Hukum Acara Perdata yang berlaku di dalam Pengadilan Niaga Pengangkatan Hakim Niaga

perselisihan di bidang komersial. Namun, dasar hukum atas keberadaan Pengadilan Niaga ini masih tersebar di peraturan perundang-undangan kepailitan dan HAKI, serta belum diatur di dalam UU tersendiri. Selain itu, kompetensi dan kewenangan Pengadilan Niaga saat ini masih sebatas dalam penanganan dan penyelesaian kasus di bidang kepailitan dan HAKI. Padahal, kasus-kasus di bidang komersial cukup luas cakupannya. Alhasil, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab tentang apakah pengadilan niaga telah memiliki karakteristik kelembagaan yang telah memenuhi persyaratan dalam mengadili perkara-perkara di bidang perniagaan. Sehubungan dengan yang dikemukakan singkat di atas dan sehubungan dengan rekomendasi yang ditawarkan oleh Cetak Biru dan Rencana Aksi tentang Pengadilan Niaga yang dibuat oleh Tim Pengarah Pengadilan Niaga, Indonesia Anti Corruption Commercial Court Enhancement In ACCE Project berinisiatif menyusun RUU tentang Pengadilan Niaga yang melibatkan beberapa stakeholder terkait diantaranya Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Advokat, Kurator, LSM, akademisi, dan media. Dan kegiatan terkini yang dilakukan adalah rapat pembahasan tim yang menghasilkan RUU Pengadilan Niaga versi terakhir dan Notulen Rapat dalam membahas permasalahan fundamental tentang keberadaan Pengadilan Niaga di Indonesia.

D. Hukum Acara Perdata yang berlaku di dalam Pengadilan Niaga

Berdasarkan Pasal 300 UU No.342004 jo Pasal 280 ayat 1 UU No.41998 dibentuk suatu pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum, yaitu Pengadilan Niaga, yang menurut ketentuan dalam Pasal 280 ayat 2 mempunyai kewenangan untuk memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan penundaan pembayaran hutang serta berwenang pula memeriksa dan memutus Universitas Sumatera Utara perkara lain dalam bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya dengan adanya tuntutan perkembangan, maka berdasarkan Kepres No.971999 dibentuk 5 lima Pengadilan Niaga, yaitu di Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makasar dh Ujung Pandang, yang masing-masing berada dalam lingkungan pengadilan negeri. Hukum Acara Perdata yang berlaku di Pengadilan Niaga Kecuali yang telah ditentukan lain oleh UUK, hukum acara dan hukum pembuktian yang berlaku pada Pengadilan Niaga adalah Hukum Acara Perdata dan pembuktian berdasarkan HIR Herziene Indonesich Reglement untuk Pengadilan Niaga di Jawa dan Madura serta Rbg Reglement Buite Gewesten untuk Pengadilan Niaga di luar Jawa dan Madura

E. Pengangkatan Hakim Niaga

Kompetensi Pengadilan Niaga memiliki kekuasaan absolut. Kekuasaannya absolut dalam hal menerima dan memeriksa serta memutuskan tentang semua permohonan pernyataan pailit dan penundan kewajiban membayar hutang. Didalam memberikan daya dukung bagi mekanisme peradilan niaga maka direkrut Hakim Pengadilan Niaga yang dipilih dari Hakim Pengadilan Negeri sebagai Hakim Karir dan Hakim Ad Hoc dari berbagai kalangan profesi hukum. Hakim yang telah direkrut tersebut kemudian diberikan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Hakim dalam menangani perkara Pengadilan Niaga. Hakim-hakim yang mengikuti pelatihan tersebut tidak semuanya menjadi Hakim Niaga. Hakim Niaga yang terdiri dari Hakim Ad-Hoc yang pengangkatannya berdasarkan Keputusan Presiden dan Hakim Karir yang pengangkatanya melalui Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung. Universitas Sumatera Utara Dibentuknya Pengadilan Niaga secara tidak langsung membawa konsekuensi diselenggarakannya pembentukan Hakim yang secara khusus menangani perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang. Pasal 302 Undang-Undang Kepalitan mentukan persyaratan Hakim Niaga, yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Telah berpengalaman sebagai Hakim dalam lingkungan peradilan umum; 2. Memiliki dedikasi dan menguasai pengetahuan di bidang masalah-masalah yang menjadi lingkup kewenangan Pengadilan ; 3. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela; dan 4. Telah berhasil menyelesaikan program pelatihan khusus sebagai Hakim pada pengadilan. Pengangkatan Hakim Niaga di Jakarta Pusat terdiri dari 2 dua gelombang besar yaitu Gelombang I pada tahun 1998 dan Gelombang II pada tahun 2003. Pengangkatan Gelombang I diangkat dengan dasar hukum SK Ketua MA-RI No. KMA023SKVIII1998. Gelombang II diangkat dengan dasar hukum SK Ketua MA-RI No. KMA051SKX2003. Selain itu SK Individual akan dikeluarkan apabila ada kebutuhan pengangkatan Hakim niaga baru di Jakarta Pusat. Pengangkatan Hakim Niaga tersebut dipilih dari peserta-peserta pendidikan dan pelatihan pembentukan Ada dua tahap pendidikan dan latihan Hakim niaga selanjutnya disebut dengan “diklat”, yaitu diklat pembentukan Hakim niaga yang kemudian dilanjutkan dengan diklat teknis fungsional. Runutan Pendidikan dan Pelatihan Niaga adalah sebagai berikut : 1. Diklat pra pembentukan Pengadilan Niaga diselenggarakan oleh Mahkamah Agung sebelum bulan Juli 1998 dengan peserta kurang lebih 57 lima puluh tujuh orang. Universitas Sumatera Utara 2. Diklat pra pembentukan yang diselenggarakan oleh BPHN dengan IMF pada bulan Juli 1998 di Jakarta dan Bulan April-Mei 1998 di kota-kota lain seperti Surabaya, Semarang, Makasar, Medan. 3. Diklat pasca pembentukan Pengadilan Niaga diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Hukum PPH sejak tahun 1999. 13 Diklat pembentukan Hakim niaga pertama kali diselenggarakan Mahkamah Agung pada tahun 1998. Diklat tersebut diikuti oleh 32 tiga puluh dua Hakim peserta dari berbagai wilayah pengadilan negeri serta juga diikuti oleh Hakim yustisial dari Mahkamah Agung RI. Dari diklat tersebut ditunjuk 17 tujuh belas Hakim Niaga yang kemudian ditempatkan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Sedangkan diklat pembentukan Hakim Niaga yang kedua dilaksanakan pada tahun 2002 setelah diadakan pembentukan Pengadilan Niaga di wilayah lain wilayah Surabaya, Medan, Ujung Pandang dan Semarang. Dari diklat yang dilaksanakan di Jakarta tersebut diangkat 8 delapan orang Hakim untuk menjadi Hakim niaga pada tahun 2003. Sampai saat ini Hakim-Hakim yang pernah dan masih bertugas di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebanyak 36 tiga puluh enam orang. Sehingga yang diangkat menjadi Hakim niaga melalui SK Individual sebanyak 11 sebelas orang. F. Pengertian Klausula Arbitrase Proses atau cara penyelesaian sengketa bisnis yang saat ini sedang populer adalah arbitrase. Istilah arbitrase berasal dari kata arbitrate bahasa latin yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Proses atau tata cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini, dalam praktiknya sudah lama 13 MaPPI FHUI, 2005, Pengembangan Karir Serta Pendidikan Latihan Hakim Niaga, http :www.pemantauperadilan.com Universitas Sumatera Utara dikenal di Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan pun penyelesaian sengketa lewat arbitrase sudah ada dan dikenal. Dalam bidang perdagangan, setelah kemerdekaan ada beberapa badan arbitrase tetap yang didirikan oleh berbagai perkumpulan dan organisasi perdagangan di Indonesia yang sekarang tentu saja tidak aktif lagi. 14 Subekti menyatakan, bahwa arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang Hakim atau para Hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh Hakim yang mereka pilih. 15 Menurut M. Yahya Harahap : Pada umumnya perjanjian arbitrase merupakan pelengkap atau perjanjian tambahan yang sering dilekatkan dalam suatu persetujuan bisnis atau persetujuan komersial, hampir selalu dibarengi dengan persetujan arbitrase, sedangkan perjanjian komersial yang berskala nasional di mana para pihak terdiri dari kalangan orang Indonesia sendiri belum seluruhnya dibarengi dengan persetujuan arbitrase. 16 Menurut Undang-Undang No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 angka 1, Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Menurut Peraturan Prosedur BANI Badan Arbitrase Nasional Indonesia, arbitrase adalah memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa- sengketa perdata yang timbul mengenai perdagangan, industri, keuangan, baik 14 Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, 2004, Mengenal Arbitrase, Raja Grafindo Persada, Jakarta, halaman 27 15 Subekti, 1992, Arbitrase perdagangan, Bina Cipta, Bandung, halaman 1 16

M. Yahya Harahap, 2001, Arbitrase, sinar Grafika, Jakarta, halaman 64