Pengaruh financing to deposit ratio, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

LUKMANUL HAKIM AZIZ NIM : 106046101649

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010 M


(2)

(3)

Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Suatu perusahaan harus memiliki FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset yang baik agar masyarakat bersedia menginvestasikan modalnya. FDR menunjukkan tingkat intermediasi suatu bank, pendapatan bagi hasil mengukur kinerja bank dalam mencetak suatu laba, sedangkan total asset menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh bank. Salah satu cara untuk mengukur laba suatu bank adalah dengan Return on Asset

(ROA). Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas bank syariah?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.

Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Agar lebih memudahkan dalam pengolahan data maka digunakan program komputer SPSS statistik 15.00, dengan metode pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Variabel bebasnya adalah FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset sedangkan variabel terikatnya adalah profitabilitas (ROA).

Hasil yang didapat adalah FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Namun, secara parsial FDR dan total asset tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas dan hanya pendapatan bagi hasil yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank syariah.

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Saran yang diberikan adalah agar masa yang akan datang industri perbankan syariah dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan, karena dengan jumlah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi hasil. Akan tetapi, dalam pemberian pembiayaan harus diperhatikan adanya pembiayaan yang macet, sehingga industri perbankan syariah dapat lebih selektif dalam menyalurkan dananya.

Kata kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR), Pendapatan Bagi Hasil, Total Asset

dan Profitabilitas (ROA).  


(4)

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Sang Maha Daya pemberi kekuatan ketika aku merasa lelah dan hampir putus asa. Sang Maha Pengabul atas setiap permohonanku, hanya kepada-Nya tempatku bersimpuh. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada manusia yang paling mulia dengan keluhuran akhlaknya, Nuurun min Nuurin yaitu Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya.

Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri rasanya ketika tugas akhir ini akhirnya selesai juga. Mengingat begitu banyak kendala di dalam proses penyusunannya. Tapi tetap indah rasanya ketika kembali teringat bahwa Allah SWT selalu punya rencana besar untuk setiap hamba-Nya. Oleh karena itu, apalagi yang bisa kulakukan selain usaha, doa dan tawakal.

Dengan penuh kesadaran, skripsi ini mungkin tidak luput dari kesalahan dan kekurangan Akan tetapi harapan penulis setidaknya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya, atau mungkin menjadi sebuah inspirasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Amin.

Untuk itu, penulis ingin mengucapkan syukur yang begitu besar kepada Sang Maha Penguasa Allah SWT, karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan

i   


(5)

1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Ibu DR. Euis Amalia M. Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Azharuddin Lathif, M. Ag selaku Sekretaris Program Studi Muamalat. 3. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Bapak Indoyama Nasaruddin, SE,

MAB selaku pembimbing skripsi. Terima kasih untuk bersedia menyisihkan waktu disela-sela pekerjaan yang padat untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Orang tuaku tercinta Ayahanda H. Endang Muksin, BA dan Ibunda Isah Aisah. Terimakasih tiada tara atas setiap doa yang tak pernah henti dipanjatkan dan kasih sayang yang tak pernah henti diberikan, membantu dan mendukung ananda baik secara moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini adalah persembahan khusus untuk Ayahanda dan Ibunda, walaupun dengan semua ini penulis tidak akan pernah dapat membayar kasih sayang dan tetes keringat yang telah tercurah untuk penulis. Akan tetapi ini adalah salah satu dari sedikit rasa bakti dan kasih sayang penulis kepada kedua orang tua.

ii   


(6)

6. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum beserta jajarannya dan kepala Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu penulis melakukan penelitian.

7. Teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum angkatan 2004 khususnya PROPESA Ibnu Hazm, teman-teman PMF angkatan 2004, teman-teman jurusan Muammalat khususnya prodi Perbankan Syariah. Sahabat-sahabat terbaikku Solihin, Rida Endut, Ozzi, Fandie, Fadil yang telah mendampingi penulis, yang selalu ada waktu untuk mendengar, memberi saran, dan tidak pernah berhenti untuk peduli dalam waktu suka maupun duka, mensuport dan membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Separuh hidup ini bersama kalian, semoga kita menjadi orang-orang terbaik kawan. Kepada Nurazizah MTs yang sudah bersedia menemani penulis ke Perpustakaan Utama UI. Juga kepada Selly Septiani yang juga sempat membantu penulis untuk mengunjungi Perpustakaan FE UI.

8. Kawan-kawan MEDINA, Fadil dan Yuda yang selalu mengisi waktu luang untuk tetap terus latihan dan latihan, semoga apa yang kita cita-citakan dapat tercapai. Tak lupa juga kepada tim hadroh Nurul Qolbi yang selalu mengingatkan kapan skripsi ini dapat selesai.

iii   


(7)

Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa, semoga Allah SWT memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka. Tanpa dorongan dan dukungan mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikat kontribusi bagi orang banyak. Amin.

Jakarta, 26 Mei 2010

Penulis

                 

iv   


(8)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Kajian Terdahulu ... 11

E. Kerangka Teori dan Pemikiran ... 15

F. Metode Penelitian ... 20

G. Hipotesis ... 24

H. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pembiayaan ... 26

1. Pengertian Pembiayaan ... 26

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ... 39

3. Jenis-Jenis Pembiayan ... 32

4. FDR ... 41

B. Pendapatan Bagi Hasil ... 44

v   


(9)

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53

B. Teknik Analisis Data ... 54

1. Uji Asumsi Klasik ... 54

a. Uji Normalitas ... 54

b. Uji Multikoliniearitas ... 55

c. Uji Autokorelasi ... 55

d. Uji Heteroskedastisitas ... 56

2. Uji Hipotesis Statisistik ... 57

a. Persamaan Regresi Berganda ... 57

b. Uji F ... 58

c. Uji t ... 58

d. Koefisien Korelasi ... 59

e. Uji Koefisien Determinasi... 60

C. Definisi Operasional Variabel ... 61

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bank Indonesia ... 65

1. Sejarah singkat Bank Indonesia ... 65

2. Visi dan Misi Bank Indonesia ... 66

3. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia ... 66

vi   


(10)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN  

 

       

             

vii   


(11)

Tabel 4.1 Tingkat FDR Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 ... 68

Tabel 4.2 Deskripsi Data Tingkat FDR ... 69

Tabel 4.3 Tingkat Bagi Hasil Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 70

Tabel 4.4 Deskripsi Data Tingkat Bagi Hasil ... 71

Tabel 4.5 Tingkat Total Asset Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 72 Tabel 4.6 Deskripsi Data Tingkat Total Asset ... 73

Tabel 4.7 Tingkat ROA Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 ... 74

Tabel 4.8 Deskripsi Data Tingkat ROA ... 75

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 79

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 80

Tabel 4.11 Hasil Uji secara Simultan ... 82

Tabel 4.12 HasilUji secara Parsial ... 83

Tabel 4.13 Model Regresi Linier Berganda ... 84

Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi ... 86

Tabel 4.15 Nilai Koefisien Determinasi ... 87

viii   


(12)

ix   

Gambar 3.1 Bagan Langkah-Langkah Penelitian ... 64

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata FDR Tahun 2006-2008 ... 69

Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Tingkat Bagi Hasil Tahun 2006-2008 ... 71

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Total Asset Tahun 2006-2008 ... 73

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata ROA Tahun 2006-2008 ... 75

Gambar 4.5 Grafik Scatterplot ... 78

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 81

     


(13)

A. Latar Belakang

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya berfungsi sebagai lembaga intermediary yaitu badan yang mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bank memiliki tugas menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) ke pihak yang kekurangan dana (defisit).1 Disamping itu, bank syariah juga

menawarkan jasa dalam bidang keuangan lainnya dengan maksud membantu kelancaran lalu lintas pembayaran dan kegiatan bisnisnya. Dengan demikian, kegiatan usaha bank syariah secara mendasar adalah menjalankan fungsi penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa keuangan.

Dalam hal menyalurkan dana, bank syariah juga memberikan pembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun dari masyarakat. Hasil dari penyaluran pembiayaan tersebut, diharapkan bank dapat meneruskan dan

1

Ade Artesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (T.tp, PT. Indeks, 2006), h. 5.


(14)

mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.2

Pada prinsipnya, bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional. Secara teknis, riba adalah tambahan pada jumlah pokok pinjaman sesuai dengan jangka waktu peminjaman dan jumlah pinjamannya. Meskipun sebelumnya terjadi perdebatan mengenai apakah riba ada kaitannya dengan bunga (interest) atau tidak, namun sekarang nampaknya ada konsensus di kalangan ulama bahwa istilah riba meliputi segala bentuk bunga.3

Dalam UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah menjadi UU No.10 tahun 1998 ini, memperjelas bahwa landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, memberi arahan kepada bank-bank konvensional untuk membuka cabang-cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.4/1/PBI/2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan

2

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.II,(Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h. 197.

3

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah. Penerjemah Burhan Wirasubrata, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), h. 11.


(15)

prinsip syariah dan pembukaan kantor bank umum berdasarkan prinsip syariah diberlakukan dalam rangka menyempurnakan ketentuan yang mengatur kelembagaan perbankan syariah khususnya tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah serta yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional.

Selain tujuan tersebut, PBI juga memperluas pengembangan jaringan kantor pelayanan perbankan syariah yang memungkinkan bank konvensional yang telah memiliki unit usaha syariah (UUS) untuk membuka jaringan kantor bank syariah di kantor bank konvensionalnya. Kantor bank syariah yang berada di kantor bank konvensional tersebut selanjutnya dinamakan unit syariah. Dengan adanya UU dan PBI, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.4

Tahun 2008 perkembangan industri perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan aset yang positif ditengah kondisi makroekonomi yang mengalami tekanan akibat kenaikan harga minyak dunia dan gejolak krisis keuangan global. Pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% menunjukkan sebuah kondisi yang kondusif bagi aktifitas perekonomian pada tahun ini. Meskipun ada kecenderungan peningkatan suku bunga di pasar konvensional sepanjang tahun, namun untuk mendorong perekonomian domestik pada akhir tahun secara

4

Abdurrahman Ramli, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF dan BOPO terhadap Rentabilitas Bank Umum Syariah periode 2005-2007”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 2.


(16)

bertahap Bank Indonesia melakukan penurunan BI rate. Kondisi pada semester kedua tahun 2008 lebih didominasi oleh isu krisis keuangan global yang mengancam banyak negara termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, baik Bank Indonesia maupun pemerintah secara cermat menetapkan kebijakan ekonomi dalam rangka mengantisipasi kondisi krisis tersebut.5

Tahun 2008 industri perbankan syariah nasional mengalami dua kondisi perkembangan yang menonjol. Pertama, pada semester pertama tahun 2008 pertumbuhan perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan angka yang cenderung meningkat. Kedua, perkembangan industri mengalami perlambatan pada semester kedua. Perlambatan tersebut erat kaitannya dengan kondisi perekonomian nasional yang mulai terimbas oleh situasi krisis keuangan global. Pada akhir tahun 2008, pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 35,6%.6

DPP Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Bambang Sutrisno menjelaskan, hingga November 2009, aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp61,36 triliun. Selama lima tahun terakhir, aset bank syariah tumbuh rata-rata

5

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2008 ”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id

6

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2008 ”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id


(17)

31,04 % pertahun. Jumlah kantor bank sebanyak 1.211 kantor yang memberikan layanan syariah di hampir seluruh wilayah Indonesia.7

Meskipun perbankan syariah nasional masih mengalami pertumbuhan, perkembangannya menurun khususnya dipengaruhi oleh pelambatan pertumbuhan DPK. Meskipun melambat, pertumbuhan DPK masih berada pada angka pertumbuhan yang relatif tinggi yaitu sebesar 31,6%. Perlambatan pertumbuhan DPK ini dominan dipengaruhi oleh jenis DPK yang berasal dari nasabah korporasi, dimana jenis nasabah ini cukup sensitif dengan kondisi perekonomian secara umum.8

Pertumbuhan DPK industri Perbankan Syariah hingga triwulan keempat tahun 2008 menunjukkan penurunan, terutama sejak Triwulan ke II tahun 2008. Meskipun begitu, pertumbuhan DPK perbankan syariah sepanjang tahun 2008 masih menunjukkan angka pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 31,56%.9

Perlambatan pertumbuhan DPK pada Triwulan ketiga, pertumbuhan jumlah rekening DPK juga mengalami hal serupa. Kondisi ini ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya pertumbuhan jumlah rekening DPK dari 42,83% di

7

Harian Analisa, “Perkembangan Bank Syariah Menggembirakan”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.analisadaily.com/index.php?option=com

8

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id

9

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 april 2010 dari http://www.bi.go.id


(18)

triwulan keempat tahun 2007 menjadi 32.34% pada triwulan keempat tahun 2008.10

Keberhasilan edukasi publik mampu mengimbangi perlambatan pertumbuhan DPK korporasi dengan mendorong peningkatan DPK individual, sehingga pertumbuhan DPK yang relatif tinggi secara keseluruhan masih bisa dipertahankan.

Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2008 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 17,6% dari triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi 42,05% pada triwulan keempat tahun 2008, meskipun kondisi di tahun 2008 tersebut mengalami perlambatan sejak posisi pada Triwulan ke II sebesar 51%. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp38,19 triliun. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak didukung dengan pertumbuhan DPK secara signifikan menyebabkan financing to deposit ratio (FDR) mencapai level diatas 104% pada tahun pelaporan. Struktur pembiayaan masih didominasi oleh akad murabahah, pertumbuhan penyaluran dana dengan akad murabahah cenderung konstan dalam kisaran 58% pada tahun 2008 dengan posisi triwulan keempat sebesar 58,87% dari total pembiayaan.11

10

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id

11

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”, Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id


(19)

Pertumbuhan tersebut diikuti dengan tingkat kesehatan pembiayaan yang masih dapat dipelihara dengan baik. Dengan begitu fungsi intermediasi perbankan syariah dalam mendukung aktifitas perekonomian dapat dilakukan secara optimal. Kinerja pembiayaan yang relatif tidak terpengaruh oleh krisis keuangan global diperkirakan disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pembiayaan perbankan syariah yang konsisten difokuskan pada pembiayaan sektor riil (ekonomi produktif); dan kedua, pembiayaan perbankan syariah yang terkonsentrasi pada usaha ekonomi domestik dimana didominasi oleh pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Di triwulan ke empat tahun 2008, kondisi ROA industri perbankan syariah menjadi sebesar 1.42% dan ROE sebesar 37.94% menurun dibandingkan triwulan ke empat tahun 2007 dimana ROA mencapai 2.07% dan ROE sebesar 53.91%. Kondisi ini lebih disebabkan oleh penurunan net margin akibat penurunan pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah pada tahun 2008, pengeluaran terhadap biaya operasional yang meningkat cukup signifikan pada Triwulan keempat terkait dengan pengadaan sistem aplikasi baru empat Bank Umum Syariah dan ekspansi jaringan kantor yang memerlukan investasi cukup besar.12 Dalam kondisi seperti itu, setiap bank yang ada dituntut untuk

meningkatkan pengelolaan banknya semaksimal mungkin.

12

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id


(20)

Salah satu sarana pengelolaan yang dapat digunakan adalah analisis laporan keuangan. Untuk mengadakan interprestasi dan analisis terhadap laporan keuangan, suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan untuk analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.13 Salah

satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis adalah rasio profitabilitas atau lebih spesifiknya adalah Return on Asset.

Diketahui rasio rentabilitas/profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. Untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi. 14 Sedangkan Return on Asset (ROA) yaitu rasio yang

menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.

15 Secara teoritis adanya pertumbuhan FDR, pendapatan

bagi hasil dan total asset menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga

f

13

Dedi Sutomo, “Analisis Pengaruh Pembiayaan, Tabungan, Giro, Deposito dan Ekuitas terhadap Financing to Deposit Ratio”. Artikel di akses pada tanggal 19 Januari 2009 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/3146/1/B200040378.pd

14

Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 51.

15

Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek) Buku 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 557.


(21)

perusahaan tersebut dapat meningkatkan profitabilitasnya. Artinya, diprediksikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset di atas terhadap profitabilitas bank syariah.

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu bank syariah, sehingga peneliti memberi judul skripsi ini dengan judul :

“PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, PENDAPATAN BAGI HASIL DAN TOTAL ASSET TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dari beberapa persoalan dan uraian pada masalah diatas, maka dalam hal ini penulis perlu membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu :

a. Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset terhadap profitabilitas.

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia yang dimulai dari Januari 2006 – Desember 2008.

2. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam kaitannya dengan skripsi ini, maka ada beberapa permasalahan yang harus ditelaah lebih dalam, diantaranya :


(22)

a. Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ?

b. Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ?

c. Faktor apakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah

b. Untuk mengetahui pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.

c. Untuk mengetahui faktor apa yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perbankan syariah, pembaca, maupun pribadi. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat bagi:


(23)

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis profitabilitas yang berasal dari data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

b. Praktisi

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan peningkatan dan perkembangan bank syariah.

c. Masyarakat

Memberikan kontribusi positif dalam rangka menyediakan informasi tentang kondisi perbankan syariah di Indonesia dan mensosialisasikannya kepada masyarakat.

D. Kajian Terdahulu

Adapun kajian terdahulu yang digunakan dalam skripsi ini adalah :

1. “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia” oleh Margo Mulyono dalam Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003. Penelitian ini menganalisis pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital asset Ratio terhadap profitabilitas. Hasilnya menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara cash ratio, dan loan to deposit ratio (LDR). Kemudian rasio yang digunakan adalah ROA dengan menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda.16

16

Margo Mulyono, “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia”, Jurnal manajemen, vol.I, no.1 April 2003.


(24)

2. “Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia)” oleh Yulina Ananda dalam Makalah Seminar MES Goes to Campuz, Jakarta, 2010. Penelitian ini menganalisis dampak krisis keuangan global terhadap profitabilitas Bank Muamalat. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan total pendapatan yang dibagihasilkan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas Bank Muamalat yang di ukur dengan ROE.17

3. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over pra Merger di Indonesia” oleh Hesti Werdaningtiyas dalam Jurnal Manajemen Indonesia vol.I no.2 2002. Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah pangsa asset, pangsa dana, pangsa kredit, CAR dan LDR. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas yang di ukur dengan ROA. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Adapun hasilnya adalah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.18

4. “Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta )” oleh Hartini Ningsih, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis

17

Yulina Ananda, Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia). Jakarta: MES Goes to Campuz. 2010.

18

Hesti Werdaningtyas, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over pra Merger di Indonesia”. Jurnal manajemen Indonesia, vol.I, no.2, 2002.


(25)

pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Asset Turn Over memiliki hubungan positif dengan tingkat profitabilitas bank syariah, sedangkan BOPO memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas bank syariah.19

5. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk” oleh Iim Fatimah, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap profitabilitas Bank Muamalat Indonesia. Disamping itu, dijelaskan juga bahwa variabel BOPO menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas Bank Muamalat Indonesia.20

6. “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Industri Perbankan” oleh Dewi Mayasari, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian kredit, pendapatan bunga dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dari hasil penelitian

19

Hartini Ningsih, “Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

20

Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.


(26)

menunjukkan bahwa hanya terdapat dua variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu ukuran perusahaan dan pendapatan bunga. Disamping itu, variabel dominan yang mempengaruhi profitabilitas industri perbankan adalah pendapatan bunga.21

Pada jurnal pertama yang diteliti oleh Margo Mulyono, variabel yang digunakan terhadap profitabilitas suatu bank adalah Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset. Jurnal kedua yang diteliti oleh Herdiningtyas, faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah pangsa asset, pangsa dana, pangsa kredit, CAR dan LDR. Dalam makalah seminar Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah, lebih menekankan tentang analisis dampak krisis keuangan global terhadap profitabilitas Bank Muamalat yang diukur dengan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan total pendapatan yang dibagihasilkan. Kemudian skripsi yang diteliti oleh Hartini Ningsih variabel yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank syariah adalah dengan menggunakan Total Asset Turn Over dan BOPO. Skripsi yang diteliti oleh Iim Fatimah lebih membahas tentang analisis laporan keuangan dalam mengukur profitabilitas bank syariah diantaranya CAR, FDR, BOPO dan NPF. Dan pada skripsi yang diteliti oleh Dewi Mayasari variabel yang digunakan adalah pemberian kredit, pendapatan bunga serta ukuran perusahaan.

21

Dewi Mayasari, “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Industri Perbankan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.


(27)

Dari beberapa uraian kajian terdahulu diatas, dapat dilihat bahwa semua penelitian mengukur tingkat profitabilitas suatu bank. Dasar inilah yang dijadikan penulis untuk menjadikan penelitian tersebut sebagai kajian terdahulu. Akan tetapi dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini variabel yang digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas adalah dengan menggunakan FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset pada industri perbankan syariah di Indonesia.

E. Kerangka Teori dan Pemikiran 1. Kerangka Teori

Bank merupakan badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Tujuan utama dari usaha bank adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, adapun keuntugan bank syariah diperoleh dari adanya pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan yang disalurkan.

Dalam hal menyalurkan dana, bank syariah memberikan pembiayaan-pembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.22

Menurut Zainul Arifin, pembiayaan atau financing merupakan bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari

22

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik ,Cet-I,(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 160.


(28)

usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli merupakan instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan pendapatan yang dominan.23

Tingginya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak terlepas dari besarnya tingkat pembiayaan syariah (earning assets). Dalam hal ini dapat dilihat dari tingkat FDR bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga disalurkan untuk pembiayaan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan likuiditas bank tersebut, sehingga semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan dengan bank yang mempunyai rasio dana pihak ketiga yang kecil.24

Apabila bank mengalami tingkat FDR yang melebihi batas ketentuan BI dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993 yaitu maksimal 110% dari DPK, maka bank akan berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya. Untuk menarik deposan, bank akan menawarkan return bagi hasil yang kompetitif.25

Menurut Nadratuzaman Hosen besarnya nisbah bagi hasil yang diterima nasabah ditentukan dengan tarif nisbah yang berlaku dan berdasarkan

23

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet-IV, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 208.

24

Muhammad, Manajemen Pembiayaan bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 55.

25


(29)

akad, serta besarnya ditentukan berdasarkan fluktuasi keuntungan yang diperoleh bank secara keseluruhan.26 Dengan demikian, bagi hasil yang

dibagikan diharapkan dapat mempengaruhi meningkatnya pendapatan pada bank syariah.

Untuk meningkatkan pendapatannya, bank harus memaksimalkan pembiayaan kepada masyarakat berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku. Bank tidak begitu saja memberikan pembiayaan kepada nasabah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya risiko kredit macet. Oleh sebab itu, bank harus menganalisis kelebihan atau kelemahan yang dihadapi dengan menggunakan analisis rasio keuangan. (financial ratio analisys).

Secara umum rasio dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio rentabilitas/profitabilitas, dan rasio coverage. Selanjutnya, rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio rentabilitas/profitabilitas.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut analisis ini misalnya analisis income statement, analisis rentabilitas, analisis kegiatan usaha dan sebagainya. Kegunaan analisis ini untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dalam menghasilkan profit.27

26

M. Nadratuzaman Hosen, Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa Perbankan Syariah, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007), h. 26.

27

Margo Mulyono, Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia, Jurnal Manajemen, vol.I, no.1, (April 2003): h. 93.


(30)

Menurut Nasrudin tingkat profitabilitas yang tinggi menujukkan tingkat eisiensi perusahaan. Profit atau keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, akan tetapi digunakan juga untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu badan usaha terus-menerus memperoleh keuntungan maka ini berari kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan terjamin. Sebagai suatu sistem yang berorientasi pada profitabilitas, hal ini menjadi faktor pendorong bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan revenue yang diperoleh dari selisih antara harga pokok produksi dengan nilai jual produk/jasanya.28

Ada berbagai cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank, namun dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan ROA (Return on Asset).

Menurut Syamsudin ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan.29 Selain itu, rasio ini berfungsi

28

Nasrudin, “Pembiayaan Efektif untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank”, artikel diakses pada 24 februari 2010 dari http://www.wikipedia.com

29

Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 63.


(31)

untuk mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut.30

Dengan demikian, variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank dalam penelitian ini adalah dengan FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset. Dan berikut adalah kerangka pemikiran skripsi yang menggambarkan permasalahan penelitian pada perbankan syariah dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik regresi linear berganda.

FDR (X1)

Pendapatan Bagi Hasil

(X2)

Profitabilitas (Y)

Total Asset (X3)

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

30

Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 71.


(32)

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.31

Penelitian dengan analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (pada saat penelitian berlangsung) dan menyajikannya dengan apa adanya.32

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data-data variabel FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset serta data-data variabel profitabilitas bank syariah yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia menjadi data yang dapat disimpulkan. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan data tersebut dapat menghasilkan sebuah informasi.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan

31

Moh. Nazir, Metode Penelitian,cet.V,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 54.

32


(33)

prosedur statistika dan permodalan matematis.33 Dari pengertian tersebut,

peneliti akan melakukan analisis data untuk menguji suatu hipotesis dengan menggunakan metode regresi linier berganda agar dapat diketahui pengaruh yang terjadi antara variabel FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap variabel profitabilitas yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS 15.

2. Metode Pengumpulan Data a. Library Research

Peneliti melakukan penelitian dengan mempelajari buku-buku kepustakaan seperti Manajemen Pembiayaan Bank Syariah karangan Muhammad, Analisis Kredit untuk Account Officer karangan Jopie Jusuf, dan Bank Syariah dari Teori ke Praktik karangan Muhammad Syafi’i Antonio, artikel berupa Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003 oleh Margo Mulyono, Makalah Seminar MES Goes to Campuz Jakarta 2010 oleh Yulina Ananda, serta majalah dan bahan-bahan kuliah yang berkaitan erat dengan skripsi ini.

b. Field Research

Peneliti melakukan penelitian langsung pada obyek penelitian yaitu Bank Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti melihat dokumen serta

33

Efferia Sujoko, dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan Praktis ,(Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2004), h.18.


(34)

arsip yang dijadikan obyek penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian dengan meliputi semua pengumpulan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen.34

Dokumen yang diteliti dapat berupa arsip perusahaan, laporan kerja, laporan keuangan, data statistik, catatan khusus, notulen rapat dan lain-lain. Untuk memperoleh data bulanan Statistik Perbankan Syariah, peneliti mengumpulkan dokumen atau arsip dari Perpustakaan Bank Indonesia secara langsung guna memperoleh data yang diperlukan sebagai data sekunder.

Data-data yang dikumpulkan merupakan data time series. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.35 Data time series ini berasal dari data

laporan Statistik Perbankan Syariah yang dipubilkasikan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan data bulanan selama tiga tahun.

34

Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah Aliwudin Tuwu, (Jakarta: UI-Press, 1993), h.85.

35

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet-VI,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42.


(35)

3. Sumber Data

a. Data Primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung berasal dari sumbernya.36 Sumber data pada penelitian ini berupa data

yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang ada di Bank Indonesia. Data penelitian yang digunakan adalah data bulanan dengan rentang waktu yang dijadikan analisis adalah dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2008.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur kepustakaan, buku-buku dan lain-lain. 37 Seperti buku Manajemen Pembiayaan Bank

Syariah karangan Muhammad, Analisis Kredit untuk Account Officer karangan Jopie Jusuf, Bank Syariah dari Teori ke Praktik karangan Muhammad Syafi’i Antonio, Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003 oleh Margo Mulyono, dan Makalah Seminar MES Goes to Campuz Jakarta 2010 oleh Yulina Ananda.

4. Teknik Penulisan

Teknik Penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2008.

36

Hermawan Warsito, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 69.

37


(36)

G. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Hipotesis 1

H0 : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan FDR, pendapatan

bagi hasil, total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.

Ha : b1≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan FDR, pendapatan bagi

hasil, total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.

Hipotesis 2

H0 : b1,b2,b3 = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan pada FDR,

pendapatan bagi hasil, total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.

Ha : b1,b2,b3≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan pada FDR, pendapatan

bagi hasil, total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.

G. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dimana dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub tema yang memuat pokok-pokok pembahasan.

Bab I sebagaimana diuraikan diatas, bab ini berisi pembahasan formal penulisan skripsi ini, yang terdiri dari latar belakang yang menjelaskan perlu dan


(37)

pentingnya penulisan ini, sehingga penulisan ini menemukan relevansi dan signifikansinya. Kemudian dikemukakan juga batasan dan rumusan masalah sehingga penulisan akan lebih terfokus dan jelas. Selain itu dikemukakan juga kerangka teori dan pemikiran, metode penelitian, hipotesis serta sistematika penulisan atau pembahasan.

Bab II merupakan uraian secara teoritis mengenai teori-teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian skripsi ini berdasarkan buku teks yang ada, yang di bagi menjadi empat bagian yaitu pembiayaan, pendapatan bagi hasil, total asset dan rasio profitabilitas.

Bab III penulisan sudah memasuki pembahasan tentang metode penelitian. Disini dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, teori analisis regresi serta teknik analisis yang dilakukan tahap demi tahap.

Bab IV akan menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data. Disamping itu, akan memuat perkembangan masing-masing variabel dari tahun ke tahun, yang disertai dengan uji asumsi klasik dan uji statistik.

Bab V merupakan penutup berupa kesimpulan dan saran yang merupakan akhir dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan di atas dan juga merupakan sebuah pemaparan singkat tentang pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.


(38)

A. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Menurut Muhammad pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah dikeluarkan.1

Dalam kegiatan penyaluran dana, bank syariah melakukan kegiatan berupa investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi obyek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan sebelumnya. Disebut pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya.2

1

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonesia, 2004), h. 1.

2

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,cet.III,(Jakarta: Alvabet, 2003),

h. 215.


(39)

Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat (12) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.3

Kemudian menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat (25) yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:4

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bnetuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk ijarah muntahiya bi tamlik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan isthisna. d. Transaksi pinjam-meminjam dalam benutk qardh.

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah atau transaksi multijasa.

Pada bank konvensional kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dikenal dengan istilah kredit. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

3

Bank Indonesia, “Undang-Undang Bank Indonesia”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id

4

Bank Indonesia, “Undang-Undang Bank Indonesia”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id


(40)

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.5

Menurut Kashmir yang menjadi dasar antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh yaitu melalui bunga, sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya adalah dari segi analisis pemberian pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.6

Untuk menghindari penerimaan dan pembayaran yang berasal dari bunga maka bank syariah menempuh cara dengan memberikan pembiayaan (financing) berdasarkan prinsip jual-beli (al-ba’i), prinsip sewa-beli (ijarah muntahia bitamlik), atau berdasarkan prinsip kemitraan (partnership) yaitu dengan penyertaan (musyarakah) dan bagi hasil (mudharabah).7

5

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dn Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), h.19.

6

Kashmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 72.

7

Zainal Abidin, “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan dan BOPO terhadap laba pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 20-21.


(41)

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Tujuan dari pembiayaan adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah, serta mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas aman.8

Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Menurut Muhammad dalam tingkat makro pembiayaan bertujuan untuk:9

a. Meningkatkan ekonomi umat, artinya dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi yang dapat memberikan pendapatan bagi mereka. Sehingga pembiayaan tersebut dapat meningkatkan taraf ekonomi yang lebih baik.

b. Tersedianya dana bagi yang meningkatkan usaha, artinya untuk mengembangkan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Dengan adanya dana tambahan ini, pihak yang kelebihan dana dapat menyalurkan dananya kepada pihak yang kekurangan dana, sehingga dana dapat bermanfaat.

8

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 52.

9

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,


(42)

c. Meningkatkan produktivitas, artinya upaya produksi tidak akan berjalan tanpa adanya dana. Dengan demikian pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan daya produksinya dan produksi akan terus tetap berjalan..

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui dana pembiayaan yang diberikan, maka sektor usaha tersebut akan membutuhkan tenaga kerja. Dengan demikian, dengan disalurkannya pembiayaan dapat menambah dan membuka lapangan kerja baru.

e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka pendapatan akan terdistribusi dengan baik.

Adapun menurut Muhammad pembiayaan dalam tingkat mikro, diberikan dalam rangka untuk:10

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dimiliki mempunyai tujuan yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha ingin mendapatkan laba yang maksimal, untuk dapat mengahasilkan laba yang maksimal maka para pengusaha perlu dukungan dana yang cukup.

10


(43)

Dengan adanya dana yang cukup yang bersumber dari pembiayaan diharapkan laba yang dihasilkan bertambah.

b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba yang maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan penyesuaian antara sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusia tersedia akan tetapi sumber daya modal tidak teredia, maka dapat dipastikan perlu adanya pembiayaan. Karena tanpa adanya sumber daya modal, kegiatan usaha tidak akan berjalan dikarenakan sumber daya modal adalah salah satu faktor utama. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ada pihak yang memiliki kelebihan dana sementara ada pula pihak yang kekurangan dana. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan penyeimbang dalam hal penyaluran dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana.


(44)

Selanjutnya fungsi dari pembiayaan menurut Muchdarsyah Sinungan diantaranya adalah meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, meningkatkan stabilitas ekonomi, sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, serta sebagai penghubung ekonomi internasional.11

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki berbagai macam jenis pembiayaan.

Menurut Muhammad jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek, diantaranya:

a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibedakan menjadi:12 1. Pembiayaan modal kerja

yaitu pembiayaan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha seperti peningkatan produksi baik secara jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitas.

2. Pembiayaan investasi

yaitu pembiayaan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang-

11

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, edisi-II,(Jakarta: Bumi Aksara,1992),

h. 211.

12


(45)

barang modal, keperluan untuk perluasan usaha atau pendirian proyek baru serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan itu.

b. Pembiayaan menurut jangka waktu, diantaranya:13

1. Pembiayaan jangka waktu pendek yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.

2. Pembiayaan jangka waktu menengah yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

3. Pembiayaan jangka panjang yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.

Kemudian jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif.

a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut:

1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:

a) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah atau qiradh secara bahasa diambil dari kata al-qardhu yang berarti al-qath’u yaitu potongan. Sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar menggunakan harta tersebut dan

13


(46)

pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Sedangkan menurut istilah mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama atau pemilik dana menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.14

Keuntungan usaha berdasarkan akad mudharabah ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, jika rugi maka risiko kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan akibat dari kelalaian pengelola.

Dengan kata lain mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

b) Pembiayaan Musyarakah

Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah.

Secara etimologi syirkah berarti pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya.15

14

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 95.

15

Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah untuk IAIN PTAIS PTAIS dan Umum. (Bandung:


(47)

Dalam praktik perbankan syariah, musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika kedua atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerjasama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam menajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan juga mereka dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.16

2. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:

a) Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.17

Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual-beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan.

16

Ascarya, akad dan Produk bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

h. 51.

17


(48)

Namun demikian, bentuk jual-beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Sehingga Murabahah

dapat diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas sesuatu barang yang dibutuhkan oleh nasabah.18

Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai maupun cicil.19

b) Pembiayaan Salam

Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.20

18

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 62.

19

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 83.

20


(49)

Salam bermanfaat bagi penjual karena mereka menerima pembayaran di muka. Salam juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad salam lebih murah daripada harga dengan akad tunai.

Sebagai bentuk pembiayaan, akad salam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan petani kecil sebagai penjual yang membutuhkan modal awal untuk dapat menjalankan usahanya untuk memenuhi pesanan pembeli. Bentuk pembiayaan

salam ini dapat juga dilakukan oleh perbankan syariah modern, khususnya untuk membiayai sektor pertanian. Bank syariah dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga salam yang lebih rendah daripada harga tunai. Untuk memastikan penyerahan barang pada tanggal yang ditentukan, bank dapat meminta jaminan.

c) Pembiayaan Istishna

Skim fikih lainnya yang juga populer digunakan dalam perbankan syariah adalah skim jual-beli istishna. Transaksi

istishna ini hukumnya boleh dan telah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak masa awal tanpa adanya pihak (ulama) yang meningkarinya.

Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual-beli


(50)

barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat).21

Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk pembeli/pemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan bentuk jual beli forwad yang dibolehkan oleh syariah.

Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan, maka kontrak/akad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi sah, harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang harus memilki sepesifikasi yang jelas yang telah disepakati bersama. Dalam istishna pembayaran dapat di muka, dicicil sampai selesai, atau dibelakang, serta istishna biasanya diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.22

3. Pembiayaan dengan prinsip sewa, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:

a) Pembiayaan Ijarah

21

Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi-III,(Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2007), h. 125-126.

22


(51)

Salah satu produk penyaluran dana dari bank syariah kepada nasabah adalah pembiayaan yang berdasarkan perjanjian/akad sewa-menyewa (ijarah). Ijarah adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang atau upah-mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.23

Ijarah juga diinterpretasikan sebagai suatu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut.24 Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan ijarah ini dengan leasing.25

23

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2007), h. 116.

24

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 101.

25


(52)

b) Pembiayaan Ijarah Muntahia bi Tamlik

Ijarah muntahia bi tamlik (IMBT) adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa.26

Dalam ijarah muntahia bi tamlik, pemindahan hak milik barag terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:27

Pertama, pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa;

Kedua, pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.

b. Jenis aktiva tidak produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut:

1. Pinjaman Qardh

Salah satu produk perbankan syariah yang lebih mengarah kepada misi sosial ini adalah qardh. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam fikih klasik, al-qardh dikategorikan dalam akad ta’awuniyah yaitu akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.

26

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 103.

27


(53)

Dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 qardh diartikan sebagai pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.28

Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank, dengan demikian bank tidak boleh mengambil keuntungan berapapun darinya dan hanya diberikan pada saat keadaan emergency.

Bank terbatas hanya dapat memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya berkewajiban membayar pokoknya saja, dan untuk jenis qardh al-hasan pada dasarnya nasabah apabila memang dalam keadaan tidak mampu ia tidak perlu mengembalikannya.29

4. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara sejumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima bank.30 Disamping itu, FDR merupakan perbandingan antara tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah terhadap dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari masyarakat.

28

Bank Indonesia, “Peraturan Perbankan”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id

29

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, h. 139.

30

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi.II, (Bogor: Galia Indonesia,


(54)

Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pembiayaan Yang Disalurkan

FDR = --- x 100 % Dana Pihak Ketiga

FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat diimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.31

Semakin besar tingkat FDR maka semakin baik pula bank tersebut dapat menjalankan fungsi intermediasinya, dikarenakan dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan dalam investasi sehingga dapat menggerakkan sektor riil dan diharapkan mampu untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Begitu pula sebaliknya, bila FDR syariah tidak disalurkan dengan baik maka dampaknya adalah pergerakkan sektor riil menjadi terhambat, begitu juga dengan dana masyarakat yang menganggur (idle money), dapat

31

Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, (Skripsi S1 Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 43.


(55)

berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar atau dapat digunakan sebagai tujuan spekulatif yang bisa menekan nilai tukar rupiah bahkan infalsi.32

Akan tetapi semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.33

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sedangkan praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR (Financing to Deposit Ratio) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransinya antara 85% sampai 100%. 34 Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993, besarnya FDR atau LDR ditetapkan oleh BI tidak boleh melebihi 110%. Dengan ketentuan ini berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga asalkan tidak melebihi dana pihak ketiga.35

32

Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, h. 43.

33

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 116.

34

Ibid, h. 117.

35

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.55.


(56)

Dengan ditetapkannya batas maksimum pemberian kredit (pembiayaan) dan FDR yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak dapat begitu saja serampangan melakukan ekspansi pembiayaan dengan hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya atau untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah asetnya. Karena hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan lebih lanjut akan membahayakan dana simpanan para nasabah yang menyimpan dana pada bank itu.36

B. Pendapatan Bagi Hasil

Menurut Adiwarman Karim bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembalian) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sisitem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.37

Pendapatan dalam bank syariah melalui sistem bagi hasil merupakan pendapatan yang bersumber dari pembiayaan dan produk jasa. Oleh karena itu, pendapatan dalam bank syariah menggunakan beberapa sistem untuk menghitung bagi hasil tersebut.

36

Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama, 2007), h.177.

37


(57)

Adapun mekanisme perhitungan bagi hasil tersebut didasarkan pada dua sistem yaitu profit sharing dan revenue sharing.

1. Profit Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) danbiaya-biaya, dan boleh pula didasarkan pada prinsip bagi hasil.

2. Revenue Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

Disamping itu, Fatwa Nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 7 Jumadil Awal 1421 H atau 16 September 2000 M juga menetapkan tentang prinsip distribusi bagi hasil dalam lembaga keuangan syariah, fatwa tersebut antara lain:38

1. Pembagian hasil usaha antara pihak (mitra) atau bentuk usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip profit sharing (bagi untung) dan boleh didasarkan pada prinsip revenue sharing (bagi pendapatan).

2. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan distribusi usaha dan lembaga keuangan syariah.

3. Agar para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang prinsip mana yang boleh digunakan dalam lembaga keuangan syariah dan sesuai dengan prinsip ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa

38

Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa Dewan Syariah Nasional”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.mui.or.id


(58)

tentang prinsip pembagian bagi hasil usaha lembaga keuangan syariah untuk dijadikan pedoman.

Dari penjelasan fatwa DSN tersebut maka pembagian hasil usaha dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu profit sharing dan revenue sharing. Aplikasi kedua dasar bagi hasil ini pada umumnya dilakukan oleh industri perbankan syariah. Namun pada saat ini, bank syariah yang beroperasional semuanya menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing.

Bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing

kemungkinan yang terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibanding dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah.

Jika suatu bank menggunakan sistem profit sharing maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para pemilik dana akan semakin kecil, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga secara keseluruhan, tetapi apabila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil mereka, maka jalan satu-satunya


(59)

untuk menghindari risiko tersebut diatas yaitu dengan cara bank harus mengalokasikan sebagian porsi bagi hasil yang akan mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana.39 Sehingga para nasabah pemilik dana tetap berkeinginan untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah.

Selanjutnya terdapat faktor langsung dan faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil, diantaranya:

1. Faktor Langsung

Menurut Syafi’i Antonio diantara faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah:40

a. Invesment rate, merupakan presentase aktual dana yang dinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang telah tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah

dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio) diantaranya harus ditentukan pada

awal perjanjian, dapat berbeda-beda dari waktu ke waktu dalam satu bank

39

Abu Asma’ Kholid, “Hakikat Mudharabah”, As-sunnah, Edisi.3 (2006): h. 264.

40

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik¸ (Jakarta: Gema


(60)

2. Faktor Tidak Langsung41

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.

b. Kebijakan akunting

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

C. Ukuran Perusahaan (Total Asset)

Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik. 42

Menurut Asyanto ukuran perusahaan didefinisikan sebagai ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan ini hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Beberapa penelitian mengenai ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.Semakin besar

41

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h. 140.

42


(61)

total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset penjualan. 43

Total asset adalah jumlah keseluruhan kekayaan atau sumber ekonomika yang dikuasai perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Menurut Dewi Mayasari semakin besar asset yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Asset perusahaan berada pada posisi neraca yang mencerminkan kekayaan dan merupakan hasil penjualan dalam berbagai bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui besarnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah total asset yang dimiliki.44

Perusahaan yang mampu menghasilkan laba besar biasanya perusahaan yang memiliki kinerja baik dan berskala besar, dikarenakan pangsa pasar yang besar pula. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal serta memilki modal yang

43

Asyanto, “Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba ”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 27.

44

Dewi Mayasari, “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, Ukuran Perusahaan pada Industri Perbankan”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 35.


(62)

banyak. Sehingga perusahaan tersebut dapat menjalankan operasinya yang berdampak perusahaan akan menghasilkan laba yang besar pula.

D. Rasio Profitabilitas

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan denagn pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang digambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.45 Salah satu rasio keuangan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas.

Menurut Lukman Dendawijaya rasio profitabilitas adalah alat ukur untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.46

Sedangkan menurut Dewi Astuti rasio profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun masa datang.47 Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan (bank) adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, akan tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya.

45

Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008), h. 297.

46

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 118.

47

Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.


(63)

Secara keseluruhan, maka perusahaan (bank) pada umumnya menggunakan rasio profitabilitas sebagai berikut:

1. Gross Profit Margin

Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk. Dalam kondisi normal, Gross Profit Margin seharusnya positif karena menunjukkan apakah perusahaan dapat menjual barangnya diatas harga pokoknya. Bila Gross Profit Margin negatif, ada pertanda bahwa perusahaan tersebut rugi dari bisnis utamanya.48

Laba Kotor

Gross Profit Margin = --- x 100%

Penjualan

2. Net Profit Margin

Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya. Sama seperti Gross Profit Margin, perusahaan yang sehat seharusnya memiliki Net Profit Margin

positif (artinya bisnis tersebut mencetak laba bersih).49 Laba Bersih

Net Profit Margin = --- x 100%

Penjualan

48

Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 66.

49


(64)

3. Return on Asset (ROA)

Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Selain itu, rasio ini berfungsi untuk mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut.50

Laba Bersih

ROA = --- x 100%

Total Asset

4. Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam “memperkaya” pemegang sahamnya.51

Laba Bersih

ROE = --- x 100% Modal sendiri

50

Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer, h. 71.

51


(1)

terikat (ROA). Untuk total asset diperoleh angka probabilitas (signifikansi) 0.997 atau lebih besar dari 5% (0.05) sehingga dapat disimpulkan Hο diterima yang berarti tidak signifikan atau tidak ada pengaruh antara variabel total asset terhadap variabel terikat (ROA). Sedangkan variabel pendapatan bagi hasil secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Untuk pendapatan bagi hasil diperoleh angka probabilitas (signifikansi) 0.007 atau lebih kecil dari 5% (0.05) sehingga dapat disimpulkan Hο ditolak yang berarti signifikan dan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (ROA).

3. Berdasarkan tabel hasil uji regresi, variabel bebas (independent) yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat (ROA) adalah pendapatan bagi hasil.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis, maka rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagi berikut :

1. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga tahun penelitian. Diharapkan penelitian lain dapat meneliti dengan waktu penelitian yang lebih panjang sehingga akan menambah jumlah sampel. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), pendapatan bagi hasil, total asset dan satu variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA). Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambah jumlah variabel yang diteliti.


(2)

92

2. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metode regresi linier berganda dalam melakukan penelitian. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode-metode yang lain.

3.  Disamping itu perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni dengan menggunakan rasio lain selain rasio rentabilitas/profitabilitas yang mungkin dapat mempengaruhi Return on Asset (ROA). Karena berdasarkan hasil penelitian ini variabel bebas hanya mampu menjelaskan ROA sebesar 65.3%. Ini berarti 34.7% dipengaruhi oleh variabel selain ketiga variabel di atas. 4. Dari hasil penelitian ini, disarankan kepada industri perbankan syariah agar

masa yang akan datang industri perbankan syariah dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan, karena dengan jumlah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi hasil. Akan tetapi, dalam pemberian pembiayaan harus diperhatikan adanya pembiayaan yang macet, sehingga industri perbankan syariah dapat lebih selektif dalam menyalurkan dananya.


(3)

laba pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

.

Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 2007.

Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet.III. Jakarta:

Alvabet, 2003.

______________ Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet-IV. Jakarta:

Pustaka Alvabet, 2006.

Artesa, Ade dan Handiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan

Bank. T.tp, PT. Indeks, 2006.

Ascarya, Akad dan Produk bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008.

Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2004.

Asyanto. “Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba ”, Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan, Edisi.II. Bogor: Galia

Indonesia, 2005.

Fatimah, Iim. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, Skripsi S1 Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

G. Sevilla, Consuelo dkk, Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah

Aliwudin Tuwu. Jakarta: UI-Press, 1993.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.


(4)

94

Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga, 1999.

Harahap, Sofyan Safri. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : PT.

Bumi Aksara, 2006.

Husnan, Suad. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan

Jangka Pendek) Buku 2. Yogyakarta: BPFE, 1998.

Hosen, M. Nadratuzaman. Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa

Perbankan Syariah. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007.

Irawan dan Swastha, Lingkungan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE, 1986.

Jusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Accout Officer. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2007.

K. Lewis, Mervyn dan M. Algoud, Latifa. Perbankan Syariah.

Penerjemah Burhan Wirasubrata. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqh dn Keuangan, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004

Kholid, Abu Asma’. “Hakikat Mudharabah”, As-sunnah, Edisi.3, 2006.

Kashmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003.

Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Mayasari, Dewi. “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, Ukuran Perusahaan pada Industri Perbankan”, Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonesia, 2004.

______________ Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.II, Yogyakarta:

Ekonisia, 2005.

______________ Manajemen Pembiayaan bank Syariah. Yogyakarta:


(5)

Mulyono, Margo. “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan

Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia”, Jurnal

Manajemen, vol.I, no.1, April 2003.

Nachrowi dan Usman, Hardius. Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis

Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006.

Nazir, Moh. Metode Penelitian,cet.V,Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

Nugroho, Bhuono Agung Strategi Jitu Memilih Metode Statistika

Penelitian dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005.

Ramli, Abdurrahman. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF dan BOPO

terhadap Rentabilitas Bank Umum Syariah periode 2005-2007”. Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Santoso, Singgih. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo, 2000.

Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS .

Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006.

Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank, edisi-II. Jakarta: Bumi

Aksara,1992.

Sjahdeni, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata

Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama, 2007.

Subana dan Sudrajat. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: 2005.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan

Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia, 2004.

Sujoko, Efferia dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu

Pendekatan Praktis. Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2004.

Syafe’i, Rachmat. Fiqh Muamalah untuk IAIN PTAIS PTAIS dan Umum.

Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik ,Cet-I.


(6)

96

Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1995.

Umar, Husein Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet-VI.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Warsito, Hermawan. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1993.

Wijaya, Tony. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:

Universitas Atma Jaya, 2009.

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com http://www.bi.go.id

http://etd.eprints.ums.ac.id/3146/1/B200040378.pdf

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/uji-asumsi-klasik-regresi-berganda.html http://www.wikipedia.com


Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh financing to deposit ratio (FDR) dan return on asset (ROA) terhadap return bagi hasil deposito mudharabah: studi pada PT. Bank muamalat Indonesia, Tbk

0 4 1

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN CAPITAL ADEQUCY RATIO TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Indonesia)

0 4 87

PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN CAPITAL ADEQUCY RATIO TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Indonesia)

0 2 87

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset pada Bank Umum Syariah di Indonesia

1 8 96

Pengaruh Inflasi, Gross Domestic Product, Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

2 13 100

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA.

3 26 41

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Pembiayan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, dan Financing To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia ARTIKEL ILMIAH

0 0 16