B. Proses Penanganan Perkara Kepailitan Pada Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga merupakan pengadilan yang berada di lingkungan peradilan umum, berwenang memeriksa dan memutuskan perkara permohonan
pernyataan pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang PKPU. Secara umum hukum acara yang berlaku bagi Pengadilan Niaga adalah HIR Herziene
Indonesisch Reglement atau Reglemen Indonesia yang diperbaharui RIB dan RBG Rechtsreglement Buitengewesten.
Di dalam Pasal 299 UUK menyatakan : “Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini maka hukum acara yang berlaku adalah hukum acara perdata.”
Apabila suatu permohonan pernyataan pailit atau penundaan kewajiban pembayaran hutang ingin diajukan kepada Pengadilan Niaga, maka kelengkapan
dokumen yang harus diserahkan kepada Pengadilan Niaga adalah seperti yang tersebut dibawah ini :
1. Jika permohonan dari debitur perorangan. a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada ketua pengadilan
negeripengadilan niaga yang bersangkutan; b. Izin pengacara yang telah dilegalisir kartu pengacara;
c. Surat kuasa khusus; d. Surat tanda bukti diri KTP dari suami atau istri yang masih berlaku;
e. Persetujuan suami atau istri yang dilegalisir; f. Daftar aset dan tanggung jawab; dan
g. Neraca pembukuan terakhir dalam hal perorangan memiliki perusahaan. 2. Permohonan dari Debitur PengkongsianPartner.
a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan NegeriPengadilan Niaga yang bersangkutan;
Universitas Sumatera Utara
b. Izin pengacara yang telah dilegalisir kartu pengacara; c. Surat Kuasa Khusus;
d. Akta pendaftaran perusahaan yang dilegalisir dicap oleh kantor
perdagangan paling lambat 1 satu minggu sebelum permohonan didaftarkan;
e. Persetujuan tertulis dari semua mitra usaha; f. Neraca keuangan terakhir; dan
g. Nama serta alamat semua debitur dan Krediturmitra usaha. 3. Permohonan dari Debitur YayasanAsosiasi.
a. Surat bermaterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan NegeriPengadilan Niaga yang bersangkutan;
b. Izin pengacara yang dilegalisirkartu pengacara; c. Surat Kuasa Khusus;
d. Akta pendaftaran yayasanasosiasi yang dilegalisir dicap oleh kantor perdagangan paling lambat 1 satu minggu sebelum permohonan
didaftarkan; e. Putusan dewan pengurus yang memutuskan untuk mengajukan pernyataan
pailit; f. Anggaran dasaranggaran rumah tangga;
g. Neraca keuangan terakhir; dan h. Nama serta alamat semua debitur dan Kreditur.
4. Permohonan dari Debitur Perseroan Terbatas. a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
NegeriPengadilan Niaga yang bersangkutan; b. Izin pengacara yang telah dilegalisir kartu pengacara;
Universitas Sumatera Utara
c. Surat Kuasa Khusus; d. Akta pendaftaran perusahaan yang dilegalisir dicap oleh kantor perdagangan
paling lambat 1 satu minggu sebelum permohonan didaftarkan; e. Putusan sah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS terakhir;
f. Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga; g. Neraca keuangan terakhir; dan
h. Nama dan alamat semua debitur dan Kreditur. 5. Permohonan dari Kejaksaan Bank IndonesiaBapepam.
a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan NegeriPengadilan Niaga yang bersangkutan;
b. Surat tugassurat kuasa c. Izin pengacara yang dilegalisirkartu pengacara
d. Surat Kuasa Khusus; e. Surat pendaftaran perusahaan.Bank Perusahan Efek yang dilegalisir dicap
oleh kantor perdagangan paling lambat 1 satu minggu sebelum permohonan didaftarkan;
f. Surat perjanjian hutang; g. Perincian hutang yang telah jatuh tempotidak dibayar;
h. Neraca keuangan terakhir; i. Daftar aset dan tanggung jawab; dan
j. Nama serta alamat semua debitur dan Kreditur. 6. Permohonan dari kreditur.
a. Surat permohonan bermaterai dari pengacara yang ditujukan kepada ketua Pengadilan Niaga setempat ;
Universitas Sumatera Utara
b. IzinKartu Pengacara yang dilegalisir pada kepaniteraan Pengadilan Niaga setempat ;
c. Surat Kuasa Khusus ; d. Akta Pendaftaran PerusahaanYayasanAsosiasi yang dilegalisir dicap oleh
kantor perdagangan paling lambat 1 satu minggu sebelum permohonan didaftarkan ;
e. Surat Perjanjian Hutang ; f. Perincian hutang yang tidak dibayar ;
g. Nama serta alamat masing-masing debitur ; h. Tanda kenal diri debitur ;
i. Nama serta alamat mitra usaha; dan j. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris oleh penterjemah
resmi jika menyangkut unsur asing. Wewenang secara absolut untuk memeriksa dan memutus permohonan
pailit dan hal-hal yng berkaitan dengan perniagaan adalah Pengadilan Niaga, dimana wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan debitur, hal ini diatur
dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.
a. Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan danatau diatur dalam undang-undang ini, diputuskan oleh pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitur. b. Dalam hal debitur telah meninggalkan wilayah negara Republik Indonesia,
pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
terakhir debitur.
Universitas Sumatera Utara
c. Dalam hal debitur adalah perseroan atau firma, pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga berwenang
memutuskan. d. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah negara republik Indonesia
tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia, pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan kantor atau kantor pusat debitur menjalankan profesi atau usahanya di wilayah Republik Indonesia.
e. Dalam hal debitur merupakan badan hukum, tempat kedudukanan hukumnya adalah sebagaimana dimaksud adalah anggaran dasar Proses permohonan
pernyataan pailit dari Pengadilan Niaga sampai dengan proses Peninjauan Kembali dapat dilihat dari Pasal 6 sampai dengan Pasal 14 Undang-Undang No.
37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang adalah sebagai berikut :
1. Permohonan pernyataan pailit dan pendaftarannya kepada Pengadilan
Negeri melalui Panitera Pengadilan Negeri. Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang bersangkutan
diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama
dengan tanggal pendaftaran. 2.
Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada ketua pengadilan paling lambat 2 dua hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari permohonan dan
menetapkan hari sidang. 4. Sedang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan
dalam jangka waktu paling lambat 20 dua puluh hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
5. Pengadilan dapat menunda penyelenggaraan sidang atas permohonan
debitur dan berdasarkan alasan yang cukup paling lambat 25 dua puluh lima hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
6. Putusan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat 60 enam puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
7. Salinan putusan pengadilan wajib disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat kepada debitur, pihak yang mengajukan permohonan
pernyataan pailit, kurator, dan Hakim pengawas paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan.
8. Upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan terhadap di pengadilan niaga adalah dengan melakukan permohonan kasasi diajukan paling lambat
8 delapan hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan, dengan mendaftarkan kepada panitera pengadilan yang telah memutuskan
permohonan pernyataan pailit. 9. Panitera mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi kepada pihak
termohon kasasi paling lambat 2 dua hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
Universitas Sumatera Utara
10. Termohon kasasi dapat juga mengajukan mengajukan kontra memori asasi kepada panitera pengadilan paling lambat 7 tujuh hari setelah tanggal
termohon kasasi menerima memori kasasi. 11. Mahkamah Agung mempelajari permohonan kasasi dan menetapkan hari
sidang paling lambat 2 dua hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
12. Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lambat 20 dua puluh hari sejak tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah
Agung. 13. Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lambat 60 enam
puluh hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. Putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum. 14. Panitera pada Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan
kepada panitera Pengadilan Niaga paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan.
15. Penyampaian putusan kasasi kepada para pihak yang berkepentingan paling lambat dua hari setelah putusan kasasi diterima.
16. Pengajuan Peninjauan Kembali PK dan pendaftarannya di kepaniteraan Pengadilan Niaga
17. Penyampaian Peninjauan Kembali PK oleh Panitera PN kepada panitera Mahkamah Agung.
18. Penyampainan salinan permohonan Mahkamah Agung berikut bukti
pendukung oleh Pengadilan Niaga kepada pemohon Peninjaun Kembali PK
Universitas Sumatera Utara
19. Pengajuan jawaban terhadap permohonan Peninjauan Kembali PK oleh pemohon.
20. Penyampaian jawaban termohon Penijauan Kembali PK kepada panitera oleh panitera Pengadilan Niaga PN.
21. Pemeriksaan dan pemberian putusan Mahkamah Agung terhadap Peninjauan Kembali PK.
22. Penyampaian salinan putusan Peninjauan Kembali PK oleh Mahkamah Agung kepada para pihak.
Berdasarkan sumber hukum kepailitan yaitu Undang-Undang Kepailitan terbaru, telah mengatur masalah penanganan perkara kepailitan di Pengadilan Niaga
sampai dengan Peninjauan Kembali pada Pasal 6 sampai Pasal 14, jika dibandingkan dengan undang-undang kepailitan yang lama yaitu Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998 terdapat beberapa perbedaan diantaranya jangka waktu yang diberikan lebih lama, seperti dalam putusan pengadilan atas permohonan
pernyataan pailit. Di dalam Undang-Undang Kepailitan yang baru diberikan jangka waktu 60 hari sedangkan Undang-Undang Kepailitan yang lama hanya diberikan
waktu 30 jari. Dengan diberikan jangka waktu yang lebih lama tersebut diharapkan pengadilan lebih leluasa dalam mempelajari dan memeriksa permohonan
pernyataan pailit. Jika dilihat dari pasal-Pasal yang mengatur tata cara permohonan
pernyataan pailit di dalam Undang-Undang Kepailitan yang baru, isi dari pasal- Pasal tersebut cukup dapat dimengerti karena telah dijelaskan secara rinci hal-hal
yang berhubungan dengan penanganan masalah kepailitan. Misalnya kepailitan di Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 10, kemudian
mengenai upaya hukum Kasasi diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 14,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan mengenai upaya hukum Peninjauan Kembai tata caranya sama dengan upaya hukum kasasi.
Dengan diundangkannya Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang yang baru tersebut
pengadilan lebih banyak memiliki waktu dalam memeriksa dan memutuskan perkara kepailitan, sehingga ketetapan waktu dalam proses kepailitan ini dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan semua pihak yang terkait dengan masalah kepailitan tersebut.
C. Akibat Hukum Putusan Pailit.