjur, A.Dijkstra Cirebon, S. Coolsma Bogor, dan lain-lain. Setelah
melakukan penginjilan selama beberapa waktu, bisa dikatakan bahwa mereka gagal mendekati etnis Sunda. Hal ini disebabkan terutama karena fanatisme
masyarakat Jawa Barat terhadap agama yang telah dipeluknya serta sebab lain, yakni karena para zendeling tidak benar-benar mendalami lingkungan social-
budaya dan religius tempat mereka bekerja. Soegijanto Padmo, 2008: 21. Perlawanan demi perlawanan dari Islam sangat kuat sehingga pekabaran Injil
berjalan sangat lambat dan itu pun hanya terbatas pada daerah perkotaan yang tidak terlalu kuat tradisinya. Setelah bekerja puluhan tahun, pada tahun 1934
gereja asuhan NZV di tanah Pasundan ini mencapai kedewasaannya dengan sebutan Gereja Kristen Pasundan GKP dengan warga jemaat sejumlah 6.215
orang yang sebagian besar terdiri dari etnis Jawa, Ambon, Manado, dan Cina.Warga gereja dari etnis Sunda sendiri boleh dikatakan sangat kecil
jumlahnya.
4. Kristenisasi
a. Pengertian Agama Kristen
Agama Kristen ialah agama yang mengakui Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat manusia, berdasarkan pernyataan Allah yang
tertulis di dalam Alkitab yang berisi kitab Perjanjian Lama dan Baru Timotius
commit to user 21
Haryono, 2009: 6. Iman Kristen adalah iman yang berkeyakinan bahwa Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya
sendiri Harun Hadiwijoyo, 1995:24. Agama Kristen memiliki dasar-dasar ajaran yang memiliki kekhususan
dibandingkan dengan agama yang lain. Kekhususan-kekhususan tersebut antara lain :
1 Agama Kristen sebagai agama
Unsur-unsur utama dalam agama lain juga terdapat dalam Agama Kristen. Unsur-unsur tersebut antara lain: doa, upacara, fungsi kemasyarakatan,
dan lainnya. Alkitab menyatakan bahwa Agama Kristen menyembah kepada Allah yang esa.
2 Yesus Kristus
Allah yang disembah oleh umat Kristen adalah Yesus Kristus. Yesus ialah Putera Allah yang datang dari surga ke bumi. Ia dilahirkan seorang perawan
Maria dalam sebuah kandang di Betlehem. Ia memperlihatkan kemahatahuan-Nya dengan meramalkan keadaan sekitar pada saat kematian-Nya. Ia menegaskan diri-
Nya sebagai Al-Masih dan Putera Tuhan, pribadi kedua dalam Trinitas ini dibuktikan dengan mukjizat-Nya yang menakjubkan, yaitu kemampuan-Nya
meredakan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, dan bukti yang paling hebat adalah meninggalkan kubur pada hari ketiga setelah kematian-
Nya. Ia bangkit dari kematian dan naik ke surga. Yesus mengajarkan bahwa kerajaan Tuhan ada dalam hati manusia.
Mengetahui saat kematian-Nya sudah dekat, Ia kemudian mewariskan gereja yang didirikan selama kehidupan-Nya di dunia. Ia memilih 12 rasul menjadi wakil-Nya,
kemudian disebut Uskup yang akan menjadi pengganti dalam mengajarkan dan memerintah gereja sampai akhir jaman Peter de Rosa, 2006:4.
Gereja ini menjadi simbol persatuan dan cinta kasih sebagai tanda bahwa Yesus merupakan sumber dari segala kehidupan. Yesus Kristus menjadi
kekhususan dalam Agama Kristen disebabkan oleh pernyataan Alkitab atau wahyu Allah tentang Yesus Kristus yang menjelaskan bahwa ke-Allah-an Yesus
commit to user 22
Kristus terbukti. Keistimewaan pelayanan Yesus Kristus dalam tindakan-Nya mewujudkan kehendak Allah; sikap-Nya yang penuh kasih terhadap orang-orang
yang sederhana, manusia berdosa dan orang-orang yang menderita. Konsekuensi sikap Yesus Kristus sampai mengorbankan diri dan wafat di kayu salib karena
dosa manusia; Kebangkitan-Nya dari antara orang mati dan kenaikan-Nya ke sorga sebagai pembenaran kehidupan-Nya.
3 Alkitab
Alkitab adalah wahyu Allah atau pernyataan Allah yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan tertulis dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang
terdiri dari 66 kitab. Inspirasi Alkitab hendak menyatakan bahwa kebenaran iman Kristen dapat dibuktikan.
4 Keselamatan
Jalan keselamatan adalah inisiatif Allah yang Maha Pengasih itu, dan bahwa manusia dipanggil untuk menggantungkan diri seluruhnya kepada karya
Allah di dalam Yesus Kristus. Keselamatan diterima manusia hanya oleh iman kepada Yesus Kristus dan diikuti dengan pertobatan serta perbuatan yang sesuai
dengan ajaran cinta kasih yang tertulis di dalam Alkitab. 5
Gereja Allah memanggil setiap manusia berdosa dari kegelapan untuk datang
kepada terang-Nya yang ajaib. Manusia berdosa yang menanggapi panggilan Allah itu secara bersama-sama diterima menjadi umat Allah gereja. Jadi gereja
tidak hanya diartikan sebagai sebuah gedung tempat umat Kristen beribadah, tapi merupakan umat Kristen itu sendiri. Yesus Kristus diibaratkan sebagai kepala
gereja dan umat Kristen sebagai tubuh. Keikutsertaan dalam tubuh Kristus merupakan sarana untuk bertumbuh dalam iman dan saling melayani satu sama
lain Timotius Haryono, 2009:8.
b. Asas-Asas Etika Kristen
Asas-asas etika Kristen yang harus diperhatikan oleh umat Kristen, yaitu pertama: kasih. Kasih mengandung arti orang Kristen harus takut dan penuh
commit to user 23
hormat kepada Allah, mentaati kehendak Allah, dan mewujudkan hidup sebagai ibadah yang berkenan kepada Allah. Kedua, Alkitab. Alkitab adalah wahyu
normatif yang harus menjadi patokan dalam pengambilan keputusan pribadi umat Kristen. Ketiga, Kristusentris. Allah mewajibkan orang Kristen untuk hidup sama
seperti Kristus hidup dan berpusatkan pada Kristus. Oleh karena itu ajaran dan teladan kehidupan Yesus harus mendasari keputusan hidup umat Kristen.
Keempat, hidup normal di dunia abnormal. Setiap umat Kristen adalah manusia yang sudah diperbarui oleh kuasa Roh Kudus yang harus berkarya dan
memuliakan nama Tuhan. Dalam konteks ini Allah menuntut dan menunjukkan cara hidup yang harus lebih baik dibandingkan umat kebanyakan. Kelima, relasi
intim dengan Allah. Agar umat Kristen senantiasa hidup berkenan kepada Allah, maka ia harus membina hubungan yang intim dengan Allah. Keintiman relasi
dengan Allah akan membuat umat Kristen memiliki kepekaan ilahi yang tinggi sehingga mampu membuat keputusan hidup yang sesuai dengan pimpinan Roh
Kudus. Keenam, Allah menghendaki kesempurnaan. Sekalipun umat Kristen
hidup dalam dunia yang telah berdosa di hadapan Tuhan, namun Tuhan menghendaki umat Kristen hidup sempurna dalam melaksanakan perintah-Nya,
sebagaimana Allah itu kudus dan sempurna adanya. Ketujuh, berlaku universal. Firman Allah menjadi patokan normatif dalam pengambilan keputusan etis dan
prinsip ini berlaku bagi semua manusia di manapun berada dan dalam kondisi apapun.
c. Pengertian Kristenisasi Masdum Muharram 2003 : 3 berpendapat bahwa Kristenisasi adalah
sebuah gerakan keagamaan yang bersifat politis kolonialis. Gerakan yang muncul akibat kegagalan Perang Salib sebagai upaya penyebaran agama Kristen ke
tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia ketiga. Pada awalnya para pengikut Yesus Kristus tidak menyebut diri mereka dengan suatu nama, sebutan Kristen justru
diperkenalkan oleh orang-orang Yahudi di Anthiokia sebagai nama ejekan atau
commit to user 24
sindiran kepada pengikut Kristus. Dalam perkembangannya para pengikut Kristus itu tidak mempermasalahkan penggunaan nama Kristen bagi kelompok mereka,
karena dirasa tidaklah memalukan apabila pengggunaan nama tersebut berisi nama Juruselamat mereka, yakni Kristus. Dan bagaimanapun juga sebutan
„Kristen‟ telah baku pada tahun 60-an. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 2004:594.
Yang dinamakan Kristenisasi ialah mengkristenkan orang atau membuat seseorang memeluk agama Kristen. Arti kata-kata itu menurut istilah ialah
mengkristenkan orang secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang mungkin agar supaya adat dan pergaulan dalam masyarakat mencerminkan ajaran
agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan
berpusat ke gereja. Pengkristenan dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh ditinggalkan. Mengkristenkan orang dianggap
sebagai membawa kembali anak-anak domba yang tersesat, dibawa kembali kepada induknya. Manusia-manusia sebagai anak domba akan dibawa kepada
kerajaan Allah. Kristenisasi adalah usaha internasional, artinya mereka bermaksud
menyebarkan agama Kristen ke seluruh dunia. Dapat diakui bahwa ini adalah mutlak hak asasi mereka, sebagaimana orang Muslim juga mempunyai tugas
menyiarkan Islam ke seluruh dunia. Namun demikian memang perlu sama-sama disadari perlunya suatu garis pengamanan yang dapat menghindarkan terjadinya
pergesekan dan perselisihan, sehingga masing-masing pemeluk agama tertentu tidak merasa cemas untuk dipaksa atau dibujuk atau diusahakan pindahnya
kepada agama lain. Garis ini harus jelas dan ditaati terutama oleh para pemeluk agama yang telah disahkan oleh Negara Republik Indonesia seperti misalnya
agama Islam
dan Kristen.
http:www.scribd.comdoc7856963Sejarah- Kristenisasi-Di-Indonesia,18 Januari 2011
. Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kristen
berarti pengikut Kristus, maka Kristenisasi adalah usaha untuk menjadikan
commit to user 25
seseorang maupun suatu kelompok menjadi pengikut Kristus. Di dalam usaha tersebut terdapat pengajaran-pengajaran maupun bimbingan-bimbingan untuk
membawa jemaat akan pengenalan terhadap Yesus Kristus dan ajaran-Nya.
d. Usaha-Usaha Kristenisasi Usaha Kristenisasi pada masa kolonial dilakukan dengan segala daya,
biaya peralatan yang lengkap, rencana yang masak, teknik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang mantap dan kuat, dan keyakinan yang mendalam. Usaha-
usaha itu dilakukan melalui segala jalan dan saluran yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia, yakni aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
pendidikan. 1. Sosial
Suatu kenyataan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam kegiatan Kristenisasi adalah begitu rendahnya tingkat kesehatan dan tingginya tingkat
kemiskinan di masyarakat. Usaha Kristenisasi yang dilakukan oleh para zendeling adalah mengarahkan usaha dalam bidang pengabdian sosial, kerajinan
tangan, dan terutama pendidikan. Guillot, 1985:18. Untuk memperbaiki kesehatan masyarakat, pihak Zending mendirikan
pos-pos pelayanan kesehatan dengan membagikan obat-obatan secara gratis yang diperolehnya dari perorangan, badan sosial maupun pemerintah Sukoco, 2010:
235. Pos-pos pelayan itu di kemudian hari berkembang menjadi poliklinik dan rumah sakit yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat. Pelayanan sosial yang
tidak kalah penting adalah pendirian panti asuhan yang menampung anak-anak hasil peranakan orang-orang Eropa yang awalnya bertugas di Hindia Belanda dan
mengawini perempuan-perempuan pribumi. Sehingga muncul kebiasaan untuk mengambil perempuan pribumi sebagai gundik, yang biasa disebut “nyai”. Praktik
itu, sesungguhnya didorong dan dilembagakan oleh adanya kebijakan VOC pada tahun 1652 yang membatasi imigrasi perempuan Belanda, dan menuntut
persyaratan rumit kepada perkawinan resmi antara laki-laki Belanda dengan perempuan Jawa. Gouda, 2007: 197. Apabila bapak pulang ke Eropa atau pindah
commit to user 26
ke tempat yang jauh, nyai dan anak-anaknya kerap kali ditinggal begitu saja. Banyak bapak-bapak itu yang meskipun tidak beragama Kristen minta supaya
anaknya dibaptis dengan harapan bahwa kelak bila anak tersebut ditinggalkan, gereja akan merawatnya. Dengan alasan tersebut maka gereja mendirikan rumah
yatim piatu, yang pertama didirikan di Semarang 1809, disusul di Jakarta 1856, dan Surabaya 1862. Soegijanto Padmo, 2008: 27.
2. Budaya Dalam hal budaya, Kristenisasi dilakukan dengan menulis, menerbitkan
dan menyebarkan buku selebaran berbahasa Jawa Sukoco, 2010: 170. Cara ini dianggap kurang berhasil karena banyak orang yang belum bisa membaca, dan
Alkitab sebagai dasar penulisan buku tersebut belum diterjemahkan dalam Bahasa Jawa. Salah satu cara Kristenisasi dalam bidang budaya yang cukup berhasil
adalah lewat jalur perkawinan. Agama Kristen melarang perkawinan campuran sehingga mewajibkan
bagi pasangan yang akan menikah, keduanya harus beragama Kristen. Dengan aturan agama yang ketat, maka orang-orang yang hendak menjadi istri atau suami
orang yang sudah beragama Kristen maka diwajibkan memeluk Agama Kristen terlebih dahulu.
3. Ekonomi Metode kerja Zending dalam memperkenalkan Injil di kalangan pribumi
di Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain adalah dengan mendirikan desa Kristen. Soegijanto Padmo, 2008: 20. Dengan adanya pembukaan desa persil
sehingga masyarakat dapat memperbaiki nasibnya dengan bekerja mengolah tanah untuk meningkatkan pendap atan sekaligus terbebas dari kemiskinan dan kerja
paksa dari pemerintah kolonial. Guillot, 1985:18. Selain harus memerangi kemiskinan dan penyakit, Zending juga memerangi para lintah darat yang sering
merugikan rakyat kecil. Untuk menolong mereka kemudian diadakan bank pinjaman sosial yang dapat menyediakan fasilitas pinjaman dengan bunga dan
aturan yang adil. Sukoco, 2010: 170.
commit to user 27
4. Pendidikan Salah satu usaha Kristenisasi yang berperan besar adalah bidang
pendidikan. Usaha ini dilakukan dengan penyelenggaraan pendidikan di masyarakat. Sekolah-sekolah bernafaskan Kristen mulai didirikan di berbagai
daerah penginjilan. Tujuan persekolahan itu memang membawa anak-anak itu terhadap pemahaman Agama Kristen. Bagi murid-murid pria dipersiapkan sebagai
guru atau pekabar Injil, sedangkan bagi murid-murid wanita disiapkan semata- semata sebagai ibu rumah tangga yang baik Sukoco, 2010: 158-159.Khusus
dalam bidang pendidikan ini mereka mendapatkan hasil yang menggembirakan. Orang-orang mengharapkan mereka memindahkan ilmu Barat kepada anak-anak
mereka. Anggapan mereka, ilmu adalah satu-satunya kunci sukses dalam masyarakat baru. Guillot, 1985:18.
Perlu diketahui bahwa sekolah Zending ini menggunakan kurikulum yang cukup baik dengan mata pelajaran yang meliputi : Bahasa Jawa, Bahasa
Melayu, Bahasa Belanda, berhitung, sejarah umum, sejarah Bangsa Jawa, sejarah suci, ilmu bumi umum, ilmu bumi dari Hindia Belanda teristimewa dari Pulau
Jawa, ilmu bumi Palestina, dasar-dasar ilmu alam dan menyanyi. Khusus bagi yang ingin menjadi guru atau pekabar Injil mendapatkan pelajaran tambahan.
Sampai tahun 1920 pemerintah Belanda tidak menyediakan pendidikan tingkat lanjutan atas sebagai persiapan ke universitas. Zending secara konsisten
mengikuti pola kebijakan semacam itu. Pada akhir dasawarsa 1920-an, lembaga pendidikan setingkat lanjutan pertama dan lanjutan atas didirikan oleh misi dan
Zending di kala pemerintah telah membuka kesempatan untuk itu. Di kalangan Zending dirasakan perlunya meningkatkan pendidikan teologia di Indonesia.
Untuk itu pada tahun 1930 dibentuklah suatu panitia untuk membangun sekolah tinggi teologia. Soegijanto Padmo, 2008: 28.
commit to user 28
B. Kerangka Berpikir