Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Penelitian Terdahulu

6 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara size,Return on Asset ROA dan leverage terhadap manajemen laba dengan judul ”Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” .

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah yaitu apakah size,Return on Asset ROA dan leverage berpengaruh terhadap manajemen laba baik secara simultan maupun parsial?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size,Return on Asset ROA dan leverage terhadap manajemen laba baik secara simultan maupun parsial?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenaimanajemen laba. Universitas Sumatera Utara 7 2. Bagi Investor Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai investasi pada perusahaan yang telah menerapkan Manajemen laba. 3. Bagi Pembaca Melalui hasil skripsi ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan pembaca dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama. Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Manajemen Laba Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan atas unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang. Dalam hal ini, tindakan manajemen laba dapat memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan Pujiningsih, 2011. Manajemen laba merupakan bentuk intervensi manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan mereka sendiri. Tindakan manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proxy discretionary accruals, yaitu dengan menggunakan rumus yang mengurang laba bersih dengan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholders tentang kinerja ekonomis perusahaan Universitas Sumatera Utara 9 maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka- angka akuntansi yang dilaporkan. Healy dan Wahlen, 1999. Tidak adanya persamaan pendapat untuk mendefinisikan laba secara tepat disebabkan oleh luasnya penggunaan konsep laba. Harahap, 2011, menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum dibicarakan dan digunakan oleh ekonomi. Konsep laba tersebut antara lain : 1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur. 2. Real Income, menunjukkan suatu ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang digunakan dalam real income adalah “biaya hidup” cost of livin . 3. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Money income lebih dekat pada pengertian akuntansi dan tentang income. Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dengan memanfaatkan pos-pos akrual yang ada dalam laporan keuangan dengan menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Hal ini dapat terjadi karena dalam akuntansi menggunakan dasar akrual yang mewajibkan perusahaan mengakui pendapatan dan biaya yang telah menjadi hak dan kewajiban dalam periode sekarang meskipun transaksi kas-nya baru terjadi dalam periode berikutnya. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat kepada pengguna laporan keuangan. Dasar akrual tidak hanya memberikan informasi atas transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaandan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa Universitas Sumatera Utara 10 depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu periode dapat mengandung unsur kas dan akrual Sutopo, 2009. Penerapan konsep akrual inilah yang memicu kesempatan manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi.

2.1.1.1 Faktor-faktor Mempengaruhi Manajemen Laba

Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba Suryani, 2010 yaitu: 1. Rencana BonusBonus Scheme Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya. 2. Kontrak Utang Jangka Panjang Debt Covenant Semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. 3. Motivasi PolitikPolitical Motivations Perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. 4. Motivasi PerpajakanTaxation Motivations Perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Universitas Sumatera Utara 11 5. Pergantian CEO Chief Executive Officer Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. 6. Penawaran Saham PerdanaInitital Public Offering Pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. Ada dua perilaku yang mendasari manajer melakukan manajemen laba Herawaty, 2008 yaitu : 1. Perilaku oportunistik, Manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, hutang dan political cost. 2. Efficient Contracting, Manajer meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi privat. Berdasarkan perilaku ini, manajemen laba memberikan fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian- kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Ketika penyusunan kontrak kompensasi, perusahaan akan mengantisipasi insentif manajer untuk mengelola laba melalui jumlah kompensasi yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara 12 Dechow, et al 1996 mengidentifikasi factor demand for external financing, insider trading debt, bonus, and governance structure sebagai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba. Terdapat berbagai macam proxy yang digunakan untuk mengukur faktor-faktor tersebut. Tujuan yang akan dicapai oleh manejemen melalui manajemen laba menurut Watts dan Zimmerman dalam Indriani, 2010, meliputi : 1. Mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya. 2. Mempengaruhi keputusan pelaku pasar modal. 3. Menghindari pelanggaran perjanjian hutang. 4. Menghindari biaya politik.

2.1.2 Size

Size adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain, variabel-variabel tersebut digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Hardiyanti 2012, kategori ukuran perusahaan ada 3 yaitu: 1. Perusahaan Kecil Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan kecil apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 50.000.000,- dengan paling banyak Universitas Sumatera Utara 13 500.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak 2.500.000.000. 2. Perusahaan Menengah Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak 50.000.000.000. 3. Perusahaan Besar Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000. Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil Pujiningsih, 2011. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana. Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Menurut Daniati dalam Farisa, Universitas Sumatera Utara 14 2011Perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan maturity dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil . Menurut Sawir2004 ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda: Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar- menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Akhirnya, ukuran diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan, yaitu struktur perusahaan kecil sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem informasi manajemen. Universitas Sumatera Utara 15 Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

2.1.3 Return on Asset ROA

ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan hasil return atasjumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan Kasmir, 2008. ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total aktiva. Untuk menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva.Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan harga saham perusahaan juga akan meningkat sehingga semakin tinggi pula returnsaham yang diperoleh. Pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini mencerminkan Universitas Sumatera Utara 16 tingkat efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Jadi memungkinkan manajermelakukan manajemen laba untuk mendapatkan keadaan tersebut.

2.1.4 Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset.Leveragejuga dapat diartikan sebagai pengunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau beban tetap Kasmir:2008.Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Indriani, 2010, dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan Universitas Sumatera Utara 17 secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin dalam Tarjo, 2008 menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan.Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba.Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan 2007 yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian hutang. Menurut Sawir, 2004Leverage terdiri atas leverageoperasi dan leveragekeuangan : a. LeverageOperasi Leverageoperasi adalah kepekaan EBIT terhadap penjualan perusahaan. Leverage operasi timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi tetap. Leverage operasi sangat dipengaruhi oleh pertimbangan efisiensi serta dasar- dasar ekonomis dan karakteristik bisnis dari barang dan jasa yang dijual suatu perusahaan. Jika perusahaan mempunyai leverage operasi yang tinggi, titik impasnya break even point terletak pada tingkat penjualan yang relatif tinggi, dan dampak perubahan tingkat penjualan terhadap laba akan makin besar. Semakin besar biaya operasi tetap, perubahan pada penjualan akan mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EBIT perusahaan. Universitas Sumatera Utara 18 b. Leverage Keuangan Leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Leverage keuangan dapat diukur berdasarkan nilai buku atau nilai pasar. Leverage keuangan berdasarkan nilai buku diukur dengan rasio nilai buku seluruh utang terhadap total aktiva, sementara leverage keuangan berdasarkan nilai pasar diukur dengan rasio nilai buku seluruh utang terhadap total nilai pasar perusahaan. Riyanto dalam Dewi 2010 menyatakan perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan favorable financial leverage atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage merugikan unfavorable leverage jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar. Leverage seperti “pedang bermata dua”: bila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari pada biaya utang, maka leverage akan mengurangi rentabilitas modal sendiri. Dengan kata lain, leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham tetapi dengan risiko akan meningkatkan kerugian pada masa-masa suram Sawir, 2004. Universitas Sumatera Utara 19

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pujiningsih 2011 melakukan penelitian terhadap Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, tetapi tidak menemukan bukti yang cukup kuat adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Indriani 2010 meneliti pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2008, dan penelitian ini menunjukankualitas auditor, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan CAR berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Setiawati 2010 meneliti pengaruh rasio CAMEL terhadap praktik manajemen laba di bank syariah tahun 2008-2009 dan penelitian ini menunjukanbahwa kinerja bank yang diproksikan dengan CAMEL CAR, RORA, ROA, NPM, dan LDR berhubungan negatif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba. Muljono2008 meniliti pengaruh Kualitas audit, leverage, dan persentase kepemilikan saham oleh publik terhadap earning management pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta2004-2006, dan menunjukan bahwavariable kualitas audit, leverage, dan kepemilikan sahamberpengaruh secara simultan terhadap praktik manajemen laba. Universitas Sumatera Utara 20 Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu yang membahas tentang manajemen laba. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Judul Variabel Dependen Independen Hasil Penelitian Andiany Indra Pujiningsih 2011 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba Dependent : 1.Manajemen Laba Independen : 1.Struktur kepemilikan 2.Ukuran Perusahaan 3.Corporate Governance 4. Kompensasi Bonus Tidak adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba Yohana Indriani 2010 Pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2008 Dependent : 1.Manajemen Laba Independen : 1. Kualitas auditor 2.Corporate Governance 3. Leverage 4.Kinerja keuangan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan CAR. Perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four menunjukkan hasil yang positif antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba. Koosrini Setiawati 2010 Pengaruh Rasio Camel terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah Dependent : 1.Manajemen Laba Independent: 1.CAMEL CAR, RORA, ROA, NPM, dan LDR CAMEL berpengaruh negatif dan signifikan pada manajemen laba. Universitas Sumatera Utara 21 Michael Kurniadi Muljono 2008 Pengaruh Kualitas audit, leverage, dan persentase kepemilikan saham oleh publik terhadap earning management pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta 2004-2006 Dependent : 1.Earning Management Independen : 1. Kualitas Audit 2. Leverage 3.kepemilikan saham Seluruh variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap praktik manajemen laba.

2.3 Kerangka Konseptual