Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak pernah absen di setiap jenjang pendidikan, pendidikan jasmani hadir di dunia pendidikan untuk mengembangkan seluruh domain atau skemata dalam diri seseorang, pendidikan jasmani memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses perkembangan peserta didik, disamping mendorong agar peserta didik lebih giat untuk beraktivitas jasmani, berolahraga dan membudayakan hidup sehat. James A. Baley dan David A. Field dalam Abduljabar, 2011: 7 mengemukakan bahwa: Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memanfaatkan kegiatan fisik, olahraga dan permainan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaranya, pendidikan jasmani memfasilitasi siswa untuk belajar dan bergerak didalam dan diluar kelas berbeda dengan mata pelajaran lain yang mayoritas kegiatan belajarnya dilaksanakan di dalam ruangan. Adapun seorang bapak pendidikan jasmani yang berkebangsaan Amerika, ia adalah Hetherington dalam Abduljabar, 2010:vii mendeklarasikan empat tujuan pendidikan jasmani yaitu: 1. Tujuan perkembangan organik : sebagai contoh kebugaran, kesehatan, kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak. 2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh pemahaman kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan. 3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu : keterampilan, bergerak efektif, kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi dalam budaya olahraga, senam dan kreativitas. Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 4. Tujuan perkembangan afektif : sebagai contoh perkembangan karakter, apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan. Dengan media serta alat pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat kaya, pendidikan jasmani dapat dengan leluasa untuk memilih kegiatan dan aktivitas fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Dalam usia sekolah, siswa sangat aktif bergerak mulai dari berlari, melompat, memanjat dan aktivitas lainnya yang termasuk dalam kegiatan bermain. Sebagian dari aktivitas permainan yang dilakukan siswa tersebut, merupakan aktivitas yang menjadi pola gerak dominan dalam aktivitas senam. Menurut Peter H. Werner dalam Mahendra, 2001:3 mengatakan: „Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta ko ntrol tubuh‟. Aktivitas senam merupakan salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah. Aktivitas senam terdiri atas enam kelompok, yaitu senam artistik, senam ritmik, senam akrobatik, senam aerobik, senam trampolin dan senam umum. Senam artistik dan senam ritmik adalah kelompok senam yang sering dipilih menjadi alat mencapai tujuan pendidikan oleh para guru disekolah, senam artistik adalah senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik, salah satu alat yang digunakan adalah lantai atau dapat dikatakan senam lantai, yang memiliki gerakan secara umum antara lain gerakan mengguling, melompat, berputar, gerakan keseimbangan, gerakan bertumpu dan gerakan akrobatik lainnya, selanjutnya senam ritmik adalah senam yang dikembangkan dari senam irama, yaitu gerakan- gerakan senam yang menghasilkan gerak tubuh yang indah berpadu dengan irama musik. Dalam pelaksanaan pembelajaran senam disekolah, khususnya senam lantai dan senam ritmik yang memadukan gerakan tangan, kaki, tumbling dan akrobatik didalamnya, sering kita jumpai berbagai permasalahan baik yang Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 dialami oleh guru maupun oleh siswa, beberapa permasalahannya antara lain kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam pembelajaran senam, siswa yang belum memiliki keberanian untuk mencoba melakukan aktivitas senam lantai, dengan alasan khawatir badannya menjadi sakit, siswa ragu mempraktikan aktivitas senam lantai karena ia belum paham bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dipraktikan, siswa tidak mau mempraktikan aktivitas senam karena ia pernah mendapat cedera ketika ia melakukannya hingga membuat ia trauma, siswa tidak mau melaksanakan aktivitas senam ritmik karena terlihat sangat melelahkan, serta siswa tidak mau melaksanakan aktivitas senam ritmik karena variasi gerakannya yang sulit. Aktivitas senam dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu menghasilkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotor, mengacu pada pendapat Bloom dan kawan-kawan tentang tiga kategori atau domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor dalam Makmun, 2007:26. Berikut adalah contoh belajar secara kognitif dalam menambah cakrawala pengetahuan siswa tentang manfaat dari gerakan senam. Contohnya gerakan guling depan dalam aktivitas senam lantai sesungguhnya berkorelasi dengan pentingnya membuat sikap tubuh bulat ketika akan jatuh. Contoh hasil belajar secara afektif adalah dalam pembelajaran senam secara umum diajarakan bagaimana saling membantu dan bekerjasama dalam menguasai keterampilan baru, sehingga berkorelasi dengan bagaimana cara bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat, dalam contoh hasil belajar psikomotor dalam menambah kualitas keterampilan gerak siswa, salah satu contohnya adalah bagaimana dalam setiap keterampilan senam dibutuhkan kelentukan dan daya tahan yang baik, sehingga apabila seseorang memiliki kelentukan dan daya tahan yang baik dapat mendukung setiap kegiatan yang dikerjakannya. Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, ada beberapa alternatif pemecahan masalah, antara lain dengan merekayasa proses pembelajaran. Dalam Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 proses belajar mengajar disekolah terdapat berbagai macam pendekatan, metode, strategi dan model yang dapat diaplikasikan untuk merekayasa proses pembelajaran, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Rusman, 2012: 133 : Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran senam lantai, antara lain adalah model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran inkuiri saat ini menjadi model pembelajaran yang dianggap cocok dengan kurikulum 2013, yang sampai saat ini masih dalam tahap pengenalan dan percobaan di beberapa sekolah dan daerah yang potensial. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan proses pembelajaran yang bersifat ilmiah, sehingga didalamnya terdapat proses pemikiran oleh masing- masing siswa, yang selanjutnya dianalisis hingga akhirnya mendapat kesimpulan yang bersifat ilmiah. Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962, dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki secara independen, namun dalam satu cara yang teratur Juliantine, 2013:93. Model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk selalu mencari informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang sedang dipelajarinya, dan mampu menyimpulkannya berdasarkan hasil-hasil temuan siswa dengan alasan yang bersifat ilmiah. Selanjutnya Juliantine 2013:93 menjelaskan bahwa: Secara sederhana, inkuiri dapat diartikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi, atau pengetahuan, atau juga dapat diartikan bahwa Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan. Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berpikir dan bergerak berdasarkan susunan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Susunan pertanyaan yang dipersiapkan oleh guru merupakan karakteristik model pembelajaran inkuiri. Juliantine 2013:96 menjelaskan: Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri adalah guru bukannya menunjukan dan menceritakan pada siswa bagaimana untuk bergerak, tetapi guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan keterikatan siswa pada domain psikomotor dan kognitif. Domain psikomotor, domain afektif dan domain kognitif adalah domain yang perlu dikembangakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani disekolah, model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mengembangkan ketiga domain tersebut. Berikutnya Metzler dalam Juliantine, 2013:97 mengemukakan bahwa: „tujuan digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi‟. Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada guru menurut Juliantine 2013:93: Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan “model konvensional ”. Model konvensional merupakan model pembelajaran yang merujuk pada guru, maksudnya fungsi guru dalam model pembelajaran konvensional sangat dominan. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 yang saat ini banyak digunakan oleh guru, yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvesional merupakan model pembelajaran dengan karakteristik yang berbeda, dalam pelaksanannya model pembelajaran inkuiri berpusat pada siswa sedangkan model pembelajaran konvensional berpusat pada guru. Dengan kedua model pembelajaran diatas, materi mengenai aktivitas senam berikut diharapkan dapat tersampaikan kepada seluruh siswa dengan optimal. Berikut adalah gerakan-gerakan dalam aktivitas senam lantai, Guling depan, guling belakang dan baling-baling merupakan beberapa gerakan yang terdapat pada pembelajaran senam lantai. Guling depan adalah gerakan menggulingkan badan ke arah depan dengan membentuk badan sebulat mungkin, dimulai dari sikap jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok memeluk lutut. Guling belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke arah belakang dengan membentuk badan sebulat mungkin, dengan sikap awal jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok menghadap ke arah posisi awal gerakan. Sedangkan baling- baling adalah gerakan berputar ke arah depan dengan tangan sebagai tumpuan dan kaki dibuka lebar, gerakan ini diawali dengan sikap berdiri tegap dengan salah satu kaki di depan sebagai jari-jari lalu berputar dengan tangan serta kaki lainnya dan diakhiri dengan sikap berdiri tegap kembali. Seluruh rangkaian gerak diatas diberikan kepada siswa melalui beberapa tahap dalam proses pembelajaran. Untuk pembelajaran senam dalam aktivitas ritmik terdapat beberapa gerakan yang dapat dipadukan menjadi sebuah rangkaian dengan iringan irama musik, antara lain gerakan kaki single step, double step, easy walk, mambo, knee up, memantul, serta cha-cha yang dipadu padankan dengan gerakan lengan antara lain memompa, mengayun dan lain-lain. Berdasarkan pendahuluan yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis menganggap penting diadakannya penelitian mengenai Perbandingan Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8 model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Proses belajar mengajar disekolah pada saat ini membuat siswa mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan dipelajarinya hanya berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari guru, belum berdasarkan hasil pemikiran dan pengalamannya, sehingga terkadang ketika siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang sebuah materi pembelajaran, belum mampu menjelaskan secara verbal dan praktek sesuai dengan pemahaman dirinya masing-masing, karena ia hanya menghapal bagaimana seharusnya gerakan itu dilakukan sesuai dengan informasi dari guru, belum berdasarkan dengan hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri. Dengan keadaan pembelajaran seperti diatas hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Selanjutnya Sudjana 2009:3 mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari proses belajar mengajar PBM disekolah. Belajar kognitif reflektif terdiri dari kemampuan dalam tingkatan pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan serta penilaian yang akan diukur melalui tes pengetahuan tertulis tentang materi aktivitas senam. Sedangkan belajar afektif terdiri dari komponen penerimaan, sambutan, penghargaan, pengorganisasian, serta karakterisasi, internalisasi, penjelmaan, yang akan diukur melalui observasi atau justifikasi observer. Selanjutnya belajar psikomotor terdiri dari komponen gerakan jasmaniah biasa, gerakan indah, komunikasi nonverbal dan perilaku verbal yang akan diukur melalui tes keterampilan aktivitas senam. Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9 Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan hasil belajar senam lantai adalah perubahan tingkah laku siswa dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengusaan keterampilan senam lantai dan senam aerobik sebagai hasil belajar melalui pemikiran dan pengalaman yang dialaminya. Dalam proses pembelajaran terdapat model pembelajaran yang dapat diaplikasikan, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered serta yang berpusat pada guru teacher centered. Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu model yang berpusat pada siswa, karena dalam pelaksanaannya, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Trianto dalam Juliantine, 2013:93 menjelaskan bahwa: „inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi‟. Proses inkuiri dalam pembelajaran terjadi oleh adanya stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa. Sedangkan model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, fungsi guru dalam model pembelajaran ini sangat dominan. Djamarah dan Zein 2010:97 mengemukakan: “Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar ”. Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru diharapkan mampu untuk mengukur apa yang telah dicapai oleh peserta didik selama proses pembelajaran, adapun yang harus di ukur yaitu hasil belajar yang terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Komponen kognitif peserta didik dapat dilihat dengan apa yang ditampilkan peserta didik ketika dihadapkan dengan permasalahan pembelajaran dan dengan memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan baik di awal