2.2. Pengertian Pengadilan Niaga Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang dibentuk dalam
lingkungan peradilan umum dan satu-satunya pengadilan yang memiliki wewenang untuk mengadili perkara-perkara niaga sebagai berikut :
1. Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang PKPU, serta hal- hal yang berkaitan dengannya, termasuk kasus-kasus actio pauliana dan
prosedur renvoi tanpa memperhatikan apakah pembuktiannya sederhana atau tidak;
2. Hak atas Kekayaan Intelektual : a
Desain Industri. b
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. c
Paten. d
Merek. e
Hak Cipta. 3. Lembaga Penjamin Simpanan :
a. Sengketa dalam proses likuidasi.
b. Tuntutan pembatalan segala perbuatan hukum Bank yang mengakibatkan
berkurangnya aset atau bertambahnya kewajiban Bank, yang dilakukan dalam jangka waktu 1 satu tahun sebelum pencabutan izin usaha.
4. Perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan Undang-undang.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan permasalahan yang ada maka perlu adanya metode dalam penelitian tersebut. Pada penulisan ini metode
yang dipakai adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan kepailitan dan arbitrase.
2. Sumber Data Sumber data yang dipergunakan terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer. Bahan penelitian yang berasal dari peraturan perundang-undangan dan
yurisprudensi yang berkaitan dengan penulisan yang dilakukan. b. Bahan Hukum Sekunder.
Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku dan literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penulisan.
c. Bahan Hukum Tersier atau Bahan Hukum Penunjang.
Bahan hukum yang memberikan informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum. Teknik pengumpulan
data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Penghimpunan data-data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan,
mempelajari, dan menganalisa teori-teori dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
4. Pengolahan dan Analisis Data Setelah bahan hukum dikumpulkan dan diolah, kemudian dianalisis secara
kualitatif dengan menggunakan kerangka berpikir secara deduktif dan induktif untuk menjawab permasalahan. Metode induktif yaitu menggunakan pola pikir
yang berangkat dari kenyataan yang bersifat khusus kemudian digeneralisasikan kepada aturan-aturan atau teori-teori yang bersifat umum.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan metode deduktif yaitu menggunakan pola pikir yang berangkat dari teori-teori atau aturan-atuiran yang bersifat umum kemudian dikonkritisasi
kepada fakta-fakta yang bersifat khusus yang ditemui di dalam penelitian. Selanjutnya hasil penelitian ini disusun secara sistematis dalam bentuk skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan bertujuan agar penulisan ini dapat terarah dan sistematis, sehingga dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5
lima bab yaitu sebagai berikut : Bab I. Merupakan pendahuluan yang terbagi dalam 7 tujuh sub bab, yaitu
latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang
di dalamnya menguraikan tentang pendekatan masalah, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data, serta diuraikan pula mengenai sistematika
penulisan. Bab II. Merupakan pembahasan mengenai Tinjauan Umum tentang
Kepailitan yang membahas tentang Pengertian dan latar belakang Kepailitan, Lembaga Kepailitan dan pihak-pihak yang berhak dalam Kepailitan dan Syarat-
syarat yuridis dan proses dalam mengajukan dan melakukan permintaan Kepailitan.
Bab III. Merupakan pembahasan mengenai Pengadilan Niaga dan Klausula Arbitrase. Pengertian, sejarah lahirnya Pengadilan Niaga, Rancangan Undang-
Undang RUU tentang Pengadilan Niaga, peraturan-peraturan hukum acara perdata dalam pengadilan niaga dan Arbitrase, pengangkatan Hakim Niaga serta pengertian
Klausula Arbitrase.
Universitas Sumatera Utara
Bab IV. Merupakan pembahasan mengenai bagaimana Kewenangan Pengadilan Niaga Mengadili Perkara Kepailitan Dan Kaitannya Dengan Perjanjian
Arbitrase. Bab V. Kesimpulan dan Saran. Berisikan tentang kesimpulan dan saran-
saran dari penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang jawaban dari rumusan masalah baik permasalahan yang pertama kedua, maupun permasalahan
yang ketiga agar lebih jelas. Dan bagian kedua adalah saran. Saran merupakan rekomendasi penulis kepada dunia ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya
hukum kontrak bisnis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM KEPAILITAN
A. Tinjauan Umum Tentang Kepailitan
1. Pengertian Kepailitan
Secara etimologi, kepailitan berasal kari kata pailit, selanjutnya istilah “pailit” berasal dari bahasa Belanda faillet yang mempunyai arti ganda yaitu
sebagai kata benda dan kata sifat. Istilah faillet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran, sedangkan dalam
Bahasa Inggris dikenal dengan kata to fail dengan arti sama, dan dalam bahasa latin disebut failure. Kemudian istilah kepailitan dalam pengertian hukum istilah faillet
mengandung unsur-unsur tersendiri yang dibatasi secara tajam, namun definisi mengenai pengertian itu tidak ada dalam undang-undang. Selanjutnya istilah pailit
dalam Bahasa Belanda adalah faiyit, maka ada pula sementara orang yang menerjemahkan sebagai paiyit dan faillissement sebagai kepailitan. Kemudian pada
negara-negara yang berbahasa inggris untuk pengertian pailit dan kepailitan mempergunakan istilah Bankrupt dan Bankruptcy.
2
Menurut Munir Fuady yang dimaksud dengan pailit atau bangkrut adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta debitur agar dicapainya perdamaian antara
debitur dan para kreditur atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil di antara para kreditur.
3
2
Viktor M. Situmorang dan Hendri Soekarso, 1993, Pengantar Hukum Kepailitan Indonesia, Rineka Cipta Jakarta, Halaman 18
3
Munir Fuady, 2002, Hukum Pailit, Citra Aditya Bakti, Bandung, Halaman 8
16
Universitas Sumatera Utara
R. Subekti berpendapat bahwa kepailitan adalah suatu usaha bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang yang berpiutang secara adil.
4
H. M. N. Puwosutjipto berpendapat bahwa kepailitan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa pailit. Pailit adalah keadaan
berhenti membayar hutang-hutangnya.
5
Dalam Black’s Law Dictionary pailit atau Bankrupt adalah ”the state or condition of a person individual, partnership, corporation, municipality who is
unable to pay its debt as they are, or become due”. The term includes a person against whom an voluntary petition has been filed, or who has been adjudged a
Bankrupt.
6
Berdasarkan pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut, dapat dilihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan
ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang debitur atas hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo, ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu
tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitur sendiri maupun permintaan pihak ketiga.
7
Di dalam kamus hukum dikemukakan bahwa : Pailit diartikan sebagai keadaan dimana seorang debitur telah berhenti membayar
hutang-hutangnya. Setelah orang yang demikian atas permintaan para krediturnya atau permintaan sendiri oleh pengadilan dinyatakan pailit maka harta kekayaan
4
R.Subekti, 1995, Pokok-Pokok Hukum Dagang, Intermasa, Jakarta, Halaman 28 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Dan Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan,
Jakarta, Halaman 28
6
Bryan A. Garner, 1999, Black Law’s Dictionary, West Group, St. Paul, Halaman 141.
7
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri hukum Bisnis, Raja Grafndo Persada, Jakarta, Halaman 11
Universitas Sumatera Utara
dikuasai oleh balai harta peninggalan selaku curtirice pengampu dalam usaha kepailitan tersebut untuk dimanfaatkan oleh semua kreditur.
8
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan menyebutkan defenisi kepailitan, yaitu :
1 Kepailitan berarti penyitaan umum dari semua aset dari Debitur Pailit yang
akan dikelola dan dilikuidasi oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur di dalamnya;
2 Kreditur harus berarti orang yang memiliki piutang dari perjanjian atau hukum
yang dapat dikumpulkan sebelum pengadilan; 3
Debitur berarti seseorang yang memiliki hutang yang mungkin dituntut untuk membayar sebelum pengadilan;
4 Pailit Debitur adalah suatu debitur yang telah dinyatakan pailit dengan
keputusan pengadilan; 5
Kurator akan berarti Orphans Chamber atau individu yang ditunjuk oleh pengadilan untuk mengelola dan melikuidasi aset Pailit Debitur di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur di dalamnya; 6
Hutang akan berarti suatu kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam satuan moneter di bawah Indonesia atau mata uang asing yang ada
sekarang atau setelahnya atau kontingen yang timbul dari perjanjian atau sesuai dengan hukum yang berlaku dan harus dipenuhi oleh Debitur, yang gagal
Kreditur menjadi berhak untuk memulihkan pinjaman dari aset dari Debitur; 7
Pengadilan berarti pengadilan niaga dalam pengadilan publik;
8
R. Subekti dan Tjitrosoedibyo, 1989, Kamus Hukum , Pradnya Paramita, Jakarta, halaman