Tujuan dan manfaat penulisan Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalah “Tinjauan Yuridis Atas Kewenangan Tinjauan Kepustakaan

C. Tujuan dan manfaat penulisan

1. Tujuan penelitian. a. Untuk mengetahui pihak-pihak yang berhak dalam kepailitan serta syarat- syarat yuridis dalam mengajukan proses permintaan kepailitan. b. Untuk mengetahui Rancangan Undang-undang tentang pengadilan niaga, pengangkatan hakim niaga serta peraturan-peraturan hukum acara perdata dalam pengadilan niaga dan arbitrase. c. Untuk mengetahui kewenangan pengadilan niaga mengadili perkara kepailitan dan kaitannya dengan perjanjian arbitrase. 2. Kegunaan penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan Ilmu Hukum, khususnya Hukum Kepailitan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang.

D. Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalah “Tinjauan Yuridis Atas Kewenangan

Pengadilan Niaga Dalam Memutus Perkara Kepailitan Dengan Adanya Klausul Arbitrase Dalam Perjanjian Para Pihak Yang Bersengketa”. Judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Kepailitan 1.1. Pengertian Kepailitan Dalam Black’s Law Dictionary pengertian pailit atau bankrupt adalah : “The state or condition of a person individual, partnership, corporation, municipality whois unable to pay its debt as they are, or become due. The term includes a person against whom an involuntary petition has been filled, or who has filled a voluntary petition, or whohas been adjudged a bankrupt.” Berdasarkan pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut, dapat dilihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga diluar debitor, suatu permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Sedangkan pada UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan PembayaranUtang sebagai pengganti dari UU No. 4 Tahun 1998 definisi mengenai kepailitan dapat kitalihat di dalam Pasal 1 angka 1 yaitu : “Kapailitan adalah Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”. Berdasarkan pendapat para ahli, dikemukakan bahwa Kepailitan adalah suatu usaha bersama untuk mendapatkan pembayaran semua piutang secara adil. 1.2. Peraturan Perundang-undangan tentang Kepailitan Sejarah perundang-undangan kepailitan di Indonesia telah dimulai hampir 100 tahun yang lalu yakni sejak 1906, sejak berlakunya “Verordening op het Universitas Sumatera Utara Faillissement en Surceance van Betaling voor de European in Indonesia” sebagaimana dimuat dalam Staatblads 1905 No. 217 jo. Staatblads 1906 No. 348 Faillissements Verordening. Dalam tahun 1960-an, 1970-an secara relatif masih banyak perkara kepailitan yang diajukan kepada Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia, namun sejak 1980-an hampir tidak ada perkara kepailitan yang diajukan ke Pengadilan negeri. Tahun 1997 krisis moneter melanda Indonesia, banyak hutang tidak dibayar lunas meski sudah ditagih, sehingga timbul pikiran untuk membangunkan proses kepailitan dengan cara memperbaiki perundang-undangan dibidang kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau biasanya disingkat PKPU. Pada tanggal 20 April 1998 pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan yang kemudian telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat menjadi Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No. 4 tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan tanggal 9 september 1998 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor 135. Undang-Undang No. 4 tahun 1998 tersebut bukanlah mengganti peraturan kepailitan yang berlaku, yaitu Faillissements Verordening Staatsblad tahun 1905 No. 217 juncto Staatbladstahun 1906 No. 308, tetapi sekedar mengubah dan menambah. Dengan diundangkannya Perpu No. 1 tahun 1998 tersebut, yang kemudian disahkan oleh DPR dengan mengundangkan Undang-Undang No. 4 tahun 1998 tersebut, maka tiba-tiba Peraturan Kepailitan Faillissements Verordening S. 1905 No. 217 jo S. 1906 No. 348 yang praktis sejak lama sudah tidak beroperasi lagi, menjadi hidup kembali. Sejak itu, pengajuan permohonan- Universitas Sumatera Utara permohonan pernyataan pailit mulai mengalir ke Pengadilan Niaga dan bermunculanlah berbagai putusan pengadilan mengenai perkara kepailitan. 1.3. Tujuan Utama Kepailitan. Adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur atas kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing. 1.4. Lembaga Kepailitan Pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitur dalam keadaan berhenti membayartidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada dasarnya mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu : a Kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditur bahwa debitur tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap semua hutang- hutangnya kepada semua kreditur. b Kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan kepada debitur terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditur-krediturnya. Jadi keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu lembaga atau sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian konsep yang taat asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. 1.5. Para Pihak yang dapat mengajukan kepailitan yaitu : a Atas permohonan debitur sendiri. b Atas permintaan seorang atau lebih kreditur. Universitas Sumatera Utara c Oleh kejaksaan atas kepentingan umum. d Bank Indonesia dalam hal debitur merupakan lembaga Bank. e Oleh Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitur merupakan perusahaan efek. 1.6. Syarat Yuridis untuk kepailitan adalah : a Adanya hutang. b Minimal satu hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. c Adanya debitur. d Adanya kreditur lebih dari satu. e Permohonan peryataan pailit. f Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga. 1.7. Adapun para pihak yang dapat melakukan permintaan kepailitan adalah : a Debitur. b Kreditur. c Kejaksaan demi kepentingan umum. d Bank Indonesia. e Badan Pengawas Pasar Modal. 2. Hukum Niaga dan Pengadilan Niaga

2.1. Pengertian Hukum Niaga

Hukum Niaga adalah Seperangkat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hal yang berhubungan dengan Kepailitan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang PKPU, Hak atas Kekayaan Intelektuan HaKI, Lembaga Penjamin Simpanan LPS, dan Perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan Undang-undang. Universitas Sumatera Utara 2.2. Pengertian Pengadilan Niaga Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang dibentuk dalam lingkungan peradilan umum dan satu-satunya pengadilan yang memiliki wewenang untuk mengadili perkara-perkara niaga sebagai berikut : 1. Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang PKPU, serta hal- hal yang berkaitan dengannya, termasuk kasus-kasus actio pauliana dan prosedur renvoi tanpa memperhatikan apakah pembuktiannya sederhana atau tidak; 2. Hak atas Kekayaan Intelektual : a Desain Industri. b Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. c Paten. d Merek. e Hak Cipta. 3. Lembaga Penjamin Simpanan : a. Sengketa dalam proses likuidasi. b. Tuntutan pembatalan segala perbuatan hukum Bank yang mengakibatkan berkurangnya aset atau bertambahnya kewajiban Bank, yang dilakukan dalam jangka waktu 1 satu tahun sebelum pencabutan izin usaha. 4. Perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan Undang-undang.

F. Metode Penelitian