PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR AKTIVITAS SENAM.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

DITO DWI CAHYO 1006277

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

AKTIVITAS SENAM

Oleh Dito Dwi Cahyo

1006277

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Dito Dwi Cahyo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

AKTIVITAS SENAM DITO DWI CAHYO

1006277

Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan seseorang yang secara formal dilaksanakan disekolah, pada pelaksanaannya pendidikan berkaitan dengan proses pembelajaran yang bepusat pada guru maupun berpusat pada siswa, dalam pelaksanaannya pembelajaran aktivitas senam di sekolah terdapat berbagai permasalahan, untuk itu penelitian ini memaparkan perbandingan model pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa dengan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru, yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran aktivitas senam serta mengetahui pengaruh dari model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung yang berjumlah 432 siswa, dengan teknik simple random sampling ditentukan 66 siswa sebagai sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pengukuran kognitif, instrumen pengukuran afektif dan instrumen pengukuran psikomotor. Hasil rata-rata tes awal model pembelajaran inkuiri adalah 20,403 dan tes akhir 23,970. Hasil rata-rata tes awal model pembelajaran konvensional 16,923 dan tes akhir 19,948. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 3,4884

> ttabel 2,000, model pembelajaran konvensional berpengaruh signifikan terhadap

hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 3,7659 > ttabel 2,000, dan tidak terdapat

perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 1,9386 < ttabel 2,000.


(5)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

COMPARISON OF INQUIRY LEARNING MODELS WITH

CONVENTIONAL LEARNING MODELS OF LEARNING OUTCOMES OF GYMNASTIC ACTIVITIES

DITO DWI CAHYO 1006277

Abstract

Education is an integral part in the life of a person who is formally implemented in school. The implementation of education is related to the learning process that is based proxies centered on teachers and students. Thus, there tendency that many problems can emerge in school gymnastics learning activities. For comparison, this study describes the inquiry learning model student-centered with conventional learning model teacher-centered, aiming to solve the problems in learning exercises and activities determine the effect of inquiry learning model with the conventional learning model of learning outcomes of gymnastic activities. The method used is an experimental method with a quantitative approach. The study population was all students of class X of SMK Negeri 1 Bandung, amounting to 432 students, with a simple random sampling technique specified 66 students as the sample. The instrument used in this study is the measurement of cognitive instruments, psychomotor instruments and affective instruments. The results of the initial test average inquiry learning model is 20,403 and 23,970 for the final test. The average yield of initial tests of conventional learning models is16,923 and 19,948for the final test. From these data it can be seen that the inquiry learning model significant effect on learning outcomes gymnastic activity with tcount 3.4884 > t table 2.000, conventional learning models

have a significant effect on learning outcomes of exercise activity with tcount

3.7659 > t table 2.000, and there was no significant difference between of inquiry

learning model with conventional learning model the learning outcomes of the activity of gymnastics with tcount 1.9386 <t table 2.000.


(6)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Batasan Masalah ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Hakikat Belajar ... 12

2. Hasil Belajar ... 14

3. Model Pembelajaran ... 16

4. Senam ... 21

5. Teori Model Proses Informasi ... 27

6. Keterkaitan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam ... 29

7. Keterkaitan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam ... 32

B. Kerangka Berfikir ... 34

C. Hipotesis ... 36


(7)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Populasi ... 37

3. Sampel ... 38

B. Desain Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Instrumen Pengukuran Kognitif ... 45

2. Instrumen Pengukuran Afektif ... 47

3. Instrumen Pengukuran Psikomotor ... 50

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 56

H. Teknik Analisis Data... 58

I. Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Pelaksanaan Tes Awal ... 60

2. Pemberian Perlakuan ... 61

3. Pelaksanaan Tes Akhir ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 65

1. Deskripsi Data ... 65

2. Analisis data ... 66

B. Diskusi Penemuan ... 69

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1 Indikator Pengukuran hasil Belajar ... 14

2.2 Proses Model Pembelajaran Inkuiri ... 30

2.3 Proses Model Pembelajaran Konvensional ... 33

3.1 Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung ... 37

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif ... 45

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif ... 47

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Psikomotor ... 50

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif ... 55

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif ... 56

3.7 Rencana Pelaksaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri ... 61

3.8 Rencana Pelaksaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional... 63

4.1 Hasil Penghitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 65

4.2 Hasil Uji Normalitas Liliefors ... 66

4.3 Hasil Uji Homogenitas ... 67

4.4 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata (µ) : Uji Dua Pihak Skor Kelompok ... 68


(9)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

2.1 Langkah-Langkah Guling Depan ... 23

2.2 Langkah-Langkah Guling Belakang ... 24

2.3 Langkah-Langkah Baling-Baling ... 25

2.4 Information-Processing Model... 28

2.5 Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri ... 30

2.6 Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Konvensional ... 32

3.1 Desain Penelitian ... 39


(10)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Berita Acara Penelitian

LAMPIRAN 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian LAMPIRAN 3 Daftar Hadir Siswa

LAMPIRAN 4 Instrumen Pengukuran Kognitif LAMPIRAN 5 Instrumen Pengukuran Afektif LAMPIRAN 6 Instrumen Pengukuran Psikomotor LAMPIRAN 7 Uji Validitas Tes Kognitif

LAMPIRAN 8 Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif

LAMPIRAN 9 Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku LAMPIRAN 10 Uji Normalitas

LAMPIRAN 11 Uji Homogenitas

LAMPIRAN 12 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Rata-rata Skor Kelompok LAMPIRAN 13 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Selisih LAMPIRAN 14 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t

LAMPIRAN 15 Nilai-Nilai Untuk Distribusi F LAMPIRAN 16 Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors LAMPIRAN 17 Surat Permohonan Izin Penelitian

LAMPIRAN 18 Surat Balasan Permohonan Izin Penelitian

LAMPIRAN 19 Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi

LAMPIRAN 20 RPP Model Pembelajaran Inkuiri

LAMPIRAN 21 RPP Model Pembelajaran Konvensional LAMPIRAN 22 Dokumentasi


(11)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah wahana untuk mendapat pengetahuan serta keterampilan baru, yang di dapat dari lingkungan maupun hasil belajar sendiri. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri sehingga mampu berkembang secara optimal. Dengan proses pendidikan yang telah dijalani, seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu diaplikasikan dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Adapun Menurut UU No. 20 tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan yang didapat melalui pembelajaran, pelatihan ataupun penelitian memiliki berbagai tujuan, tujuan tersebut terbagi kedalam domain yang perlu dikembangkan, menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman, 2012: 171): „Klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau tiga skemata, yaitu : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain Psikomotorik‟.

Domain kognitif adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru, mampu memahami dan mampu menerapkan pengetahuan tersebut, domain afektif adalah kemampuan siswa untuk mampu menerima keadaan dirinya dan lingkungan, serta mampu menampilkan sambutan dan penghargaan yang baik kepada dirinya dan lingkungan, lalu domain psikomotor adalah kemampuan siswa untuk menerima, menganalisis sebuah aktivitas gerak yang baru ia ketahui hingga mampu untuk menampilkan keterampilan tersebut.


(12)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak pernah absen di setiap jenjang pendidikan, pendidikan jasmani hadir di dunia pendidikan untuk mengembangkan seluruh domain atau skemata dalam diri seseorang, pendidikan jasmani memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses perkembangan peserta didik, disamping mendorong agar peserta didik lebih giat untuk beraktivitas jasmani, berolahraga dan membudayakan hidup sehat.

James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7) mengemukakan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memanfaatkan kegiatan fisik, olahraga dan permainan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaranya, pendidikan jasmani memfasilitasi siswa untuk belajar dan bergerak didalam dan diluar kelas berbeda dengan mata pelajaran lain yang mayoritas kegiatan belajarnya dilaksanakan di dalam ruangan.

Adapun seorang bapak pendidikan jasmani yang berkebangsaan Amerika, ia adalah Hetherington (dalam Abduljabar, 2010:vii) mendeklarasikan empat tujuan pendidikan jasmani yaitu:

1. Tujuan perkembangan organik : sebagai contoh kebugaran, kesehatan, kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak. 2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh

pemahaman kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.

3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu : keterampilan, bergerak efektif, kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga, senam) dan kreativitas.


(13)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3

4. Tujuan perkembangan afektif : sebagai contoh perkembangan karakter, apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.

Dengan media serta alat pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat kaya, pendidikan jasmani dapat dengan leluasa untuk memilih kegiatan dan aktivitas fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Dalam usia sekolah, siswa sangat aktif bergerak mulai dari berlari, melompat, memanjat dan aktivitas lainnya yang termasuk dalam kegiatan bermain. Sebagian dari aktivitas permainan yang dilakukan siswa tersebut, merupakan aktivitas yang menjadi pola gerak dominan dalam aktivitas senam.

Menurut Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh‟. Aktivitas senam merupakan salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah. Aktivitas senam terdiri atas enam kelompok, yaitu senam artistik, senam ritmik, senam akrobatik, senam aerobik, senam trampolin dan senam umum. Senam artistik dan senam ritmik adalah kelompok senam yang sering dipilih menjadi alat mencapai tujuan pendidikan oleh para guru disekolah, senam artistik adalah senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik, salah satu alat yang digunakan adalah lantai atau dapat dikatakan senam lantai, yang memiliki gerakan secara umum antara lain gerakan mengguling, melompat, berputar, gerakan keseimbangan, gerakan bertumpu dan gerakan akrobatik lainnya, selanjutnya senam ritmik adalah senam yang dikembangkan dari senam irama, yaitu gerakan-gerakan senam yang menghasilkan gerak tubuh yang indah berpadu dengan irama musik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran senam disekolah, khususnya senam lantai dan senam ritmik yang memadukan gerakan tangan, kaki, tumbling dan akrobatik didalamnya, sering kita jumpai berbagai permasalahan baik yang


(14)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

dialami oleh guru maupun oleh siswa, beberapa permasalahannya antara lain kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam pembelajaran senam, siswa yang belum memiliki keberanian untuk mencoba melakukan aktivitas senam lantai, dengan alasan khawatir badannya menjadi sakit, siswa ragu mempraktikan aktivitas senam lantai karena ia belum paham bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dipraktikan, siswa tidak mau mempraktikan aktivitas senam karena ia pernah mendapat cedera ketika ia melakukannya hingga membuat ia trauma, siswa tidak mau melaksanakan aktivitas senam ritmik karena terlihat sangat melelahkan, serta siswa tidak mau melaksanakan aktivitas senam ritmik karena variasi gerakannya yang sulit.

Aktivitas senam dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu menghasilkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotor, mengacu pada pendapat Bloom dan kawan-kawan tentang tiga kategori atau domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (dalam Makmun, 2007:26). Berikut adalah contoh belajar secara kognitif dalam menambah cakrawala pengetahuan siswa tentang manfaat dari gerakan senam. Contohnya gerakan guling depan dalam aktivitas senam lantai sesungguhnya berkorelasi dengan pentingnya membuat sikap tubuh bulat ketika akan jatuh. Contoh hasil belajar secara afektif adalah dalam pembelajaran senam secara umum diajarakan bagaimana saling membantu dan bekerjasama dalam menguasai keterampilan baru, sehingga berkorelasi dengan bagaimana cara bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat, dalam contoh hasil belajar psikomotor dalam menambah kualitas keterampilan gerak siswa, salah satu contohnya adalah bagaimana dalam setiap keterampilan senam dibutuhkan kelentukan dan daya tahan yang baik, sehingga apabila seseorang memiliki kelentukan dan daya tahan yang baik dapat mendukung setiap kegiatan yang dikerjakannya.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, ada beberapa alternatif pemecahan masalah, antara lain dengan merekayasa proses pembelajaran. Dalam


(15)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

proses belajar mengajar disekolah terdapat berbagai macam pendekatan, metode, strategi dan model yang dapat diaplikasikan untuk merekayasa proses pembelajaran, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012: 133) :

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran senam lantai, antara lain adalah model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran inkuiri saat ini menjadi model pembelajaran yang dianggap cocok dengan kurikulum 2013, yang sampai saat ini masih dalam tahap pengenalan dan percobaan di beberapa sekolah dan daerah yang potensial. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan proses pembelajaran yang bersifat ilmiah, sehingga didalamnya terdapat proses pemikiran oleh masing-masing siswa, yang selanjutnya dianalisis hingga akhirnya mendapat kesimpulan yang bersifat ilmiah.

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962, dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki secara independen, namun dalam satu cara yang teratur (Juliantine, 2013:93).

Model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk selalu mencari informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang sedang dipelajarinya, dan mampu menyimpulkannya berdasarkan hasil-hasil temuan siswa dengan alasan yang bersifat ilmiah.

Selanjutnya Juliantine (2013:93) menjelaskan bahwa:

Secara sederhana, inkuiri dapat diartikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi, atau pengetahuan, atau juga dapat diartikan bahwa


(16)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan.

Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berpikir dan bergerak berdasarkan susunan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Susunan pertanyaan yang dipersiapkan oleh guru merupakan karakteristik model pembelajaran inkuiri. Juliantine (2013:96) menjelaskan:

Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri adalah guru bukannya menunjukan dan menceritakan pada siswa bagaimana untuk bergerak, tetapi guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan keterikatan siswa pada domain psikomotor dan kognitif.

Domain psikomotor, domain afektif dan domain kognitif adalah domain yang perlu dikembangakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani disekolah, model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mengembangkan ketiga domain tersebut. Berikutnya Metzler (dalam Juliantine, 2013:97) mengemukakan bahwa: „tujuan digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi‟.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada guru menurut Juliantine (2013:93):

Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan “model konvensional”.

Model konvensional merupakan model pembelajaran yang merujuk pada guru, maksudnya fungsi guru dalam model pembelajaran konvensional sangat dominan. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran


(17)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7

yang saat ini banyak digunakan oleh guru, yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvesional merupakan model pembelajaran dengan karakteristik yang berbeda, dalam pelaksanannya model pembelajaran inkuiri berpusat pada siswa sedangkan model pembelajaran konvensional berpusat pada guru.

Dengan kedua model pembelajaran diatas, materi mengenai aktivitas senam berikut diharapkan dapat tersampaikan kepada seluruh siswa dengan optimal. Berikut adalah gerakan-gerakan dalam aktivitas senam lantai, Guling depan, guling belakang dan baling-baling merupakan beberapa gerakan yang terdapat pada pembelajaran senam lantai. Guling depan adalah gerakan menggulingkan badan ke arah depan dengan membentuk badan sebulat mungkin, dimulai dari sikap jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok memeluk lutut. Guling belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke arah belakang dengan membentuk badan sebulat mungkin, dengan sikap awal jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok menghadap ke arah posisi awal gerakan. Sedangkan baling-baling adalah gerakan berputar ke arah depan dengan tangan sebagai tumpuan dan kaki dibuka lebar, gerakan ini diawali dengan sikap berdiri tegap dengan salah satu kaki di depan sebagai jari-jari lalu berputar dengan tangan serta kaki lainnya dan diakhiri dengan sikap berdiri tegap kembali. Seluruh rangkaian gerak diatas diberikan kepada siswa melalui beberapa tahap dalam proses pembelajaran. Untuk pembelajaran senam dalam aktivitas ritmik terdapat beberapa gerakan yang dapat dipadukan menjadi sebuah rangkaian dengan iringan irama musik, antara lain gerakan kaki single step, double step, easy walk, mambo, knee up, memantul, serta cha-cha yang dipadu padankan dengan gerakan lengan antara lain memompa, mengayun dan lain-lain.

Berdasarkan pendahuluan yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis menganggap penting diadakannya penelitian mengenai Perbandingan


(18)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Proses belajar mengajar disekolah pada saat ini membuat siswa mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan dipelajarinya hanya berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari guru, belum berdasarkan hasil pemikiran dan pengalamannya, sehingga terkadang ketika siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang sebuah materi pembelajaran, belum mampu menjelaskan secara verbal dan praktek sesuai dengan pemahaman dirinya masing-masing, karena ia hanya menghapal bagaimana seharusnya gerakan itu dilakukan sesuai dengan informasi dari guru, belum berdasarkan dengan hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri.

Dengan keadaan pembelajaran seperti diatas hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Selanjutnya Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari proses belajar mengajar (PBM) disekolah.

Belajar kognitif reflektif terdiri dari kemampuan dalam tingkatan pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan serta penilaian yang akan diukur melalui tes pengetahuan tertulis tentang materi aktivitas senam. Sedangkan belajar afektif terdiri dari komponen penerimaan, sambutan, penghargaan, pengorganisasian, serta karakterisasi, internalisasi, penjelmaan, yang akan diukur melalui observasi atau justifikasi observer. Selanjutnya belajar psikomotor terdiri dari komponen gerakan jasmaniah biasa, gerakan indah, komunikasi nonverbal dan perilaku verbal yang akan diukur melalui tes keterampilan aktivitas senam.


(19)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan hasil belajar senam lantai adalah perubahan tingkah laku siswa dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengusaan keterampilan senam lantai dan senam aerobik sebagai hasil belajar melalui pemikiran dan pengalaman yang dialaminya.

Dalam proses pembelajaran terdapat model pembelajaran yang dapat diaplikasikan, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

centered) serta yang berpusat pada guru (teacher centered).

Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu model yang berpusat pada siswa, karena dalam pelaksanaannya, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Trianto (dalam Juliantine, 2013:93) menjelaskan bahwa: „inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi‟. Proses inkuiri dalam pembelajaran terjadi oleh adanya stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa.

Sedangkan model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, fungsi guru dalam model pembelajaran ini sangat dominan. Djamarah dan Zein (2010:97) mengemukakan: “Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar”.

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru diharapkan mampu untuk mengukur apa yang telah dicapai oleh peserta didik selama proses pembelajaran, adapun yang harus di ukur yaitu hasil belajar yang terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Komponen kognitif peserta didik dapat dilihat dengan apa yang ditampilkan peserta didik ketika dihadapkan dengan permasalahan pembelajaran dan dengan memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan baik di awal


(20)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10

pembelajaran maupun diakhir proses pembelajaran, lalu komponen afektif peserta didik dapat dilihat dan dikenali oleh guru dengan melihat apa yang ditampilkan oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan bagaimana peserta didik bersikap, berbicara, menghargai dirinya dan menghargai lingkungannya, selanjutnya komponen psikomotor dapat dilihat dan diukur dengan memperhatikan apa yang peserta didik praktikan ketika sedang mempelajari keterampilan baru dan melihat penampilan peserta didik dalam mempraktikan hasil belajar keterampilan yang telah dipelajarinya di akhir masa pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, serta dengan berbagai permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran saat ini, maka rumusan masalah penelitiannya adalah :

1. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung. 2. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung. 3. Bagaimana perbandingan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dituju dalam sebuah penelitian, yang harus selalu sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah. Oleh karena itu penulis menyusun tujuan penelitian ini sebagai berikut:


(21)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah mutlak diperlukan agar proses penelitian lebih terfokus pada tujuan yang ingin dicapai, Menurut Sugiyono (2013: 385):

Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti, untuk itu maka peneliti memberi batasan.

Berdasarkan penjelasan diatas, selanjutnya penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Permasalahan penelitian adalah mengenai perbandingan model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung, yang berjumlah 432 siswa.

3. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung.


(22)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12

Penelitian tentang model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional ini diharapkan menghasilkan manfaat yang baik dan berguna untuk semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya:

1. Secara Teoritis

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan dalam proses penyusunan rencana pengajaran dan memberi kontribusi dalam pengaplikasian model pembelajaran dalam pendidikan jasmani.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, semoga hasil penelitian ini memberikan pengalaman dan manfaat yang dapat diaplikasikan oleh peneliti selanjutnya. b. Bagi guru, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan

maupun pembanding bagi proses pembelajaran, khususnya dalam merencanakan proses perencanaan pengajaran, sehingga diharapkan membuahkan perencanaan pembelajaran yang lebih baik sehingga

output yang dihasilkan lebih baik pula.

c. Bagi siswa, diharapkan memperoleh pengalaman pembelajaran yang lebih beragam dan efektif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aktivitas senam.

d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi input yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang bersangkutan dan umumya bagi seluruh sekolah.


(23)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang ditentukan untuk melakukan penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung yang beralamat di Jalan Wastukancana No. 3 Kota Bandung.

2. Populasi

Sebuah penelitian harus didasarkan dengan adanya populasi yang akan diteliti, menurut Sugiyono (2013:117): “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti menetapkan

seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung sebagai populasi penelitian yang berjumlah 432 siswa. Berikut rincian jumlah siswa di SMK Negeri 1 Bandung:

Tabel 3.1

Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung

No Kelas Jumlah Siswa

1 X AK 1 36

2 X AK 2 36

3 X AK 3 36

4 X AK 4 36

5 X AP 1 36

6 X AP 2 36

7 X AP 3 36

8 X PS 1 36

9 X PS 2 36

10 X PS 3 36

11 X UPW 1 36


(24)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38


(25)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya mampu mewakili dari populasi. Sampel baik digunakan apabila populasi yang akan kita teliti terlalu banyak atau terlalu luas, dan agar proses penelitian dapat lebih mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013:118) bahwa:

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambi dari populasi itu.

Teknik pengambilan sampel yang terdapat dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120): “Dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.

Adapun pengambilan sample menurut Suharsimi Arikunto (2010:112)

“jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%

atau lebih”.

Jumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung adalah 432 siswa yang terdiri atas 12 kelas, serta terbagi 4 jurusan, yaitu jurusan Akuntansi, Administrasi perkantoran, Pemasaran dan Usaha Perjalanan Wisata.

Berdasarkan teori diatas ditentukan sample sebesar 15% dari jumlah populasi 432 siswa, yaitu 66 siswa yang selanjutnya akan dibentuk menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok tersebut akan mendapat treatment dengan model pembelajaran inkuiri sebanyak 33 siswa dan dengan model pembelajaran konvensional sebanyak 33 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan pedoman peneliti dalam melakukan langkah-langkah penelitiannya. Menurut Arikunto (2010:90) menjelaskan bahwa:


(26)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 39

“Terdapat macam-macam bentuk desain dalam penelitian eksperimen, desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancer-ancer kegiatan, yang akan dilaksankan”.

Adapun desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design dengan dua kelompok penerima treatment.

Adapun bentuk desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

R : Sampel kelompok penelitian

O : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran inkuiri

O : Nilai post-test kelompok model pembelajaran inkuiri

O : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran konvensional

O : Nilai post-test kelompok model pembelajaran konvensional

X1: Treatment model pembelajaran inkuiri X : Treatment model pembelajaran konvensional

Desain ini menunjukan adanya dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian diberikan tes awal atau pretest untuk mengetahui kemampuan awal tiap kelompok, adakah perbedaan antara kelompok pembelajaran inkuiri dengan kelompok pembelajaran konvensional. Pengaruh perlakuan dalam desain ini adalah O2 – O1, O4 – O3.

Untuk mempermudah proses penelitian, berikut adalah langkah-langkah penelitian yang harus ditempuh oleh peneltiti agar penelitian yang dilakukan terstruktur dan mendapatkan data atau hasil yang baik. Adapun langkah–langkah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

R O XO


(27)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 40

a. Menentukan populasi dan sampel.

b. Melakukan tes awal (pre-test) kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada sampel, kelompok A

diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri, kelompok B diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional.

d. Melakukan tes akhir (post-test) kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

e. Menghitung perbedaan perubahan hasil antara kelompok A dan kelompok B.

f. Menggunakan pengujian hipotesis apakah hasil penelitian tersebut cukup signifikan atau tidak.

Adapun langkah–langkah penelitian tersebut sebagai berikut:

Kelompok EksperimenModel Pembelajaran Inkuiri

Kelompok KontrolModel Pembelajaran Konvensional

Analisis Data

Kesimpulan Tes Akhir Kemampuan Afektif Tes Akhir Kemampuan

Kognitif

Tes Akhir Kemampuan Psikomotor Populasi

Sampel

Kelompok A Kelompok B

Tes Awal Kemampuan Afektif Tes Awal Kemampuan

Kognitif

Tes Awal Kemampuan Psikomotor


(28)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 41

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian

Bagan 3.1 menjelaskan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: a. Menentukan populasi dan sampel

b. Melakukan tes awal (pre-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model pembelajaran inkuiri.

c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model pembelajaran inkuiri.

d. Melakukan tes akhir (post-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model pembelajaran inkuiri.

e. Menghitung perbedaan pengaruh sebelum dan setelah diberikan

treatment.

f. Melakukan pengujian hipotesis apakah perbedaan tersebut cukup signifikan terhadap hasil hasil belajar aktivitas senam.

Dari populasi tersebut dipilihlah sampel penelitian, sampel tersebut kemudian diberikan perlakuan atau treatment yaitu dengan model pembelajaran inkuiri dan dengan model pembelajaran konvensional selama 12 kali pertemuan (satu minggu tiga kali). Setelah masa treatment selesai diberikan dan seluruh data yang diperoleh telah diperoleh, maka selanjutnya data tersebut akan di olah.

Penelitian ini dimulai dengan menentukan populasi yang akan diteliti, selanjutnya dipilih sampel yang mewakili dengan sistem random, setelah itu sampel dibagi kedalam ke dua kelompok, satu kelompok dengan model pembelajaran inkuiri dan satu kelompok dengan model pembelajaran konvensional, setelah itu dilakukan tes awal kepada ke dua kelompok, selanjutnya perlakuan diberikan yaitu mempelajari materi aktivitas senam, setelah masa perlakuan selesai, dilakukanlah tes akhir untuk mengetahui pengaruh yang


(29)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 42

diberikan oleh masing-masing model pembelajran terhadap hasil belajar aktivitas senam.

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian mutlak diperlukan metode agar penelitian tersebut dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Sugiyono (2013:3) dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan mengemukakan secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen, Fathoni (2006:99) menjelaskan: “Metode eksperimen berarti metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”. Pada penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Adapun pengertiannya sebagai berikut :

1. Variabel independen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel dependen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel independent yaitu model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional serta 1 variabel dependen yaitu hasil belajar aktivitas senam.

Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penelitian eksperimen ini adalah karena mengujicobakan suatu model pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar, dalam hal ini akibat dari pengaplikasian model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran aktivitas senam,


(30)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 43

yang selanjutnya akan dibandingkan dengan pengaplikasian model pembelajaran konvensional, yang selama ini sering digunakan oleh guru-guru di sekolah.

D. Definisi Operasional

Dalam memandang sesuatu seseorang dapat menafsirkan secara berbeda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, untuk itu akan dijelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Perbandingan

Perbedaan (selisih) kesamaan (http://kbbi.web.id/banding). 2. Model Pembelajaran

Knirk dan Gustafon (dalam Juliantine, 2013:9) mengemukakan bahwa:

“Model pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rencana, pelaksanaan,

dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar”.

3. Model pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962, dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki secara independen, namun dalam satu cara yang teratur (Juliantine, 2013:9).

4. Model Pembelajaran Konvensional

Konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (http:kbbi.web.id/konvensional) memiliki pengertian tradisional. Selanjutnya Djamarah dan Zein (2010:97) menyebutkan bahwa: “metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,...”. 5. Aktivitas senam


(31)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44

Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan,

kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh‟.

6. Senam lantai

Senam lantai adalah bagian dari senam artistik, sesuai dengan pendapat Mahendra yang menyatakan bahwa senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan (Mahendra, 2001:5). Salah satu alat yang terdapat dalam senam artistik adalah lantai, sehingga dapat dikatakan senam lantai.

7. Senam umum

Senam umum adalah segala jenis senam, di luar kelima jenis senam di atas, dengan demikian, senam-senam seperti senam aerobik, senam pagi, SKJ, senam wanita, dsb., termasuk ke dalam senam umum (Mahendra, 2009: 11).

8. Hasil belajar

Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari proses belajar mengajar (PBM) disekolah.

E. Instrumen Penelitian

Sebuah instrumen dalam sebuah penelitian harus memenuhi syarat valid dan reliabel, dan penggunaan instrumen harus sesuai dengan peruntukannya. Arikunto (2010:203) mengemukakan :

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya


(32)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 45

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga mudah diolah.

Bentuk tes atau instrumen yang akan digunakan dalam mengukur keterampilan guling depan, guling belakang dan baling-baling ini mengacu pada Pedoman Penilaian Praktik Penjas dalam Modul Didaktik Metodik Pembelajaran Senam oleh Uhamisastra, dkk. Suntoda (2013:1) menjelaskan bahwa “Tes adalah suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data

tentang seseorang atau objek tertentu”.

Untuk penilaian psikomotor, dalam pedoman tersebutdijelaskan setiap satu aspek dalam rangkaian gerak memiliki skor yang menjadi patokan penilaian, penilaian dilihat dari hasil gerakan dengan aspek-aspek gerak yang terdapat dalam rangkaian gerak tersebut. Untuk penilaian kognitif, penulis akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam bentuk pertanyaan tertulis. Selanjutnya untuk penilaian afektif penulis akan memperhatikan penilaian sikap yang tertuang dalam standar kompetensi kurikulum 2013 (Permendikbud No 70/2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK).

Dalam hal ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan kognitif, tes kemampuan afektifserta tes kemampuan psikomotor guling depan, guling belakang, baling-baling, dan senam aerobik. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran kognitif, afektif dan psikomtor yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Instrumen Pengukuran Kognitif

Instrumen pengukuran kemampuan kognitif ini disusun untuk menguji kemampuan siswa dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru, pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran kognitif dalam penelitian ini :

Tabel 3.2


(33)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 46

Variabel Sub Kognitif Indikator Kode

soal No soal Dalam konteks

pendidikan, Bloom dan kawan-kawan(dalam Makmun. 2007:26) telah merinci dan

sistematikanya secara meningkat. Secara garis besarThe Cognitive

Domain (Kawasan

Kognitif) adalah sebagai berikut: Knowledge

(pengetahuan),

Comprehension

(pemahaman),

Application (penerapan), Analysis (penguraian),

synthesis (memadukan),

Pengetahuan Siswa mengetahui keterampilan senam lantai guling depan, guling belakang dan baling-baling serta senam ritmik.

C 1

1, 2, 3, 19, 25, 32, 35, 36, 37, 38.

Pemahaman Siswa paham keterampilan senam lantai guling depan, guling belakang dan baling-baling serta senam ritmik. C 2 4, 5, 18, 20, 28, 31, 33, 34, 40, 41, Penerapan Siswa mampu

menerapkan C 3

6, 7, 8, 12, 17,

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif (Lanjutan)

Evaluation (penilaian). keterampilan senam

lantai guling depan, guling belakang dan baling-baling serta senam ritmik.

29, 42, 43, 49, 54.

Penguraian Siswa mampu menguraikan

keterampilan senam lantai guling depan, guling belakang dan baling-baling serta senam ritmik. C 4 9, 13, 14, 22, 39, 44, 52, 53, 57, 58, 60. Memadukan Siswa mampu

mengintegrasi informasi keterampilan senam C 5 10, 11, 26, 27, 30, 46, 47, 56,


(34)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47

lantai guling depan, guling belakang dan baling-baling serta senam ritmik.

59.

Evaluasi Siswa mampu menilai kemampuan dalam keterampilan senam lantai guling depan, guling belakang dan baling-baling serta senam ritmik.

C 6

15, 16, 21, 23, 24, 45, 48, 50, 51.

Berdasarkan kisi-kisi yang telah penulis susun diatas, maka disusunlah sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diujikan kepada sampel penelitian. Jenis kuesioner tertutup dengan empat alternatif jawaban adalah yang akan

diberikan. Arikunto (2006:152) menjelaskan: “kuesioner tertutup adalah

kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih”.

2. Instrumen Pengukuran Afektif

Instrumen pengukuran kemampuan afektif ini disusun untuk mengukur perilaku yang ditampilkan siswa selama proses belajar mengajar. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran afektif dalam penelitian ini :

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif

Variabel Sub Afektif Indikator

Dalam konteks pendidikan, Bloom dan kawan-kawan (Makmun. 2007:27) telah merinci dan sistematikanya secara meningkat. Secara garis

Tekun 1. Menyukai tantangan

2. Giat dalam belajar dan bekerja 3. Tidak mudah menyerah

menghadapi kesulitan 4. Berusaha menjadi lebih baik


(35)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 48

besarThe Affective Domain

(Kawasan Afektif) adalah :

Receiving (penerimaan),

Responding (sambutan),

Valuing (penghargaan),

Organization

(pengorganisasian),

Characterization by Value or Value Complex (karakterisasi,

internalisasi, penjelmaan).

Kerjasama 1. Terlibat aktif dalam bekerja kelompok

2. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

3. Bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok yang mengalami kesulitan

4. Rela berkorban untuk teman lain

Tanggung jawab

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik

2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3. Mengembalikan barang yang dipinjam

4. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

Toleran 1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender

3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

4. Dapat mememaafkan

kesalahan/kekurangan orang lain

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan) Kreativitas 1. Dapat menyatakan

pendapat dengan jelas (ideational fluency) 2. Dapat menemukan ide

baru yang belum dijelaskan guru (originality)

3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan tahu bagaimana

memecahkannya (critical


(36)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 49

4. Senang terhadap materi pelajaran dan berusaha mempelajarinya (enjoyment)

5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan masalah (aesthetics) 6. Berani mengambil risiko

untuk menemukan hal-hal yang baru (risk-taking) 7. Mencoba berulang-ulang

untuk menemukan ide yang terbaik

8. (cyclical procedure) Kejujuran 1. Tidak menyontek dalam

mengerjakan ujian/ulangan 2. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas

3. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya

4. Melaporkan barang yang ditemukan

5. Melaporkan data atau informasi apa adanya 6. Mengakui kesalahan atau

kekurangan yang dimiliki Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan)

Kecermatan 1. Mengerjakan tugas dengan teliti

2. Berhati-hati dalam menggunakan peralatan 3. Memperhatikan

keselamatan diri 4. Memperhatikan

keselamatan lingkungan Santun 1. Baik budi bahasanya


(37)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 50

2. Menggunakan ungkapan yang tepat

3. Mengekspresikan wajah yang cerah

4. Berperilaku sopan Responsif 1. acuh (tidak merespon)

2. ragu-ragu/bimbang dalam merespon

3. lamban memberikan respon/tanggapan 4. cepat

merespon/menanggapi Proaktif 1. berinisiatif dalam

bertindak

2. mampu menggunakan kesempatan

3. memiliki prinsip dalam bertindak (tidak ikut-ikutan)

4. bertindak dengan penuh tanggung jawab

Taat

menjalankan agama

1. Disiplin (selalu tepat waktu) dalam menjalankan agamanya

2. Teratur dalam

menjalankan agamanya 3. Bersungguh-sungguh

menjalankan ajaran agama 4. Berakhlak/berperilaku

santun dan menghargai orang lain

3. Instrumen Pengukuran Psikomotor

Instrumen pengukuran kemampuan psikomotor ini disusun untuk mengukur penampilan siswa saat mempraktikan keterampilan senam lantai, yaitu gerakan guling depan, guling belakang, baling-baling dan senam aerobik. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran psikomotor dalam penelitian ini :

Tabel 3.4


(38)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 51

Variabel Sub Psikomotor Indikator

Peter H. Werner (1994) (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan : senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang

dirancang untuk

meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.

Guling depan 1. Kekuatan dorongan 2. Lurusnya tungkai 3. Kebulatan badan 4. Urutan berguling

5. Kaki rapat dan kedua lengan memeluk lutut

6. Berdiri tanpa bantuan lengan dan seimbang saat berdiri Guling belakang 1. Telapak tangan terbuka

2. Dagu ditarik ke arah dada 3. Kebulatan badan

4. Urutan berguling

5. Kaki rapat dan kedua lengan lurus ke depan

6. Berdiri tanpa bantuan lengan dan seimbang saat berdiri Baling-baling 1. Kekuatan tangan tumpuan

2. Posisi kedua tangan tumpuan 3. Kaki lurus dan membuka 4. Mendarat tangan dan kaki

secara berurutan

5. Berdiri seimbang saat berdiri Senam Aerobik 1. Digerakan dengan memberi

tenaga.

2. Digerakan sesuai dengan urutan.

3. Digerakan dengan memberi tenaga.

4. Digerakan sesuai dengan urutan.

5. Gerakan sesuai dengan urutan gerak.

6. Gerakan sesuai dengan irama musik.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum sebuah instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, instrumen terlebih dahulu di uji dan harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sugiyono (2013:173): “... instrumen yang


(39)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 52

yang valid dan reliabel”. Oleh sebab itu peneliti harus mampu menyusun instrumen penelitian dan mampu untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.

Valid sering diartikan dengan tepat guna atau sesuai dengan peruntukannya, Sugiyono (2013:173) menjelaskan bahwa : “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Selanjutnya Suntoda (2013:9) menjelaskan: “sebuah instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur secara tepat terhadap apa yang

semestinya diukur”.

Selanjutnya reliabilitas dapat dikatakan keajegan, yaitu hasil yang diperoleh dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama atau dapat dikatakan hasil yang diperoleh stabil, Sugiyono (2013:173) menjelaskan: “instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

a. Uji Coba Angket

Angket yang telah peneliti susun, selanjutnya diuji cobakan untuk mengukur validitas dan reliabilitas dari setiap butir-butir pertanyaannya. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian.

Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014 di SMK Negeri 1 Bandung, Kota bandung. Angket tersebut di uji cobakan kepada 29 siswa. Berikut adalah langkah-langkah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian:

1. Analisis validitas instrumen

Sugiyono (2013:172) menjelaskan: “Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”. Pengujian validitas sangat penting dilakukan, dengan hasil validitas yang tinggi dapat mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian ini.


(40)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 53

Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis validitas instrumen dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Arikunto (1992:136) yaitu sebagai berikut:

a. Memberi skor pada masing-masing pertanyaan sesuai jawaban.

b. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap responden. c. Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan dari yang

tertinggi sampai yang terendah dari setiap responden.

d. Membagi dua responden kedalam kelompok yaitu 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.

e. Mencari nilai rata-rata setiap butir pertanyaan, baik kelompok ganjil maupun kelompok genap dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

x = rata-rata suatu kelompok

n = jumlah sampel

xі = nilai data

∑xі = jumlah sampel suatu kelompok

f. Mencari simpangan baku (S) tiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari

n = banyaknya sampel

∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata g. Mencari varians (S²) melalui rumus:


(41)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 54

Keterangan :

S² = varians yang dicari

N = jumlah sampel

x = skor yang diperoleh seseorang

h. Mencari t-hitung setiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus :

√ ₁

Keterangan :

t = nilai hitung yang dicari x₁ = rata-rata kelompok atas x₂ = rata-rata kelompok bawah S²₁ = varians kelompok atas S²₂ = varians kelompok bawah

n = jumlah sampel

i. Menentukan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan (α) = 0,05 atau 95% dan derajat kebebasan (dk) = n-2

j. Mengkonsultasikan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih

besar dari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut valid, artinya butir

pertanyaan dapat digunakan sebagai pengumpul data. Jika sebaliknya nilai t-hitung lebih kecildari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid

artinya pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data.

2. Analisis Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split


(42)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 55

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Membagi butir pertanyaan yang valid menjadi dua bagian berdasarkan jumlah skor ganjil dan skor genap. Kelompok jumlah skor ganjil sebagai variabel X dan jumlah skor genap sebagai variabel Y

b. Mengkorelasikan skor total variabel X dengan skor total variabel Y dengan rumus teknik korelasi Product Moment, yaitu sebagai berikut:

( )

Keterangan :

r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

∑xy = jumlah dari hasil perkalian antara x dan y x² = nilai x yang dikuadratkan

y² = nilai y yang dikuadratkan n = jumlah sampel

c. Menggunakan teknik belah dua Spearman Brown (Split Half)

₁₁

b. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Berdasarkan hasil uji coba angket kognitif di SMK Negeri 1 Bandung dengan jumlah responden 29 siswa, dimana 16 siswa ditentukan sebagai kelompok atas dan kelompok bawah, didapat nilai thitung dengan taraf nyata 0,05%

dan derajat kebebasan n1 + n2 -2 yaitu 8 + 8 - 2 = 14, didapat nilai ttabel 1,761.

Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan dari 60 butir soal, terdapat 35 butir soal yang valid dan 25 butir soal yang tidak valid. Yang akan dijelaskan sebagai berikut.


(43)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 56

1) Hasil uji validitas instrumen kognitif Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif

No T-Hitung T-Tabel Validitas No T-Hitung T-Tabel Validitas

1 0 1,761 Tidak Valid 31 0 1,761 Tidak Valid

2 3,622 1,761 Valid 32 #DIV/0! 1,761 Tidak Valid

3 -1,62019 1,761 Tidak Valid 33 #DIV/0! 1,761 Tidak Valid

4 4,860 1,761 Valid 34 0,643796 1,761 Tidak Valid

5 0 1,761 Tidak Valid 35 4,861 1,761 Valid

6 0 1,761 Tidak Valid 36 3,623 1,761 Valid

7 2,806 1,761 Valid 37 4,861 1,761 Valid

8 0 1,761 Tidak Valid 38 3,219 1,761 Valid

9 2,806 1,761 Valid 39 3,623 1,761 Valid

10 4,500 1,761 Valid 40 0 1,761 Tidak Valid

11 3,623 1,761 Valid 41 4,861 1,761 Valid

12 3,623 1,761 Valid 42 7,425 1,761 Valid

13 0,504016 1,761 Tidak Valid 43 4,861 1,761 Valid 14 -0,6438 1,761 Tidak Valid 44 0,643796 1,761 Tidak Valid 15 0,504016 1,761 Tidak Valid 45 2,806 1,761 Valid

16 7,425 1,761 Valid 46 2,393 1,761 Valid

17 3,623 1,761 Valid 47 2,173707 1,761 Valid

18 1,06066 1,761 Tidak Valid 48 0 1,761 Tidak Valid

19 4,500 1,761 Valid 49 0 1,761 Tidak Valid

20 3,623 1,761 Valid 50 3,623 1,761 Valid

21 3,623 1,761 Valid 51 3,623 1,761 Valid

22 -1,06066 1,761 Tidak Valid 52 0,643796 1,761 Tidak Valid 23 -0,54006 1,761 Tidak Valid 53 3,623 1,761 Valid

24 3,219 1,761 Valid 54 3,219 1,761 Valid

25 3,623 1,761 Valid 55 3,219 1,761 Valid

26 4,500 1,761 Valid 56 4,861 1,761 Valid

27 0 1,761 Tidak Valid 57 #DIV/0! 1,761 Tidak Valid

28 0,504016 1,761 Tidak Valid 58 3,623 1,761 Valid 29 0,643796 1,761 Tidak Valid 59 4,500 1,761 Valid 30 -0,54006 1,761 Tidak Valid 60 4,500 1,761 Valid


(44)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 57

Dari tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa tidak semua instrumen yang di ujikan itu valid, dari 60 soal yang di ujikan terdapat 35 soal yang valid dan 15 soal yang tidak valid, berdasarkan data tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa 35 soal yang dikatakan valid tersebut akan dipergunakan dalam penelitian ini, sedangkan 15 soal yang tidak valid tidak akan dipergunakan.

2) Hasil uji reliabilitas instrumen kognitif

Dikorelasikan ke dalam rumus Spearman Brown

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif

r hitung r tabel Keterangan

0,899 0,367 Reliabel

Sedangkan dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus korelasi

Pearson Product Moment dan dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown

didapat nilai rhitung 0,899 dan rtabel Product Moment diketahui bahwa dengan n = 29

dengan taraf signifikan 5% = 0,367. Dengan demikian maka rhitung lebih besar

daripada rtabel, hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian dapat dipercaya


(45)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 58

G. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data suatu penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengambilan data. Kualitas instrumen berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Sedangkan kualitas pengambilan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam pengambilan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya juga belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Terdapat berbagai cara untuk mengumpulkan data penelitian. Sugiyono

(2013:193) menjelaskan “Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara”. Dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), angket (kuesioner) dan observasi.

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui alat pengumpulan data, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi/pengmatan.

Tes adalah instrumen atau alat yang berfungsi untuk mengumpulkan data yang berfungsi untuk mengumpulkan data yang berupa pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki siswa. Mengenai tes, Suntoda (2013:1) menjelaskan,

“Tes adalah suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh

informasi/data tentang seseorang atau objek tertentu”.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kognitif untuk mengukur penguasaan materi siswa, dan tes Psikomotor untuk mengukur kualitas gerakan siswa dalam menguasai suatu keterampilan. Tes tersebut merupakan suatu tolak ukur untuk mengukur kemampuan siswa yang berbentuk tes kognitif


(46)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 59

dengan jenis soal pilihan ganda, dan tes psikomotor dengan mempraktikan gerakan guling depan, guling belakang, baling-baling dan senam aerobik.

Selanjutnya Observasi atau pengmatan menurut wikipedia adalah :

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian (http://id.m.wikipedia.org/wiki/pengamatan).

Pengamatan atau observasi ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan afektif siswa, atau dengan mengamati dan menyaksikan apa yang ditampilkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data tes terkumpul, selanjutnya akan dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata dari simpangan baku

a. Mencari nilai rata-rata (x ) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

x = rata-rata yang dicari

∑x = jumlah nilai n = jumlah sampel b. Mencari simpangan baku

keterangan :


(1)

64

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 64

g. Guru mengarahkan siswa untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

h. Siswa merumuskan kesimpulan

materi yang dipelajari.

i. Guru mengelola sumber belajar,

waktu, dan organisasi kelas.

j. Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

4. Penutup : pendinginan dan evaluasi

15 menit

9-12 (minggu ke 5 dan ke 6)

Selasa, Kamis, dan Sabtu

1. Guru memberi rangsangan agar siswa

dapat mempersiapkan dirinya untuk beraktifitas.

2. Siswa melakukan pemanasan : statis dan dinamis

3. Inti : Senam Aerobik

a. Guru memberi rangsangan agar

siswa aktif dan bergairah berfikir.

b. Siswa berpikir dan menjawab

pertanyaan yang diajukan guru. c. Guru memberikan jalan keluar jika

siswa mengalami kesulitan.

d. Siswa mencoba mempraktikan

keterampilan sesuai hipotesis.

e. Guru menegur siswa dari kekeliruan.

10 menit

70 menit

Tabel 3.7

Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri (Lanjutan) f. Guru bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan kelas.

g. Guru mengarahkan siswa untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

h. Siswa merumuskan kesimpulan

materi yang dipelajari.

i. Guru mengelola sumber belajar,

waktu, dan organisasi kelas.

j. Memberi penghargaan pada

prestasi yang dicapai siswa.

4. Penutup : pendinginan dan evaluasi 10 menit

b. Kelompok Model Pembelajaran Konvensional


(2)

65

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 65

Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional

Pertemuan

ke Hari Kegiatan Waktu

1-4 (minggu ke

1 dan ke 2)

Senin, Rabu

dan

Jum‟at

1. Guru dan siswa melakukan pemanasan :

statis dan dinamis

2. inti : Guru menyampaikan materi

tentang aktivitas senam, keterampilan guling depan dan guling belakang serta

cara mempraktikannya, selanjutnya

siswa melakukan latihan guling depan dan guling belakang sesuai dengan instruksi dari guru.

3. Penutup : pendinginan dan evaluasi

10 menit

70 menit

10 menit

5-8 (minggu ke

3 dan ke 4)

Senin, Rabu

dan

Jum‟at

1. Guru dan siswa melakukan pemanasan :

statis dan dinamis

2. inti : Guru menyampaikan materi

tentang aktivitas senam, keterampilan

baling-balingserta cara

mempraktikannya, selanjutnya siswa melakukan latihan baling-baling sesuai dengan instruksi dari guru.

3. Penutup : pendinginan dan evaluasi

10 menit

70 menit

10 menit

9-12 Senin, 1. Guru dan siswa melakukan pemanasan :

statis dan dinamis

10 menit

Tabel 3.8

Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional (Lanjutan)

3. Pelaksanaan Tes akhir (minggu ke

5 dan ke 6)

Rabu dan

Jum‟at

2. inti : Guru menyampaikan materi

tentang aktivitas senam, keterampilan

senam aerobik serta cara

mempraktikannya, selanjutnya siswa melakukan latihan aerobik sesuai dengan instruksi dari guru.

3. Penutup : pendinginan dan evaluasi

70 menit


(3)

66

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 66

Setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan selama masing-masing 12 pertemuan, setelah itu dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui hasil perlakuan. Tes yang diberikan sama dengan tes yang diberikan pada tes awal.


(4)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data melalui prosedur statistika, penulis menarik kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar aktivitas senam.

2. Model pembelajaran konvensional memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar aktivitas senam.

3. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menerangkan bahwa:

1. Bagi seluruh guru, baik itu pengajar Pendidikan Jasmani dan pembaca pada umumnya agar mencoba menerapkan model pembelajaran inkuiri, untuk memperkaya model pembelajaran selain model konvensional yang saat ini banyak digunakan, karena model pembelajaran inkuiri dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar aktivitas senam dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. 2. Dengan pertimbangan bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki

kelebihan bagi guru maupun siswa dalam mempelajari aktivitas senam, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran lainnya, dikaitkan dengan permasalahan - permasalahan yang terjadi disekolah, dengan ketentuan kualitas perlakuan disusun dan disajikan dengan lebih baik, sehingga memudahkan guru dalam pengaplikasiannya dan materi yang diberikan dapat dengan mudah diterima oleh siswa.


(5)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang., dan Darajat KN, Jajat. 2010. Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: PJKR FPOK UPI.

Abduljabar, Bambang. 2010. Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Rizki Press.

Abduljabar, Bambang. 2011. Modul Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung : PJKR UPI.

Abduljabar, Bambang. 2011. Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Auweele, Y. Vanden, et al. 1999. Psychology for Physical Educators. Human Kinetics.

Brick, Lynne. 2001. Bugar Dengan Senam Aerobik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Dinata, Marta. 2007. Langsing Dengan Aerobik. Jakarta: Cerdas Jaya.

Djamarah, S., B., dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S., B., dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathoni, A. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta.

Heriyana. 2013. Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Sepakbola Di Smpn 1 Lembang. Bandung: PJKR FPOK UPI. Hidayat, Yusuf. 2008. Psikologi Olahraga.Bandung : FPOK UPI

Juliantine, Tite, dkk. 2013. Modul Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK UPI.


(6)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional.

Mahendra, Agus. 2007. Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung : FPOK UPI.

Mahendra, Agus. 2009. Senam Artistik. Bandung : FPOK UPI.

Makmun, S., Abin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusman. 2012. Model-Model pembelajaran. Bandung : Rajawali Pers. Slavin. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : PT Indeks.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Uhamisastra, dkk. 2010. Modul Didaktik Metodik Pembelajaran Senam. Bandung : PJKR UPI.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

http://www.wikipedia.com/wiki/pengamatan (diakses pada tanggal 10 Juni