PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, FINANCING TO DEPOSITE RATIO (FDR), NON PERFOMING FINANCING (NPF), DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2012-2015
PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, FINANCING TO DEPOSITE RATIO (FDR), NON PERFOMING FINANCING (NPF), DAN RETURN ON
ASSET (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2012-2015
SKRIPSI
Oleh : Habibah NPM : 20120730159
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
i
PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL,FINANCING TO DEPOSITE RATIO (FDR) ,NON PERFOMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSET
(ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2012-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Habibah
NPM: 20120730159
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Habibah
Nomor Mahasiswa : 20120730159
Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam
Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, FINANCING
TO DEPOSITE RATIO (FDR), NON PERFOMING
FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSET (ROA)
TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA
PERBANKAN SYARIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 14 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
(4)
iii
MOTTO
Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya
kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.
(QS. Al
–
Ankabut ayat 6)
Meraih mimpi intu baik, tapi melampaui mimpi lebih baik
lagi.
(Anies Baswedan)
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan
usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib
seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya
tanpa berusaha.
(5)
iv
PERSEMBAHAN
Dengan tidak mengurangi rasa syukur kepadaNya,
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang
teristimewa dalam hidupku yaitu Kedua orang tuaku
Bapak Muh. Basir dan ibu Ngadiem yang tak kenal
lelah berjuang, berkorban dan mendidikku demi masa
depan yang terbaik, kakakku, kedua adikku dan
seluruh keluarga besarku. Terima kasih atas
dukungan, semangat dan doa yang selama ini
diberikan untukku.
(6)
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA DINAS ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 11
(7)
vi
1. Bank Syariah ... 14
2. Pembiayaan Mudharabah ... 19
a. Pengertian ... 19
b. Landasan Syariah Mudharabah ... 20
c. Jenis-jenis Mudharabah ... 23
d. Skema Bagi Hasil ... 24
3. Bagi Hasil ... 25
4. Financing To Deposite (FDR) ... 30
5. Non Perfoming Financing (NPF) ... 31
6. Return On Asset (ROA) ... 32
C. Hipotesis ... 33
D. Model Penelitian ... 39
BAB III : METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian ... 41
B. Jenis Data ... 41
C. Populasi ... 41
D. Sampel ... 42
E. Teknik Pengambilan Sampel... 42
F. Metode Pengumpulan Data ... 42
G. Definisi Operasional Variabel ... 42
H. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data ... 50
(8)
vii
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 50
C. Uji Asumsi Klasik ... 52
D. Uji Hipotesis ... 56
E. Pembahasan ... 61
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
(9)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Bank UmumSyariahdan Unit Usaha Syariah..4
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif...50
Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnow...53
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi...54
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas...55
Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser...56
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis...57
Tabel 4.7 Hasil Uji F (Simultan)...59
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah...24
(11)
PENGESAI{AN
Judul Skripsi
PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, FINAN{:ING TO DEPOSITE RATIO (FDR), NON PERFAMING FINANCING (NPF) DAN RET{IRN ON ASSET (ROA) TERHADAP
PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH TAHLIN 2012-2015
Yang disiapkan dan disusun oleh:
Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 27 Agustus 2016 dan dinyatakan mcmenuhi syarat untuk diterima:
Sidang Dewan Munaqasyah Nama
NPM
Ketua Sidang Pembimbing Penguji
:Habibah
.20t20730159
: Rozikan S.E.I.,M.Si
:Erni Suryandari SE, M.Si : Miftakhul Khasanah S.TP, M.Sl
Yogyakarta 27 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam
ilt
)
..:--..)
tas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si
ffitIY#
4,\
t
o_
(12)
xiii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Bagi Hasil, FDR, NPF, ROA terhadap pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah dengan periode pengamatan selama 4 tahun, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan tiap bulannya. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan mengujikan asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial (uji t) variabel Tingkat Bagi Hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, variabel FDR dan ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dan pada variabel NPF berpengaruh Negatif terhadap pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Uji simultan (uji F) variabel Tingkat Bagi Hasil, FDR, NPF dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah.
Kata Kunci: Pembiayaan Mudharabah, Tingkat Bagi Hasil, FDR, NPF, dan ROA.
(13)
xiv ABSTRACT
This study aims to discover the effect of level revenue sharing, Financing To Deposite Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF), and Return On Asset (ROA) on financing of sharia banks and sharia business units with the observation period within four years old of 2012-2015. The data used are secondary data obtained from statistical reports of Islamic banking as published by Bank Indonesia and the Authority Financial services each month. This study uses multiple linear regression analysis examined the classical assumptions and hypothesis testing. The results showed that partially (t test) variable rate Sharing positive and significant impact on financing is the Islamic Banks and Sharia Business Unit, variable FDR and ROA does not affect the financing is in Islamic Banks and Sharia Business Unit, and the NPF variable negative effect on the financing is in Islamic Banks and Sharia Business Unit. Simultaneous test (F test) variable rate of Sharing, FDR, NPF and ROA significantly influence of financing on Islamic Banks and Islamic Unit.
Keywords : financing Mudharabah , Level Revunue Sharing , FDR , NPF , and ROA
(14)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bank Syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang
sesuai dengan prinsip syariah. Bank Syariah berbeda dengan bank
konvensional pada umumnya. Perbedaan utamanya yaitu terletak pada
landasan operasi yang digunakan. Bank konvensional beroperasi
berlandaskan bunga, sedangkan bank syariah beroperasi berlandaskan
sistem bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal ini didasarkan
pada keyakinan bahwa bunga mengandung unsur riba’ yang dilarang oleh agama Islam.
sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa lembaga keuangan
nonbank yang kegiatannya menerapkan sistem syariah untuk
mengakomodir kebutuhan masyarakat. Perkembangan lembaga keuangan
syariahdi Indonesia hingga tahun 1998 masih belum pesat, karena baru ada
satu Bank Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang
beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998 yang
memberikan landasan hukum lebih kuat untuk perbankan syariah
(15)
2
Melalui UU No. 23 tahun 1999, pemerintah memberikan
kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya
berdasarkan prinsip syariah. Kemudian Undang-Undang Perbankan
Syariah Nomor 21 Tahun 2008 menerangkan bahwa perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Indonesia
menyatakan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi.
Pada saat sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan Bank
Syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berdasarkan data statistik
perbankan syariah pada Januari 2015 diantaranya ada 12 Bank Umum
Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 164 BPRS, dengan
jumlah layanan kantor sebanyak 2.944 (Bank Indonesia, 2014). Hal
tersebut membuktikan adanya pertumbuhan dan perkembangan perbankan
syariah di Indonesia yang menjadi salah satu keberhasilan penerapan
syariah Islam dalam bermuamalah.
Peran perbankan syariah sebagai lembaga keuangan memiliki
fungsi yang sama dengan perbankan konvensional yaitu fungsi
(16)
3
yang kelebihan dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat yang kekurangan dana (Wulandari dan Kiswanto, 2013:
437-438).Menurut Karim (2004) produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah dibagi menjadi tiga besar, yaitu produk penyaluran dana
(financing), penghimpunan dana (funding) dan produk jasa (service).
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok dari bank, yaitu
memberikan fasilitas penyediaan dan untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan devisit unit. Saat ini sudah ada beberapa produk
pembiayaan yang telah diterapkan oleh bank syariah sesuai dengan akad
antara bank dengan nasabah. Ada 8 macam pembiayaan pada perbankan
syariah, yaitu akad wadiah, akad mudharabah, akad musyarakah, akad
murabahah, akad salam, akad istishna, akad ijarah, dan akad qardh.
Pembiayaan Mudharabah diharapkan bisa mendominasi pembiayaan yang
ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan lebih bisa
menggerakkan usaha yang bersifat produktif, sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain
itu apabila jumlah pembiayaan tinggi, hal ini akan menarik nasabah untuk
lebih berani dalam menginvestasikan dana yang dimiliki kedalam
pembiayaan mudharabah (Giannini,2013 :97).
Berikut ini merupakan komposisi pembiayaan yang diberikan bank
(17)
4 Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
(Miliar)
Akad 2012 2013 2014 2015
Akad Mudhrabah 12.023 13.625 14.354 14.906
Akad Musyarakah 27.667 39.874 49.387 54.033
Akad Murabahah 88.004 110.565 117.371 117.777
Akad Salam 0 0 0 0
Akad Istishna 376 582 633 687
Akad Ijarah 7.345 10.481 11.620 11.561
Akad Qardh 12.090 8.995 5.965 4.938
Total 147.505 184.122 199.330 203.894 Sumber data: Statistik Perbankan Syariah(2015)
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh
Bank umum Syariah dan Unit Usaha Syariah selalu mengalami
peningkatan untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2012 total pembiayaan
mencapai 147.505 miliar, dan terus meningkat hingga 2015 total
pembiayaan yang disalurkan mencapai 203.894 miliar. Dapat dilihat dari
ke tujuh pembiayaan yang dilakukan, pembiayaan yang paling
mendominasi adalah pembiayaan dengan akad murabahah yang mencapai
117.777 miliar rupiah pada tahun 2015. Sedangkan pembiayaan bagi hasil
dengan akad mudharabah dan musyarakah hanya tercatat sebesar 14.906
miliar dan 54.033 miliar pada tahun 2015, kemudian disusul dengan
pembiayaan Ijarah, Qardh dan Istishna. Berdasarkan data Otoritas Jasa
Keuangan diatas, pada saat ini bank syariah lebih banyak memberikan
pembiayaan pada akad murabahah (jual beli) yang sebenarnya bukan
merupakan tujuan layanan perbankan, yaitu untuk mengupayakan
terciptanya distribusi pendapatan dalam masyarakat. Sementara itu,
(18)
5
tujuan layanan perbankan syariah yang sesungguhnya, jumlahnya justru
masih sedikit, jika dibandingkan dengan pembiayaan akad murabahah.
Masalah masih rendahnya tingkat bagi hasil atau dominasi
pembiayaan non bagi hasil terutama murabahah pada fortofolio
pembiayaan bank syariah ternyata merupakan fenomena global, tidak
terkecuali di Indonesia. Fenomena ini disebabkan karena pembiayaan
berbasis bagi hasil cenderung memiliki resiko lebih besar jika
dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Walaupun prinsip bagi hasil
menjadi ciri khas bank syariah, namun resiko yang dihadapi cukup besar
yaitu resiko terjadinya moral hazard dan biaya transaksi tinggi. Masih
relatif kecilnya jumlah porsi pembiayaan bagi hasil yang disalurkan
menunjukkan bahwa perbankan syariah belum mencerminkan core
bussines sesungguhnya.Padahal pembiayaan berbasis bagi hasil inilah
yang sangat berpotensi dalam menggerakkan sektor rill (Andreany,
2013:5).
Untuk mencari solusi atas masalah masih relatif rendahnya volume
pembiayaan berbasis bagi hasil, perlu dikaji faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah pembiayaan tersebut sehingga dapat di optimalkan
guna mendorong peningkatan porsi pembiayaan berbasis bagi hasil.
Pembiayaan mudharabah penting dilakukan dalam bank syariah
karena keunggulan perbankan syariah justru terletak pada produk
mudharabah yang dikenal sebagai quasi equity financing yang dapat
(19)
6
pembiayaan mudharabah terdapat beberapa manfaat diantaranya bank
akan menikmati keuntungan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah
meningkat, bank juga tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/
hasil usaha bank sehingga tidak akan pernah mengalami negative spread,
Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan (Antonio, 2001).
Menurut Giannini (2013), berdasarkan fakta dilapangan
pembiayaan mudharabah selalu lebih kecil apabila dibandingkan dengan
jumlah pembiayaan murabahah yang merupakan pembiayaan dengan
prinsip jual beli. Pembiayaan mudharabah pada tahun 2015 hanya
mendapatkan jumlah sekitar 14.906 miliar rupiah, sedangkan untuk
pembiayaan murabahah adalah sekitar 117.777 miliar rupiah. Hal ini
terjadi karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andreany (2011)
menyimpulkan bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh positif signifikan
terhadap pembiayaan bagi hasil. Selanjutnya penelitian Nuryani (2015)
dan Giannini (2013) menyimpulkan bahwa bagi hasil berpengaruh positif
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.
Penelitian yang dilakukan oleh Hertianto (2013) dan Hapsari
(20)
7
berpengaruh positif signifikan terhadap Volume Pembiayaan
Mudharabah. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Anindita (2011)
menyimpulkan bahwa FDR berpengaruh negative terhadap penyaluran
kredit di UMKM. Sedangkan penelitian Giannini (2013) memberikan hasil
bahwa FDR tidak bepengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.
Penelitian tentang Non Performing Financing (NPF) dalam
penelitian Hertianto (2013) dan Faikoh (2008) menyatakan bahwa variable
NPF memberikan pengaruh negative yang signifikan terhadap pembiayaan
mudharabah. Sedangkan penelitian Giannini (2013) menyatakan bahwa
Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pembiayaan mudharabah. Selain itu, penelitian Pratin dan Adnan
(2005) juga memberikan hasil bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan.
Berbagai kecenderungan beberapa konsep dan hasil penelitian
mengindentifikasi perkembangan bank syariah serta hasil penelitian
terdahulu memiliki hasil berbeda-beda yang tentangpembiayaan
mudharabah, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian
pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan
mengambil beberapa faktor yang terdapat pada penelitian sebelumnya
yang berpengaruh terhadap pembiayaan yaitu Tingkat Bagi Hasil, FDR
(Financing To Deposite Ratio), NPF (Non Performing Financing), ROA
(Return On Asset). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
(21)
8
Hasil,Financing To Deposite Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF), danReturn On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Perbankan Syariah Tahun 2012-2015”. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian Giannini (2013) yang berjudul
faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah pada bank
umum syariah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu periode sampel dari penelitian ini yaitu tahun 2012 – 2015, serta menambah obyek penelitian ini menjadi BUS dan UUS yang ada di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Tingkat Bagi Hasil berpengaruhterhadap pembiayaan
mudharabah?
2. Apakah FDR (Financing To Deposite Ratio) berpengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah?
3. Apakah NPF (Non Perfoming Financing) berpengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah?
4. apakah ROA (Return On Asset) berpengaruhterhadap pembiayaan
mudharabah?
5. Apakah Tingkat Bagi Hasil, FDR, NPF, dan ROA secara simultan
(22)
9 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengujitingkat bagi hasil berpengaruh terhadap tingkat
pembiayaan mudharabah.
2. Untuk mengujiFDR (Financing To Deposite Ratio) berpengaruh
terhadap tingkat pembiayaan mudharabah.
3. Untuk menguji NPF (Non Perfoming Financing) berpengaruh terhadap
tingkat pembiayaan mudharabah.
4. Untuk menguji ROA (Return On Asset) berpengaruh terhadap tingkat
pembiayaan mudharabah.
5. Untuk menguji Tingkat Bagi Hasil, FDR, NPF dan ROA berpengaruh
secara simultan terhadap tingkat pembiayaan mudharabah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak
yang berkepentingan yaitu:
1. Bidang Teoritis
Penelitian ini berguna untuk menambah dan memperluas ilmu
pengetahuan mengenaiPengaruh Tingkat Bagi Hasil, FDR (Financing
To Deposite Ratio), NPF (Non Perfoming Financing) dan ROA
(Return On Asset) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Perbankan
Syariah.
(23)
10
a. Bagi Praktisi: Sebagai sumbangan saran, pemikiran dan informasi
untuk perbankan syariah agar dapat meraih pangsa pasar nasabah
yang lebih luas.
b. Bagi Akademik: Sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun
mahasiswa, dan upaya dalam memberikan informasi, pengetahuan
dan sebagai proses pembelajaran mengenai Pengaruh Tingkat Bagi
Hasil, FDR (Financing To Deposite Ratio),NPF (Non Perfoming
Financing) dan ROA (Return On Asset) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
c. Bagi peneliti selanjutnya: Hasil penelitian diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan untuk menambah
pengetahuan khususnya bagi pihak-pihak yang terkait pada masalah
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
penelitian ini, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dan tidak terjadi
penelitian ulang dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, maka penulis mempertegas perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang berkaitan antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013) mengenai “ Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia “. Pengambilan sampel yang digunakan sebanyak 6 Bank
Umum Syariah, data yang digunakan adalah data tahun 2010-2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa FDR, NPF, ROA,CAR dan
Tingkat Bagi Hasil secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah. Untuk hasil secara parsial, variabel FDR berpengaruh
negatifterhadap pembiayaan mudharabah. Variabel NPF tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah, sedangkan variabel
ROA, CAR dan Tingkat Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap
pembiayaan mudharabah. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Giannini adalah penyusun tidak
(25)
juga menambhkan objek penelitian yaitu Unit Usaha Syariah yang tidak
digunakan dalam penelitian Giannini.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nuryani (2015) mengenai “ Fakto-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan
Syariah (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah) “. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 10 Bank Umum Syariah yang
terdaftar di Bank Indonesia. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa Tingkat Bagi Hasil dan FDR secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Untuk hasil
secara parsial, varaiabel tingkat bagi hasil berpengaruh positif signifikan
terhadap pembiayaan mudharabah, sedangkan untuk variabel FDR hasil
penelitian menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan mudharabah. Adapun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryani adalah penyusun
menggunakan variable NPF dan ROA sebagai variable independen dan
menambahkan objek penelitian yaitu Unit Usaha Syariah yang tidak
digunakan dalam penelitian Nuryani.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2009) mengenai “Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go
Public di Indonesia”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data pooling, yang merupakan kombinasi antara data cross section dan
data time series yang diambil dari laporan tahunan 22 bank yang go
(26)
2005- 2007.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dana
pihak ketiga dan Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume kredit, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit, Non performing
loan (NPL) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume
kredit. Adapun perbedaan penelitian penyusun dengan penelitian ini
adalah penyusun menggunakan variabel Tingkat Bagi Hasil, FDR, dan
NPF sebagai variabel independen yang tidak digunakan dalam penelitian
ini. Selain itu variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hertianto (2013) mengenai “ Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Volume Pembiayaan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Empiris Pada Bank Umum
Syariah Periode Tahun 2010-2012)”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia (BI) periode 2010-2012. Pengambilan sampel yang digunakan
sebanyak 11 bank umum syariah. Hasil pengujian hipotesis menyatakan
bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap volume pembiayaan
mudharabah. Besarnya nilai CAR pada bank umum syariah berpengaruh
positif terhadap volume pembiayaan mudharabah yang diberikan.hal ini
senada dengan variabel ketiga menyatakan bahwa FDR berpengaruh
positif terhadap volume pembiayaan mudharabah. Sedangkan nilai biaya
(27)
umum syariah akan berpengaruh negatif terhadap volume pembiayaan
mudharabah. Variabel terakhir menyatakan bahwa ROA tidak memiliki
pengaruh terhadap volume pembiayaan mudharabah. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang penyusun lakukan, punyusun
menggunakan variabel tingkat bagi hasil sebagai variabel independen
dan menambah objek penelitian yaitu Unit Usaha Syariah.
B. Kerangka Teori 1. Bank Syariah
Bank Islam atau Bank Syariah adalah lembaga atau perbankan
yang operassional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
Alquran dan Hadis Nabi SAW. atau dengan kata lain Bank Syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat islam (Muhammad, 2002: 13).
Menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah, yang dimaksud bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Menurut jenisnya,
bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah Dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya
mengacu pada hukum islam, dimana imbalan yang dilakukan dan yang
diterima menggunakan sistem bagi hasil yang telah disepakati oleh
(28)
Bank Syariah menurut UU. No 21 Tahun 2008 dibagi menjadi 3
yaitu:
a. Bank Umum Syariah (BUS) : Bank Umum Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
b. Unit Usaha Syariah (UUS) : Unit usaha syariah merupakan unit usaha yang masih di bawah pengelolaan bank konvensional. Unit
usaha syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
(Islam), atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah. Contoh dari Unit
Usaha Syariah yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah
Mandiri dan lain sebagainya.
c. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) : adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Menurut Antonio (2001), perbankan syariah memiliki tujuan yang
(29)
dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal,
menyimpan dan membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya.
Prinsip hukum Islam melarang unsur-unsur dibawah ini dalam
transaksi-transaksi perbankan seperti:
a. Perniagaan atas barang-barang yang haram. b. Bunga (riba).
c. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (maisir).
d. Ketidakjelasan dan manipulatif (gharar). Prinsip-Prinsip Pembiayaan Bank Syariah:
a. Prinsip Mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil). Bank memberi 100 persen modal dan nasabah memberikan
keahliannya, laba dibagi menurut rasio nisbah yang disetujui.
b. Prinsip Murabahah (Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan).Nasabah membeli suatu komoditi menurut rincian
tertentu, bank mengirimkan kepada nasabah imbalan harga tertentu
berdasarkan persetujuan awal kedua belah pihak.
c. Prinsip Musyarakah (Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal).Bank dan nasabah menjadi mitra usaha dengan
masing-masing menyumbang modal dan menyepakati rasio laba dimuka
untuk waktu tertentu.
d. Prinsip Ijarah. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan.
(30)
e. Prinsip Ijarahwa iqtina. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barangyang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain.
Fungsi Bank Syariah diantaranya yaitu:
a. Menghimpun Dana Masyarakat
Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad
al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad
al-mudharabah. Al-wadiah adalah akad antara pihak pertama
(masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama
menitipkan dananya kepada bank dan pihak kedua, bank merima
titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam
transaksi yang diperbolehkan dalam islam. Al-mudharabah
merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana
kemudian menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana
dapat memanfaatkan dana yang investasikan dengan tujuan tertentu
yang diperbolehkan dalam syariat Islam.
b. Sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakat
Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan
menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli
dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad jual beli,
maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah
(31)
selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada
nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi
hasil.
c. Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, bank syariah memberikan
pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank
syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis produk
pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain
jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat
berharga dan lain sebagainya.
Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan
oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang
berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha
untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan
pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat
memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat.
Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan
keakuratannya. Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi
(32)
pelayanan jasa tersebut, maka bank syariah mendapat imbalan
berupa fee yang disebut fee based income(Ismail, 2011:42-43).
2. Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian
Pembiayaan mudharabah adalah akad antara pihak bank
sebagai sahibul mal dan nasabah sebagai mudharib untuk
melaksanakan kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan
modal 100% dan nasabah bertindak sebagai pengelolenya. Apabila
dalam usaha mengalami keuntungan maka keuntungan dibagi
sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati. Dan apabila
terjadi kerugian dalam pengelolaan usaha maka kerugian hanya
ditanggung oleh pemilik dana selama kerugian bukan disebabkan
karena unsur kesengajaan dan kelalaian dari pengelola (Antonio,
2012: 95).
Pembiayaan berdasarkan akad mudharabah sebagai salah satu
produk penyaluuran dana mendapatkan dasar hukum dari PBI No.
9/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan
jasa bank syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No.
10/16/PBI/2008. Dalam pasal 3 PBI menyebutkan antaralain
pemenuhan prinsip syariah sebagaimana, dengan dilakukan melalui
(33)
mempergunakan antara lain akad Mudharabah, Musyarakah,
Salam, Istishna, Ijarah Mutahiyya Bittamlik dan Qordh (Anshori,
2009: 132).
b. Landasan Syariah Mudharabah
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat Al-Qur’an berikut ini (Antonio,2001: 95)
لآ ْضف ْ وغ ْ ْرأآ ف وبرْض ورخاءو... ا
...
“...Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...” (Q.S Al-Muzzammil ayat 20).
Yang menjadi wajhud-dilalah atau argumen dari surah
Al-Muzammil ayat 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar
kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.
آو ْرأآ فْاورش ف و َ آ ضقا إف ....لآ ْضف ْاوغ ْب
“Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kmu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT... “ (Al-Jum’ah ayat 10).
ْ ِبَر ِ اْضفْاوغ ْ حا خ ْ ْ ع سْ ج
...
“ Tidak ada dosa (halangan) bagi kmu untuk mencari karunia (rizki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu....”(Q.S Al-Baqarah ayat 98).
Surah Al-Jumu’ah ayat 10 dan Al-Baqarah ayat 98 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.
Ayat diatas sebenarnya sama sekali tidak membicarakan teknis
(34)
berbicara kemahatuhanan Allah SWT terhadap orang-orang yang
menjalankan kebajikan dan mencari rizki Allah di muka bumi.
Penyandaran dalil diatas menjadi keniscayaan jika dilihat dari keumuman
ayat bukan dari kekhususan ayat tentang teknis pelaksanaan mudharabah
(Afandi, 2009: 103).
Rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yang dimuat
dalam fatwa DSN no. 7 tentang mudharabah yaitu:
1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak..
c. Akad dituangkan secara tertulis melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia
dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai
berikut:
(35)
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal.Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya untuk satu pihak.
b.Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk
persentase (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan
nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah,
dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali
diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan
(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus
(36)
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
c. Jenis-Jenis Mudharabah
Secaraumum mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah (Antonio, 2012:
97).
a. Mudharabah muthlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara sahibul
maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam
pembahasan fiqh ulama salafus saleh sering kali mencontohkan
dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu) dari sahibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar.
(37)
MODAL 100% TENAGA
BAGI HASIL
Mudharabah muqayyadah adalah balikan dari mudharabah
mutlaqahdimana, mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,
waktu dan tempat usaha.
d. Skema transaksi mudharabah
perjanjian kerja sama
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah
Sumber : Ismail, 2011: 85
Sahibul maal BANK
Mudharib NASABAH
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN PENDAPATAN
(38)
Dari skema transaksi pembiayaan mudharabah diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Sahibul maal dan mudharib melaksanakan kerja sama usaha. Bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase nisbah yang telah
diperjanjikan antara sahibul maal dan mudharib.
2. Sahibul maal menyerahkan modal 100 persen dan Mudharib,
sebagai pengusaha atas dasar keahliannya, akan mengelola dana
investasi dalam sebuah proyek atau dalam sebuah usaha riil.
3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank sebagai
pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat
kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti
penyelewengan , kecurangan, dan penyalah gunaan dana.
4. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pengerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/ usaha nasabah.
3. Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan
profit sharing. Prinsip bagi hasil (profit Sharing) merupakan
karakteristik umum dan berlandaskan dasar bagi operasional bank
Islam secara keseluruhan. Pada mekanisme bank syariah, pendapatan
bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik
penyertaan menyeluruh maupun sebagian, atau bentuk bisnis
(39)
secara proporsional antara shohibul maal dengan mudharib.
Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib
sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara
eksplisit disebutkan dalam perjanjian diawal. (Muhammad, 2011:
107-108).
Instrumen dasar yang digunakan pada perbankan syariah adalah
bagi hasil sedangkan dalam perbankan konvensional instrumen yang
digunakan adalah bunga. Keduanya memiliki dasar filosofis dan
mekanisme yang berbeda namum memiliki fungsi yang sama yaitu
sebagai return atas dana yang dipinjamkan kepada pihak pengelola
dana atau sebagai kompensasi dari hasil investasi yang telah dilakukan.
Semakin besar jumlah simpanan yang dimiliki maka akan berdampak
pada jumlah return yang akan diterima baik itu berupa bagi hasil atau
bunga. ( Karim, 2006: 291-292).
Salah satu yang perlu diperhatikan oleh bank syariah untuk bisa
berjaya (survive) adalah kondisi tingkat bagi hasil. Dengan tingkat bagi
hasil yang tinggi pada bank syariah akan memberikan rangsangan
terhadap masyarakat untuk menempatkan dananya pada bank syariah.
Besar kecilnya bagi hasil dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak
langsung.
(40)
1) Investmen rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan.
3) Nisbah ( profit sharing ratio )
a) Salah satu ciri al mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
b) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnnya dapat berbeda.
c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan.
d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan
account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh
temponya.
b. Faktor tidak langsung
Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil
adalah:
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah.
2) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
(41)
3) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut
revenue sharing.
c. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi).
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan
pendapatan dan biaya. (Muhammad, 2011:112 -113).
d. Adapun perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem bunga yaitu: 1) Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung, sedangkan bagi hasil penentuan besanya rasio
atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2) Besanya persentase bunga berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, sedangkan besarnya rasio bagi
hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
3) Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi, sedangkan bagi hasil bergantung
pada keuntungan proyek yang dijalankan, bila usaha merugi,
kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
4) Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”,
sedangkan pada sistem bagi hasil jumlah pembagian laba
(42)
5) Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam, sedangkan sistem bagi hasil tidak ada
yang meragukan keabsahannya. (Antonio, 2001:61).
Sistem bagi hasil dengan ajaran Al-Qur’an yaitu bahwa keuntungan tidak akan diketahui, apakah rugi atau untung. Hal ini
dimaksudkan agar terdapat rasa keadilan antara kedua belah pihak,
seperti pada ayat Al-Qur’an surat Luqman ayat 34 yaitu:
ا سْف ْ رْ ا و احْراْا ف ا ْع و ثْ غ ْا ِز و ع اس ا ْ ع ْ ع ََا َ ا بسْ ا
(ر خ ْ ع َ َ ا ْو ْرا ِ اب،سْف ْ رْ ا و ا غ ٣٤
.)
Artinya :
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Luqman ayat 34) (Pentashih : 2007).
Maksud ayat diatas menerangkan bahwa, pelaksanaan bagi hasil
yang berlaku sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini dijelaskan
bahwa setiap usaha yang dilakukan hari ini dan besok, tidak diketahui
oleh manusia kecuali dengan kuasa Allah SWT. Jadi, suatu hasil dari
usaha yang bank syariah dapatkan hari ini, tidak selalu sama dengan
(43)
syariah tidak boleh memastikan hasil usaha yang akan dibagi hasilkan
kepada nasabahnya.
Disini menjelaskan bahwa suatu usaha akan terjadi kemungkinan
untung rugi tergantung kepada kepandaian pengelola dana, kondisi dan
situasi pasarpun ikut menentukan hasil yang didapatkan. Hubungan
yang terjadi adalah apabila tingkat bagi hasil yang diberikan mengalami
kenaikan maka besarnya pembiayaan mudharabah juga akan meningkat
dan sebaliknya jika bagi hasil yang diberikan menurun maka besarnya
pembiayaan mudharabah menurun (Musonif, 2009:22-23).
4. FDR ( Financing To Deposite Ratio )
Menurut Dendawijaya (2009), FDR merupakan perbandingan
antara jumlah pembiayaan yang diberikan terhadap jumlah dana pihak
ketiga yang dihimpun dari masyarakat. FDR merupakan indikator
pemberian kredit kepada nasabah yang dapat mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan
kredit. Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi rendahnya
likuiditas bank, karena dana bank lebih banyak digunakan untuk
memberikan pembiayaan daripada diinvestasikan dalam bentuk kas
sehingga diharapkan dengan pembiayaan yang tinggi keuntungan yang
diperoleh juga tinggi.
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang
(44)
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang
diberikan oleh bank terhadap DPK (Dana Pihak Ketiga). Semakin
tinggi FDR (Financing to Deposit Ratio) maka semakin tinggi pula
dana yang disalurkan oleh bank (Suryani, 2011).
Pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank baik yang
besar maupun yang kecil bukanlah karena kerugian yang dideritanya,
melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan
likuiditasnya. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan
transaksi bisnisnya sehari-hari dalam mengatasi kebutuhan dana yang
mendesak, memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan
memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang
menarik dan menguntungkan. Likuiditas yang tersedia harus cukup
dan tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan
operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena
akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat
profitabilitas (Suryani, 2011). Apabila profitabilitas bank rendah maka
pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank syariah juga akan
menurun.
5. NPF ( Non Perfoming Financing )
NPF (Non Performing Financing) adalah suatu keadaan dimana
(45)
seluruh kewajibannya kepada bank sesuai dengan kesepakatan awal
(Kuncoro, 2002).Jika tidak ditangani dengan baik, maka pembiayaan
bermasalah dapat menjadi sumber kerugian bagi bank. Oleh karena itu,
pembiayaan bermasalah perlu penanganan yang sistematis dan
berkelanjutan. Menurut Mahmoeddin (2004), NPF (Non Performing
Financing) sangat berpengaruh terhadap pengendalian biaya dan
sekaligus berpengaruh terhadap kebijakan pembiayaan yang akan
dilakukan oleh bank itu sendiri. NPF (Non Performing Financing)
dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan, terlebih lagi
jika NPF pada bank dalam jumlah besar.
Semakin tinggi NPF (Non Performing Financing) maka kualitas
aktiva produktif bank juga akan semakin buruk yang akan
mempengaruhi biaya dan permodalan bank tersebut karena NPF yang
tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban dan harus
mengeluarkan biaya untuk memenuhi PPAP (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif) yang terbentuk. Apabila ini terus-menerus terjadi
maka modal bank akan tersedot untuk PPAP sehingga akan
menurunkan profitabilitas dari bank itu sendiri. Salah satu implikasi
lain bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya pembiayaan
bermasalah adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh income
(pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan sehingga mengurangi
perolehan laba dan akan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.
(46)
lebih berhati-hati dalam melakukan pembiayaan, yaitu dilakukan
dengan penyaringan dari setiap pembiayaan yang akan
didanai/dibiayai.
6. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba pada waktu tertentu dan kemudian
dapat diproyeksikan ke masa yang akan dantang untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode yang
akan datang. ROA merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memenfaatkan aktiva yang
dimilikinya.Selain itu, ROA adalah rasio yang menunjukkan hubungan
antara tingkat keuntungan yang dihasilkan manajemen atas dana yang
ditanam baik oleh pemegang saham, maupun kreditur. Rasio ini
menggambarkan kemempuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan
laba. Semakin besar nilai ROA maka semakun baik dan nilai
minimalnya adalah 5,5% (Haryono, 2009:185).
Bank Indonesia biasanya tidak memberlakukan ketentuan yang
ketat terhadap rasio ini. Sepanjang kecenderungan untuk mengalami
kerugian pada masa yang akan datang, bagi bank sentral hal tersebut
cukup dapat dipahami (Umam, 2013:257).
C. Hipotesis
(47)
Tingkat bagi hasil adalah rata-rata tingkat imbalan atas pembiayaan
mudharabah. Tingkat bagi hasil menjadi faktor penting karena jenis
pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu mudharabah dan musyarakah ini
bersifat Natural Uncertainty Contract (NUC) yang cenderung
memiliki tingkat resiko yang tinggi dibandingkan dengan jenis
pembiayaan lainnya karena return yang di peroleh bank tidak pasti.
Bagi hasil yang diterima oleh bank ditentukan oleh seberapa besar
tingkat keuntungan pembiayaan mudharabah. Oleh karena itu,
besarnya bagi hasil yang diterima oleh bank sangat mempengaruhi
besarnya pembiayaan mudharabah.
Penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013) menunjukkan
bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan
mudharabah. Penelitian yang dilakukan oleh Nuryani (2015)
menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh positif signifikan
terhadap pembiayaan mudharabah. Artinya, semakin tinggi tingkat
bagi hasil maka semakin tinggi pula pembiayaan mudharabah,
sebaliknya apa bila tingkat bagi hasil yang diberikan bank rendah
maka semakin rendah pula pembiayaan mudharabah yang dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis 1
sebagai berikut:
H1 : Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan
(48)
Tingkat bagi hasil berpengaruh positif karena semakin tinggi
pembiayaan mudharabah yang dilakukan maka semakin besar tingkat
bagi hasil yang diperoleh oleh bank dan secara otomatis bank juga
memperoleh banyak keuntungan yang didapat dari pembiayaaan yang
dilakukan.
2. Pengaruh FDR (Financing To Deposite Ratio) terhadap Pembiayaan Mudharabah
Financing To Deposite Ratio (FDR) adalah rasio yang mengukur
kemampuan pembiayaan yang telah disalurkan guna membayar semua
dana masyarakat serta modal sendiri (Gianinni, 2013:98). Financing
To Deposite Ratio (FDR) mewakili aspek likuiditas. Semakin tinggi
Financing To Deposite Ratio maka kemampuan pembiayaan yang
telah disalurkan oleh perbankan syariah juga semakin tinggi guna
membayar kewajiban jangka pendeknya seperti membayar kembali
pencairan dana deposan dari kreditur, bagi hasil yang seharusnya
diberikan dan memenuhi permintaan pembiayaan oleh debitur
(Muhammad, 2005).
Bank Indonesia menetapkan angka yang paling aman untuk nilai
Financing To Deposite Ratio adalah berada pada kisaran 78% hingga
100%. Selama rasio FDR perbankan syariah belum memenuhi angka
yang ditetapkan oleh BI, maka jumlah penyaluran pembiayaan
(49)
rasio FDR perbankan syariah sudah terlalu besar, maka perbankan
syariah akan berusaha untuk menurunkan nilai FDR yang di ikuti
dengan menurunnya jumlah penyaluran pembiayaan mudharabah yang
dilakukannya (Hertianto,2013: 37). Oleh karena itu, apabilaFinancing
To Deposite Ratio ingin ditingkatkan sesuai anjuran Bank Indonesia
maka jumlah pembiayaan mudharabah yang disalurkan perbankan
syariah akan mampu meningkat, namun apabila Ratio FDR ingin
diturunkan maka hal tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah
pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh bank.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hertianto (2013) menyatakan
bahwa FDR berpengaruh positif terhadap volume pembiayaan
mudharabah. Penelitian Hapsari (2008) menyimpulkan bahwa
Financing To Deposite Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan
terhadap Volume Pembiayaan Mudharabah.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis 2
sebagai berikut:
H2 : FDR berpengaruhpositif terhadap pembiayaan mudharabah.
Financing to Deposite Ratio dikatakan berpengaruh positif
karena Semakin tinggi Financing To Deposite Ratio maka kemampuan
pembiayaan yang telah disalurkan oleh perbankan syariah juga
semakin tinggi guna membayar kewajiban jangka pendeknya seperti
(50)
3. Pengaruh NPF (Non Perfoming Financing) terhadap pembiayaan mudharabah.
NPF (Non Performing Financing) adalah suatu keadaan dimana
nasabah sudah tidak mampu lagi untuk membayar sebagian atau
seluruh kewajibannya kepada bank sesuai dengan kesepakatan awal
(Kuncoro, 2002). Jika tidak ditangani dengan baik, maka pembiayaan
bermasalah dapat menjadi sumber kerugian bagi bank. Oleh karena itu,
pembiayaan bermasalah perlu penanganan yang sistematis dan
berkelanjutan. Menurut Mahmoeddin (2004), NPF (Non Performing
Financing) sangat berpengaruh terhadap pengendalian biaya dan
sekaligus berpengaruh terhadap kebijakan pembiayaan yang akan
dilakukan oleh bank itu sendiri. NPF (Non Performing Financing)
dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan, terlebih lagi
jika NPF pada bank dalam jumlah besar.
Non Perfoming Finance (NPF) merupakan pembiayaan yang buruk
yaitu pembiayaan yang tidak tertagih.Besarnya NPF mencerminkan
tingkat pengendalian biaya dan kebijakan pembiayaan yang dilakukan
oleh bank.
Apabila NPF tidak bisa ditangani oleh bank, maka kesempatan
bank untuk mendapatkan pendapatan dari pembiayaan akan hilang,
sehingga akan mengurangi laba dan akan mengurangi kemampuan
(51)
Semakin tinggi NPF yang dimiliki bank, maka semakin menurun
pembiayaan yang dapat disalurkan. NPF yang tinggi menyebabkan
bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar
sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pembiayaan semakin
berkurang. Sebaliknya semakin rendah NPF yang dimiliki bank, maka
semakin meningkat pembiayaan yang disalurkan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013) menunjukkan
bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.Hasil
penelitian Faikoh (2008) menyebutkan bahwa NPF berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.Hal ini karena Semakin
tinggi NPF yang dimiliki bank, maka semakin menurun pembiayaan
yang dapat disalurkan.Oleh karena itu, Non Performing Financing
(NPF)dapat mempengaruhi pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu
mudharabah.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menetapkan
hipotesis 3 sebagai berikut:
H3 : NPF berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah.
Non Performing Financing dikatakan berpengaruh negatif karena
semakin tinggi NPF yang di miliki oleh bank, maka pembiayaan yang
akan disetuji oleh bank/kualitas banknya sangat berhati-hati dalam
melakukan pembiayaan yang disalurkannya.
4. Pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap pembiayaan mudharabah.
(52)
ROA merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika tingkat ROA
suatu bank besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
diperoleh oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi pengamatan asset.
Semakin tinggi tingkat ROA maka akan menyebabkan pembiayaan
bank semakin meningkat hal ini disebabkan karena semakin besar
upaya manajemen dalam menginvestasikan keuntungannya tersebut
dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan, terutama dengan
penyaluran pembiayaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013) menunjukkan
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap pembiayaan
mudharabah.Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2009)
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap
volume kredit.Hal ini dikarenakan tingkat ROA yang semakin besar
maka semakin banyak pula keuntungan yang diperoleh bank.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mnetapkan hipotesis 4
sebagai berikut:
H4 : ROA berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah.
Return On Asset (ROA) dikatakan berpengaruh positif karena
semakin besar pembiayaan mudharabah yang dapat disalurkan, maka
semakin banyak pula keuntungan yang diperoleh bank dari
(53)
+
+
-
+
D. Model Penelitian
Berdasarkan landasan teoritis dan penelitian terdahulu, maka
kerangka penelitian ini adalah pembiayaan mudharabah sebagai variabel
dependen, serta Tingkat Bagi Hasil, FDR, NPF dan ROA sebagai variabel
independen.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Model Penelitian
Tingkat Bagi Hasil (X1)
FDR (Financing To Deposite Rasio)(X2)
Pembiayaan Mudharabah NPF (Non
Perfoming Financing)(X3)
Return On Asset (ROA) (X4)
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah perbankan syariah yang
tergolong didalamnya adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS). Sedangkan subjeknya adalah berupa laporan keuangan
tahunan BUS dan UUS yang di publikasikan oleh masing-masing website
pada tahun 2012-2015.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
(dimana sumber data diperoleh penelitian tidak langsung) serta merupakan
data kuantitatif (angka yang disajikan dalam laporan keuangan yang
digunakan untuk menghitung nilai variabel-variabel terkait dalam
penelitian ini). Data sekunder berasal dari website resmi bank umum
syariah dan unit usaha syariah pada tahun 2012-2015.
C. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (sugiyono, 2007: 115). Populasi dalam penelitian ini
(55)
D. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, atau sebagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya
(sugiyono, 2007: 116). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan kriteria sampel
laporan bulanan dari bulan januari tahun 2012 hingga bulan januari 2015.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan oleh peneliti
adalah purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu atau seleksi khusus.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
dokumentasi, ysitu metode penelitian dengan mengumpulkan data
sekunder berupa laporan keuangan bank umum syariah dan unit usaha
syariah yang diperoleh dari pencarian di internet tentang perkembangan
bank umum syariah dan unit usaha syariah serta data-data yang
dipublikasikan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
(56)
variabel ini adalah karena pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
merupakan suatu ciri utama bank syariah yang menjadi pembeda
dengan bank konvensional, alasan lainnya yaitu karena masih
rendahnya pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan oleh bank.
Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan/penanaman
modal dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai
syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan
untuk modal usaha seluruhnya berasal dari pihak pemilik modal
(shahibul maal) (Gianniini, 2013: 98).
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi Tingkat Bagi
Hasil, Financing To Deposite Ratio, Non Perfoming Financing dan
Return On Asset.
a. Tingkat bagi hasil
Tingkat bagi hasil (equivalen rate) adalah rata-rata tingkat
imbalan atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah bagi bank
syariah pada saat tertentu (Andraeny, 2011). Dinyatakan dalam
bentuk persentase dengan skala rasio. Pengukuran dari variabel ini
adalah
Ting.Bagi Hasil =
(57)
FDR (Financing to Deposite Ratio) adalah rasio antara total
pembiayaan yang disalurkan dengan total dana pihak ketiga yang
diterima oleh bank. Dengan kata lain FDR merupakan suatu
indikator untuk mengukur atau membandingkan dua komponen
neraca, yaitu financing (pembiayaan) disisi aktiva dan deposit
disisi pasiva (Dendawijaya, 2009). Rasio ini dapat di ukur dengan:
FDR = jumlah pembiayaan yang disalurkan x 100%
Total dana pihak ketiga
c. NPF ( Non Perfoming Financing)
NPF (Non Perfoming Financing) adalah rasio yang
menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total
pembiayaan yang diberikan oleh bank (Giannini, 2013:98). Non
Perfoming Financing (NPF) di ukur dengan:
NPF = jumlah pembiayaan bermasalah x 100%
Total pembiayaan
d. ROA (Return On Asset)
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada waktu tertentu
dan kemudian dapat diproyeksikan ke masa yang akan datang
untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
pada periode yang akan datang. Dalam sistem CAMEL laba yang
diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
ROA =
(58)
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan setelah data tersebut diperoleh dari
penelitian, melalui kegiatan ini diharapkan dapat diambil kesimpulan dan
pemecahan terhadap maslah yang diteliti. Untuk penelitian ini metode
yang digunakan adalah:
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,maksimum,
minimum.
2. Asumsi Klasik
Asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji multikolineritas, uji
heteroskedasitas, uji autokorelasi dan uji normalitas.
a. Uji Multikoliniearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel independen yang
satu dengan variabel independen yang lainnya. Pada model regresi
yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antara variabel
independen (Ghozali, 2006: 105). Untuk mendeteksi adanya
multikoleanieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor) :
1) Mempunyai nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka ada gejala multikolienaritas.
(59)
2) Mempunyai nilai tolerance >0,10 dan VIF< 10, maka tidak ada gejala multikolinearitas (Ghozali, 2006: 108).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Jika DW terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Untuk menentukan autokorelasi dengan
menggunakan Durbin-watson. Penarikan kesimpulan apakah
terjadi autokorelasi atau tidak adalah sebagai berikut:
1) Jika D-Whitung< d1 maka terjadi autokorelasi positif.
2) Jika d1< D-Whitung maka tidak dapat disimpulkan adanya
autokorelasi positif.
3) Jika du ≤ DWhitung≤ 4-du maka tidak terjadi autokorelasi.
4) Jika 4-du < DWhitung< 4-d1 maka tidak dapat disimpulkan
adanya autokorelasi positif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak
konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi
meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
(60)
Heteroskedastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai
yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut.
Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji glejser. Apabila nilai sig > α 0,05 maka model
regresi tidak mengalami heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 139).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi residual mempunyai distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2006: 160). Data yang baik adalah data yang
berdistribusi normal karena uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk
menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak maka akan di
lakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik
kolmogorov-smirnov (KS) jika nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05
maka data berdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini, analisa dilakukan dengan analilis regresi.
Analisis regresi digunakan apabila terdapat asumsi bahwa terjadi
hubungan linier antara variabel dependen dengan variabel-variabel
penjelasnya. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui
keakuratan hubungan antara variabel independen terhadap satu
variabel dependen dengan persamaan regresinya yaitu sebagai berikut:
(61)
Dimana :
Y : Pembiayaan Mudharabah
α : Konstanta
β1 : Koefisien tingkat bagi hasil
β2 : Koefisien FDR (Financing to Deposite Ratio)
β3 : Koefisien NPF (Non Perfoming Financing)
β4 : Koefisien ROA ( Return On Asset )
X1 : Tingkat Bagi Hasil
X2 : FDR (Financing to Deposite Ratio )
X3 : NPF (Non Perfoming Financing)
X4 : ROA ( Return On Asset )
e : Standar Error
untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, terlebih dahulu
dilakukan pengujian variabel dengan uji asumsi klasik untuk
memastikan model regresi linier berganda yang digunakan tidak
terdapat masalah. Jika semua itu terpenuhi, maka model analisis telah
layak digunakan.
a. Uji Nilai Koefisien Determinasi (Adj. R2 )
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.
Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai Adjusted R
Square. Nilai koefisien determinasi adalah 0-1. Nilai koefisien
(62)
independen dalam menjelaskan variabel-variabel independen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji nilai F digunakan untuk menguji pengaruh secara
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig F < α 0,05 maka terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen.
c. Uji nilai t-statistik
Uji nilai t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria hipotesis
diterima jika nilai sig t < α 5% dan koefisien regresi searah dengan
(63)
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah selama 48 bulan,
yaitu dari bulan Januari 2012 sampai Desember 2015, sehingga jumlah
keseluruhan data ada 48 data.Data tersebut merupakan data laporan
keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang berasal dari
data Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data laporan
keuangan tersebut hanya diambil dari data pembiayaan mudharabah,
tingkat bagi hasil, FDR, NPF, dan ROA.
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dijelaskan variabel-variabel
yang digunakan untuk estimasi data time series seperti berikut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
deviation
Pem.mudharabah 48 10039 15729 13155,12 1626,488
Ting. basil 48 1269 2211 1572,58 266,211
FDR 48 ,0100 1,0483 ,853561 ,3108644
NPF 48 ,0222 ,0583 ,037129 ,0111678
ROA 48 ,0008 ,0252 ,013804 ,0071588
Valid N (listwise) 48 Data Diolah
(64)
1. Variabel Dependen (Pembiayaan Mudharabah)
Dari hasil uji statistik deskriptif menunjukkan jumlah data yang
diolah (N) ada 48 data, dari 48 data ini jumlah pembiayaan mudharabah
terkecil (minimum) adalah Rp.10039 miliar dan jumlah pembiayaan
mudharabah terbesar (maksimum) adalah Rp. 15729 miliar. Rata-rata
pembiayaan mudharabah dari 48 data adalah Rp. 13155,12 miliar dengan
standar deviasi sebesar Rp. 1626,488 miliar.
2. Variabel Independen a. Tingkat bagi hasil
Dari hasil uji statistik deskriptif menunjukkan jumlah data yang
diolah (N) ada 48 data, dari 48 data ini jumlah tingkat bagi hasil
terkecil (minimum) adalah Rp.1269 miliar dan jumlah tingkat bagi
hasil terbesar (maksimum) adalah Rp. 2211 miliar. Rata-rata (mean)
tingkat bagi hasildari 48 data adalah Rp. 1572,58 miliar dengan standar
deviasi sebesar Rp. 266,211 miliar.
b. Financing To Deposite Ratio (FDR)
Dari hasil uji statistik deskriptif menunjukkan jumlah data yang
diolah (N) ada 48 data, dari 48 data ini jumlahFinancing To Deposite
Ratio (FDR) terkecil (minimum) adalah Rp. 0,0100 miliar dan jumlah
Financing To Deposite Ratio (FDR) terbesar (maksimum) adalah Rp.
1,0483 miliar. Rata-rata (mean) Financing To Deposite Ratio (FDR)
dari 48 data adalah Rp. 0,0853561 miliar dengan standar deviasi
(65)
c. Non Perfoming financing (NPF)
Untuk variabel Non Perfoming financing (NPF) memiliki nilai
terendah (minimum) 0,0222 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar
0,0583 dengan nilai rata-rata (mean) dari NPF sebesar 0,037129 dan
standar deviasi sebesar 0,0111678.
d. Return On Asset (ROA)
Pada variabel ROA memiliki nilai terndah (minimum) 0,0008 dan
nilai tertinggi (maximum) 0,0252, nilai rata-rata sebesar 0,013804 dan
standar deviasi sebesar 0,0071588.
C. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahuiada tidaknya
normalitas residual, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas.
Model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model
tersebut memenuhi beberapa asumsi klasik yaitu data residual terdistribusi
(1)
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT pem.mudharabah
/METHOD=ENTER tingkatbagihasil FDR NPF ROA /SCATTERPLOT=(*ZRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN
/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Regression
Variables Entered/Removeda
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 ROA,
tingkatbagihasil, FDR, NPFb
. Enter
a. Dependent Variable: pem.mudharabah b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,806a ,649 ,617 1007,222 ,222
a. Predictors: (Constant), ROA, tingkatbagihasil, FDR, NPF b. Dependent Variable: pem.mudharabah
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 80713364,786 4 20178341,197 19,890 ,000b
Residual 43623336,464 43 1014496,197
Total 124336701,250 47
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
(2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 9878,183 1704,716 5,795 ,000
tingkatbagi
hasil ,279 ,561 ,013 ,140 ,001 ,968 1,033
FDR -484,976 705,283 -,093 -,688 ,495 ,449 2,227
NPF -103880,100 30748,894 ,713 3,378 ,002 ,183 5,463
ROA -20983,047 54399,488 -,092 -,386 ,702 ,142 7,026
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
Coefficient Correlationsa
Model ROA tingkatbagihasil FDR NPF
1 Correlations ROA 1,000 -,113 -,740 ,902
tingkatbagihasil -,113 1,000 ,122 -,045
FDR -,740 ,122 1,000 -,646
NPF ,902 -,045 -,646 1,000
Covariances ROA 2959304322,49
7 -3443,830 -28390412,968
1508206037,70 3
tingkatbagihasil -3443,830 ,315 48,243 -784,300
FDR -28390412,968 48,243 497424,363 -14015082,682
NPF 1508206037,70
(3)
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
Collinearity Diagnosticsa
Model Dim ensi on
Eigenval ue
Conditi on Index
Variance Proportions (Consta
nt)
tingkatbag
ihasil FDR NPF ROA
1 1 4,634 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,268 4,160 ,00 ,00 ,00 ,02 ,06
3 ,077 7,775 ,01 ,08 ,44 ,00 ,01
4 ,017 16,452 ,05 ,82 ,27 ,13 ,20
5 ,005 31,940 ,94 ,10 ,28 ,85 ,72
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 11367,39 15439,45 13155,13 1310,460 48
Residual -2025,685 1818,195 ,000 963,409 48
Std. Predicted Value -1,364 1,743 ,000 1,000 48
Std. Residual -2,011 1,805 ,000 ,957 48
(4)
UJI AUTOKORELASI
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT pem.mudharabah
/METHOD=ENTER tingkatbagihasil FDR NPF ROA /RESIDUALS DURBIN
/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Regression
Variables Entered/Removeda
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 ROA,
tingkatbagihasil, FDR, NPFb
. Enter
a. Dependent Variable: pem.mudharabah b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,806a ,649 ,617 1007,222 ,222
a. Predictors: (Constant), ROA, tingkatbagihasil, FDR, NPF b. Dependent Variable: pem.mudharabah
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 80713364,786 4 20178341,197 19,890 ,000b
Residual 43623336,464 43 1014496,197
Total 124336701,250 47
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
(5)
Coefficient Correlationsa
Model ROA tingkatbagihasil FDR NPF
1 Correlations ROA 1,000 -,113 -,740 ,902
tingkatbagihasil -,113 1,000 ,122 -,045
FDR -,740 ,122 1,000 -,646
NPF ,902 -,045 -,646 1,000
Covariances ROA 2959304322,49
7 -3443,830 -28390412,968
1508206037,70 3
tingkatbagihasil -3443,830 ,315 48,243 -784,300
FDR -28390412,968 48,243 497424,363 -14015082,682
NPF 1508206037,70
3 -784,300 -14015082,682 945494452,311
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 9878,183 1704,716 5,795 ,000
tingkatbagi
hasil ,079 ,561 ,013 ,140 ,889 ,968 1,033
FDR -484,976 705,283 -,093 -,688 ,495 ,449 2,227
NPF 103880,100 30748,894 ,713 3,378 ,002 ,183 5,463
ROA -20983,047 54399,488 -,092 -,386 ,702 ,142 7,026
a. Dependent Variable: pem.mudharabah
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant)
tingkatbag
ihasil FDR NPF ROA
1 1 4,634 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,268 4,160 ,00 ,00 ,00 ,02 ,06
3 ,077 7,775 ,01 ,08 ,44 ,00 ,01
4 ,017 16,452 ,05 ,82 ,27 ,13 ,20
5 ,005 31,940 ,94 ,10 ,28 ,85 ,72
(6)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 11367,39 15439,45 13155,13 1310,460 48
Residual -2025,685 1818,195 ,000 963,409 48
Std. Predicted Value -1,364 1,743 ,000 1,000 48
Std. Residual -2,011 1,805 ,000 ,957 48