TA : Pembuatan Film Bergenre Thriller Slasher Berjudul "Psychopath Test".

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : Ahmad Reza Zulfikar

NIM : 09.51016.0019

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... . xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Dampak Pem-bully-an ... 7

2.2 Psikopat ... 9

2.3 Film ... 10

2.4 Genre Pada Film ... 11

2.5 Proses Produksi ... 18

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 26

3.1 Metodologi ... 26

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.1.2 Teknik Analisis Data ... 31 Halaman


(3)

xii

3.2 Perancangan Karya ... 33

3.2.1 Pra Produksi ... 34

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 42

4.1 Pra Produksi ... 42

4.2 Produksi ... 44

4.2 Pasca Produksi ... 45

BAB V PENUTUP ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

BIODATA PENULIS ... 54


(4)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Screenshot dari film “Pintu Terlarang” ... 29

Gambar 3.2 Screenshot dari film “The Raid” ... 30

Gambar 3.3 Penarikan Kesimpulan ... 33

Gambar 3.4 Alur Perancangan Karya ... 33

Gambar 3.5 Storyboard“Psikopath Test” ... 40

Gambar 4.0 Proses Penataan Stock Shoot ... 46

Gambar 4.1 Proses Color Grading ... 47

Gambar 4.2 Proses sound editing ... 47

Gambar 4.3 Proses rendering ... 48

Gambar 4.4 Desain Pin ... 49

Gambar 4.5 Desain pada Mug ... 49

Gambar 4.6 Desain Poster ... 49 Halaman


(5)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisis STP ... 35 Tabel 3.2 Analisis Kelebihan dan Kekurangan ... 36 Tabel 3.3 Skenario “Psycopath Test” ... 38


(6)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Storyboard ... 55 Halaman


(7)

1 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Nels Ericson dalam makalahnya yang berjudul U.S. Department of Justice: Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention, Mem-bully adalah penggunaan kekuatan, ancaman, atau pemaksaan untuk mengintimidasi dalam memaksakan atas hak orang lain. Perilaku ini sering diulang dan menjadi kebiasaan (2013: 2). Perbuatan ini bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang akan berlalu dengan sendirinya seiring mereka dewasa. Menurut hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders, perilaku

bullying yang tidak ditangani dengan baik pada masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius di masa remaja dan dewasa, seperti: pelecehan seksual, kenakalan remaja, keterlibatan dalam geng kriminal, kekerasan terhadap pacar/teman kencan, pelecehan atau bullying ditempat kerja, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan/kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap orang tua sendiri. (Anesty, 2012)

Jika terus dilakukan maka korban dapat mengalami gangguan anti sosial. Menurut Roxanne Dryden-Edwards, MD dalam Antisocial Personality Disorder, gangguan kepribadian antisosial merupakan bentuk gangguan pada pikiran, tingkah laku, dan perasaan yang sama sekali berbeda dari kepribadian aslinya. (Sugiartoputri, 2012)


(8)

Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata

psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. (Nevid, 2005)

Contohnya, pelaku penembakan Adam Lanza di Sekolah Dasar Sandy Hook, Amerika Serikat, merupakan salah satu bukti bahwa psikopat pada umumnya adalah mereka yang memiliki gangguan kepribadian antisosial. Orang-orang di sekitar Adam memberikan pengakuan bahwa ia memang tidak mempunyai ketertarikan untuk berkomunikasi dan cenderung bertingkah aneh ketika berada di lingkungan sosial.

Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. (Nevid, 2005)

Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. (Barlow, 2006)


(9)

Permasalahan inilah yang akan diangkat dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Sebagai bumbu, film ini menggunakan genre thriller slasher. Genre ini memang sangat kurang di Indonesia. Bahkan di tahun 2013 film Indonesia bergenre thriller slasher bisa dikatakan tidak ada.

Pada tahun 2012, Indonesia bisa berbangga hati karena salah satu karya anak bangsa yang berjudul Rumah Dara sukses di pasaran dan kancah internasional. Rumah Dara berhasil menyabet piala di beberapa festival film di luar negeri. Film karya The Mo Brother ini awalnya merupakan film pendek. Film pendek yang masuk dalam film omnibus berjudul Takut: Faces of Fear. Karena pecinta film banyak yang menyukai film pendek ini maka dibuatlah film panjangnya.

Dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah film bergenre thriller slasher yang mengangkat kisah fiktif mengenai KDRT. Digunakan cerita fiktif agar penggunaan nama serta kasus KDRT yang tengah dibuat tidak merugikan pihak manapun.

Menurut Tim Dirks, genre thriller adalah genre film yang mengejar tujuan satu tujuan dimana terdapat bumbu-bumbu ketegangan untuk memberikan sensasi dan menjaga mood audiens hingga klimaks (Kurniasari, 2013). Ketegangan biasanya muncul ketika karakter utama ditempatkan dalam situasi yang mengancam atau misi melarikan diri dari situasi yang mustahil dan berbahaya (Frans, 2008). Genre ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam diri.


(10)

Film bergenre slasher adalah subgenre film horror. Slasher mempunyai ciri melibatkan seorang pembunuh psikopat misterius mengintai dan membunuh urutan korban biasanya dengan cara grafis kekerasan, seringkali dengan alat pemotong seperti pisau, kapak, atau gergaji (Prastista, 2008). Hilman dalam bukunya yang berjudul Memahami Film (Pratista, 2008), genre slasher terpisah menjadi dua sub-bagian: satu bagian mengenai identitas pembunuh yang diketahui sejak awal dan hanya dimunculkan bagian masa lalu dan pembunuhnya, dan satu lagi adalah identitas pembunuh yang tidak diketahui dan pada akhirnya memunculkan akhir cerita yang tidak diduga.

Film ini bercerita mengenai kepribadian seorang perempuan yang agak terganggu karena KDRT yang dilakukan ayah pada ibunya sehingga membuat ibunya meninggal. Perempuan yang bernama Ami ini mengalami gangguan jiwa saat ayahnya yang baru keluar dari penjara mencoba memerkosa dia. Kenangan itu menghantui Ami hingga dia dewasa.

Harapan dengan dibuatnya film bergenre thriller slasher berjudul “Psychopath Test” yaitu untuk menambah referensi bagi filmmaker yang lain dan variasi genre thriller slasher di Indonesia serta diharapkan masyarakat paham bahwa kekerasaan dalam rumah tangga dapat berdampak buruk bagi anak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, bisa dirumuskan masalah yang akan dikaji, yaitu bagaimana membuat film bergenre thriller slasher dengan mengangkat cerita bertema pem-bully-an dan psikopat?


(11)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah, maka pembatasan masalah dari proyek tugas akhir ini adalah:

1. Membuat film dengan durasi + 60 menit.

2. Membuat film yang ditujukan pada pecinta film pendek berumur 18 - 35 tahun.

3. Film yang didalamnya terdapat cerita mengenai pem-bully-an dan psikopat.

1.4 Tujuan

Pembuatan film pendek ini bertujuan:

1. Membuat film thriller slasher berjudul “Psycopath Test”.

2. Membuat film bergenre thriller slasher dengan mengangkat cerita tentang pem-bully-an dan psikopat.

1.5 Manfaat

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan film pendek ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang dampak pem-bully-an dan psikopat melalui film. b. Sebagai film referensi bagi mahasiswa yang akan membuat film bergenre


(12)

2. Manfaat praktis

a. Film yang mengangkat tentang terganggunya kejiwaan seseorang diharapkan bisa diangkat dalam sebuah film komersial Indonesia.

b. Investor perfilman Indonesia mau membiayai film bergenre thriller slasher.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa apa yang terlihat belum tentu sama dengan isi di dalamnya.


(13)

7 2.1 Dampak Pem-bully-an

Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.

Hilda menjelaskan bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas. Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja, kriminalitas, gangguan psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri. Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun korbannya (Marsh, 2003).

Bullying juga berpengaruh pada sekolah dan masyarakat. Sekolah tempat bullying terjadi seringkali dicirikan dengan:

1. Para siswa yang merasa tidak aman di sekolah

2. Rasa tidak memiliki dan ketidakadaan hubungan dengan masyarakat sekolah 3. Ketidakpercayaan di antara para siswa


(14)

4. Pembentukan gang formal dan informal sebagai alat untuk menghasut tindakan bullying atau melindungi kelompok dari tindak bullying

5. Tindakan hukum yang diambil menentang sekolah yang dilakukan oleh siswa dan orang tua siswa

6. Turunnya reputasi sekolah di masyarakat

7. Rendahnya semangat juang staf dan meningginya stress pekerjaan 8. Iklim pendidikan yang buruk Marsh dalam Sanders (Anesty, 2009).

Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders (Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited suicide).

Ericson (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul


(15)

dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.

Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya self-esteem, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa. Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi dan agresi.

2.2 Psikopat

Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche

yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.

Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan (Nevid, 2005).


(16)

Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri (Barlow, 2006).

Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan (Nevid, 2005).

2.3 Film

Menurut Askurifal Baksin dalam bukunya Membuat Film Indie Itu Gampang (2003: 1) dijelaskan, bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara, entah dalam drama, horor, komedi dan action. Film dapat berupa deretan kata-kata (Kristanto, 2011). Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari novel, kisah nyata atau kisah rekaan, riwayat hidup, sandiwara radio atau komik sebagai sumber penceritaan. Film akan mencerminkan kehidupan masyarakat saat itu, seperti kehidupan sosial suatu masyarakat, impian suatu masyarakat, dan lain-lain.


(17)

Zaharuddin G. Djalle dalam bukunya The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max (2006: 1), menjelaskan bahwa film biasa digunakan untuk merekam suasana, mengemukakan sesuatu dan memenuhi kebutuhan umum sehingga film dapat dianggap sebagai media audio visual yang paling efektif dalam menyampaikan pesannya.

2.4 Genre pada film

Film sebagai hiburan masyarakat telah berkembang kearah industri dan menghasilkan beberapa sineas atau pemuat film. Dalam pembuatan film sineas tadi memiliki sebuah idealisme dalam menentukan tema untuk membungkus cerita agar dapat diterima oleh penontonnya. Ada beberapa genre antara lain: drama, action, horror, thriller, fantasi, perang dan ilmiah.

Namun dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu sama lain (mix genre) seperti horor-komedi, western-komedi, horror-science fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan sub-genre, contohnya dalam genre komedi dikenal sub-genre seperti screwball comedy, situation comedy (sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan sebagainya.

Dalam tugas akhir ini digunakan dua genre utama yaitu genre thriller dan slasher.


(18)

2.4.1 Genre Thriller

Kata thriller berasal dari kata bahasa Inggris yang dapat diartikan secara bebas sebagai "petualangan yang mendebarkan". Tipe alur ceritanya biasanya berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang, dan mendapatkan berbagai bantuan yang kebetulan sangat dibutuhkan yang harus menggagalkan rencana-rencana kejam para penjahat yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya.

Thriller seringkali mengambil tempat (dalam seluruh atau sebagian cerita) di lokasi-lokasi eksotis seperti kota-kota di luar negeri, gurun, kutub bumi atau di tengah-tengah lautan. Para jagoan dalam cerita ini biasanya adalah orang-orang berwatak keras yang terbiasa menghadapi bahaya: para petugas penegak hukum, mata-mata, tentara, pelaut atau pilot/penerbang. Namun kadang-kadang para jagoan ini adalah juga orang biasa yang terbawa pada bahaya secara tidak sengaja. Walau para jagoan ini biasanya adalah pria, jagoan-jagoan wanita menjadi semakin lumrah belakangan ini.

Cerita-cerita thriller seringkali sangat mirip dengan cerita-cerita misteri, tapi dapat dibedakan lewat struktur alur ceritanya. Dalam sebuah thriller, seorang jagoan harus menggagalkan rencana seorang musuh daripada membuka tabir sebuah tindakan kriminal yang telah terjadi. Thriller juga berlangsung dalam skala yang lebih besar: tindakan-tindakan kriminal yang harus digagalkan/dihentikan adalah pembunuhan berantai atau massal, terorisme, pembunuhan orang-orang penting atau usaha-usaha untuk menggulingkan pemerintahan suatu negara. Konfrontasi yang penuh bahaya dan kekerasan adalah elemen alur cerita


(19)

thriller yang standar. Kalau sebuah cerita misteri berakhir ketika misteri tersebut berhasil dibongkar, sebuah cerita thriller berakhir ketika sang jagoan akhirnya berhasil mengalahkan sang penjahat, menyelamatkan dirinya sendiri dan nyawa orang lain. Dalam thriller yang dipengaruhi oleh film noir dan tragedi, jagoannya seringkali kehilangan nyawa dalam usahanya tersebut.

Belakangan ini, ketika thriller semakin banyak dipengaruhi oleh tampilan-tampilan horor dan horor-psikologis dalam budaya pop, sebuah elemen yang menakutkan atau menjijikkan telah menjadi hal yang wajar untuk meningkatkan ketegangan. Perbedaan yang sama juga memisahkan thriller dari tipe-tipe cerita lainnya: petualangan, mata-mata, hukum, perang, fiksi kelautan dan lain-lain. Thriller tidak ditentukan dari inti perkaranya, tapi lebih dari bagaimana inti perkara tersebut dipecahkan. Banyak cerita thriller yang melibatkan petualangan mata-mata dan agen rahasia, tapi tidak semua cerita mata-mata adalah cerita thriller.

Thriller dapat meliputi sub-tipe berikut ini (yang bisa meliputi elemen dari tipe cerita lainnya):

1. Action Thriller - karya tipe ini seringkali berupa situasi berpacu dengan waktu, menampilkan banyak adegan kekerasan dan seorang tokoh antagonis yang jelas. Film-film tipe ini menggunakan banyak senjata, ledakan dan perlengkapan yang sangat banyak untuk merekam adegan-adegannya. Film-film ini seringkali memiliki elemen Film-film misteri dan Film-film kriminal, tapi elemen-elemen ini tidak ditonjolkan. Contoh-contoh paling jelas untuk tipe


(20)

ini adalah film-film James Bond, The Transporter, dan novel/film Jason Bourne (Bourne Identity, Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum).

2. Conspiracy Thriller - karya tipe ini menampilkan seorang jagoan yang menghadapi sebuah kelompok musuh yang berkuasa dimana suatu kebenaran dari perjuangannya itu hanya jagoan tersebut yang tahu. The Chancellor Manuscript dan The Aquitane Progression karya Robert Ludlum masuk dalam kategori ini, seperti juga film-film Three Days of the Condor dan JFK. 3. Crime Thriller - karya tipe ini adalah gabungan dari thriller dan film kriminal

yang menampilkan cerita tegang dari sebuah atau beberapa tindakan kriminal yang sukses atau gagal. Film-film ini lebih berfokus pada tokoh penjahatnya daripada pada pihak polisi. Tipe ini biasanya menekankan faktor adegan aksi daripada aspek psikologis. Topik utama dari film-film ini termasuk pembunuhan, perampokan, pengejaran, baku-tembak, dan pengkhianatan. Contohnya adalah film The Killing, Seven, Reservoir Dogs, Inside Man, and The Asphalt Jungle.

4. Disaster Thriller - karya tipe ini menceritakan konflik yang terjadi karena bencana yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia, seperti banjir, gempa bumi, badai, letusan gunung berapi, dan bencana alam lainnya, atau bencana nuklir sebagai bencana yang disebabkan oleh manusia. Contoh film tipe ini seperti Twister, Perfect Storm, dan Volcano.

5. Psychological Thriller - karya tipe ini memiliki elemen thriller yang menitikberatkan pada tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing karakter. Film-film tipe ini biasanya berjalan lebih lambat dan melibatkan


(21)

banyak pengembangan karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh kejutan. The Illusionist, The Number 23, The Sixth Sense, dan The Prestige adalah contoh-contoh film tipe ini.

6. Eco-Thriller - dalam karya ini sang tokoh protagonis harus menghindarkan atau memperbaiki sebuah bencana alam atau bencana biologis, disamping harus berhadapan dengan musuh-musuh atau tantangan-tantangan yang ada di cerita thriller lainnya. Komponen lingkungan hidup seringkali menjadi pesan utama atau tema dari cerita. Contoh tipe thriller ini adalah The Loop karya Nicholas Evans, Echoes in the Blue karya C. George Muller, dan Elephant Song karya Wilbur Smith. Semua karya ini menonjolkan masalah-masalah lingkungan hidup yang nyata.

7. Erotic Thriller - tipe ini menggabungkan unsur erotis dan thriller. Tipe ini menjadi laris sejak era 1980-an dan berkembangnya penetrasi pasar VCR (salah satu tipe perangkat pemutar kaset video). Termasuk dalam tipe ini adalah film-film Basic Instinct dan Fatal Attraction.

8. Horror Thriller - dalam tipe ini, konflik antara tokoh-tokoh di dalamnya terjadi secara mental, emosional dan fisik. Dua contoh terbaru dari tipe thriller ini adalah film-film Saw dan 28 Days Later karya Danny Boyle. Apa yang paling membedakan Horror Thriller adalah elemen ketakutan yang dijunjung sepanjang cerita. Tokoh-tokoh utamanya tidak hanya berhadapan dengan musuh yang lebih kuat, tapi pada akhirnya mereka menjadi korban setelah merasakan ketakutan yang luar biasa akibat menarik perhatian sang


(22)

musuh/monster. Contoh film lainnya adalah Psycho karya Alfred Hitchcock dan Silence of the Lambs karya Thomas Harris.

9. Legal Thriller - Para pengacara jagoan berhadapan dengan musuh-musuh mereka dalam tipe thirller ini, baik di dalam maupun di luar ruang persidangan, baik membahayakan kasus yang mereka perjuangkan maupun nyawa mereka sendiri. The Pelican Brief karya John Grisham adalah contoh terkenal dari film bertipe ini.

2.4.2 Genre Slasher

Genre film slasher bisa terpisah menjadi dua sub-bagian: satu bagian mengenai identitas pembunuh yang diketahui sejak awal dan hanya dimunculkan bagian masa lalu dan pembunuhnya, dan satu lagi adalah identitas pembunuh yang tidak diketahui dan pada akhirnya memunculkan akhir cerita yang tidak diduga.

Vera Dika (Dika, 1987) dalam bukunya yang berjudul Games of Terror, mendefinisikan film slasher berdasarkan struktur plotnya yang klise. Dia mengkategorikan film jagal secara luas mengikuti formula ini:

Kejadian masa lalu

1. Sebuah grup anak muda bersalah dalam sebuah kejadian (kebanyakan melibatkan pembunuhan).

2. Pembunuh melihat kesalahan itu, biasanya pembunuh itu mempunyai kedekatan dengan yang terbunuh.

3. Pembunuh merasakan kehilangan


(23)

Kejadian sekarang

1. Sebuah peristiwa memperingatkan kejadian lampau tersebut. 2. Kekuatan pembunuh itu muncul kembali.

3. Pembunuh mengidentifikasi anggota yang bersalah.

4. Secara opsional, seorang tua memperingatkan grup anak muda tersebut. 5. Grup itu memutuskan untuk tidak peduli.

6. Muncul satu atau beberapa orang yang mulai memperdulikan. Pahlawan film mulai terlihat disini.

7. Pembunuh mulai menguntit dan meneror grup itu.

8. Anggota grup itu pada beberapa film terdapat satu orang dari pihak berwajib. 9. Satu-persatu, anggota grup muda itu dibunuh oleh sang pembunuh.

10. Pahlawan film itu melihat pembunuhan itu (serta pembunuhnya). 11. Pehlawan film melakukan perlawanan dengan pembunuh.

12. Pahlawan film membunuh atau mengalahkan sang pembunuh. 13. Pahlawan film selamat.

14. Tapi pahlawan film tidak bebas, dalam sekuel ia bisa mati terbunuh, bisa juga tidak.

Dia kemudian melanjutkan pada penonton film yang bisa dibagi menjadi tiga bagian:

1. Katarsis—Berusaha lepas dari ketakutan yang ada pada hari itu.

2. Rekreasi—Mencari sebuah pengalaman yang menegangkan dan menakutkan. 3. Pemindahan—Gairah seksual penonton yang ingin melihat karakter yang


(24)

2.5Proses Produksi

Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahan dari ilmu sinematrografi. Dimana disesuaikan oleh kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

1. Tata kamera

Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya adalah camera angle atau sudut kamera. Menurut gerzon, dalam pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton, karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.

Askurifai Baskin (2009) menjelaskan tipe angel kamera di bagi menjadi 2 jenis antara lain :

a. Angle Kamera Obyektif

Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obeyektif antara lain.


(25)

1) High Angle

Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan berbeban berat.

2) Eye Angle

Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek. Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton sejajar.

3) Low Angle

Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya

4) Frog Aye

Merupakan teknik penggngambilan gambar yang dilakukan dngan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek. Penggambilan ini dilakukan agar menimbulkan efek penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu pemandanagan yang aneh atau ganjil.


(26)

b. Angle Kamera Subyektif

Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:

1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.

2) Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh pemain yang memandang ke luar layar tersebut.

3) Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun dengan cara seperti ini.

c. Angle kamera point of view

Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v

diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain


(27)

subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up

pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shot.

2. Ukuran Gambar (frame size) atau Komposisi

Bagi seorang pembuat film dokumenter harus memiliki pemahaman tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya. Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan enggan melepaskan dalam sekejap mata pun terhadap gambar yang kita tampilkan.

Secara sederhana, Askurifai Baskin menjelaskan, komposisi berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view finder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing.

Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus

mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya dalam


(28)

disebut dengan shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan.

Dalam teori perfilman Gerzon (2008) menjelaskan beberapa shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain:

a. Extreme Long Shot (ELS)

Gambar ini memiliki komposisi sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Tujuannya unutk memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu tempat.

b. Very Long Shot (VLS)

Gambar ini mempunyai komposisi panjang , jauh, dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak.

c. Long Shot (LS)

Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek berada. Biasanya gambar ini digunakan pada sebagai opening shot (biasanya zoom in hingga ke medium shot untuk menggambarkan wajah tokoh yang bersangkutan lebih detail).


(29)

d. Medium Long Shot (MLS)

Komposisi gambar ini cenderung lebih menekankan kepada obyek, dengan ukuran ¼ gambar (LS) yang bertujuan memberikan kesan padat pada gambar.

e. Medium Shot (MS)

Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari tangan hingga ke atas kepala seingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.

f. Medium Close Up (MCU)

Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga memberikan kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.

g. Close Up (CU)

Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu adegan.

h. Big Close Up (BCU)

Adakah memiliki komposisi lebih dalam dari pada CU sehingga bertujuan menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi


(30)

kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu.

i. Extreme Close Up (ECU)

Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.

j. Over Shoulder Shot (OSS)

Adalah komposisi penggambilan gambar dari punggung atau bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi ini membantu untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame dan mendapatkan “fell” saat menatap seseorang dari sudut pandang orang lain.

3. Gerakan Kamera Komposisi

Dalam buku Askurifal Baskin (2009), Untuk menciptakan gambar yang dinamis dan dramatis, kita perlu mengenal macam -macam gerakan kamera. Antara lain:

a. Zooming

Adalah suatu pergerakan lensa kamera menuju (in) objek atau menjauh (out) dengan posisi kamera diam ditempat. Sehingga menimbulkan efek membesar bila mendekat (in) dan mengecil bila menjahuh (out). framing.


(31)

b. Tilting

Adalah suatu gerakan kamera keatas (up) dan kebawah (down)

tanpa memindahkan posisi kamera. Gerakan ini penonton memiliki kesan penasaran yang ditimbulkan dengan cara perlahan.

c. Paning

Adalah gerakan kamera ke kanan (pan right) dan ke kiri (pan left) tanpa memindahkan posisi kamera. Efek yang ditimbulkan sam dengan gerakan tilting.

d. Follow

Adalah gerakan kamera mengikuti objeknya. Sehingga gambar yang dihasilkan lebih berfariasi, agar gambar tak terlalu shaking


(32)

26

Pada Bab III ini dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan karya dalam pembuatan film bergenre

thriller slasher berjudul Psycopath Test.

3.1 Metodologi

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan metode ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Indranata, 2008: 2). Untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam pembuatan film bergenre thriller slasher berjudul Psychopath Test

ini diperlukan suatu metode.

Penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses mengungkapkan rahasia sesuatu yang belum diketahui, dengan mempergunakan metode atau cara bekerja yang sistematik dan terarah. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini digunakan metodologi kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu cara mengeksplorasi kedalaman, kekayaan dan kompleksitas fenomena (Indranata: 4). Karena itu tipe penelitian ini tidaklah mengutamakan uji hipotesis/teori seperti metode kuantitatif yang berusaha menemukan sebab-akibat tetapi mengembangkan teori. Menurut Borg dan Gall (1988) mengungkapkan yang termasuk metode kuantitatif adalah metode penelitian eksperimen dan survei, sedangkan yang termasuk dalam metode kualitatif yaitu metode naturalistik


(33)

(Indranata, 2008: 2). Iskandar Indranata menjelaskan penelitian kualitatif obyeknya adalah manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Data kualitatif tidak memiliki pembanding yang pasti karena kebenaran yang ingin dibuktikan bersifat relatif. Data itu dapat berupa pandangan atau pendapat, konsep-konsep, keterangan, kesan-kesan, tanggapan-tanggapan dan lain-lain tentang sesuatu atau keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia (Indranata, 2008: 5).

Menurut Lincoln dan Guba (1985) metode kualitatif mempunyai sembilan ciri sebagai berikut: (1) penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau konteks dari suatu keutuhan, (2) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama, (3) penelitian kualitatif menggunakan metode berupa pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen, (4) data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka, (5) penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif, (6) penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil, (7) penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan, (8) penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data, (9) penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian (Indranata: 19).


(34)

Dalam hal ini penelitian fokus pada bagaimana membuat film bergenre thriller slasher dan dampak permasalahan kekerasan dalam rumah tangga di masyarakat yang berkaitan dengan film di Indonesia.

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur merupakan mengambil ilmu dari buku-buku yang mendukung dan sesuai dengan film bergenre thriller slasher dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini terutama yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga hingga menyebabkan psikologi abnormal. Studi pustaka yang dilakukan adalah melalui buku rujukan mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga, psikologi abnormal, pembuatan film dan skenario.

2. Studi Eksisting

Studi Eksisting merupakan sebagai referensi dalam mengerjakan Tugas Akhir. Studi Eksisting berguna untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam karya di Tugas Akhir. Beberapa video yang menjadi kajian yaitu:


(35)

a. Film Indonesia berjudul Pintu Terlarang (2008).

Pada kajian studi eksisting ini, film Indonesia yang disutradarai oleh Joko Anwar berjudul “Pintu Terlarang” merupakan karya yang akan dikaji. Pintu Terlarang merupakan film panjang yang bergenre drama psychology thriller. Dipilihnya karya ini karena penggunaan genre yang sama dengan genre pada film pendek yang akan dibuat. Gambar 3.1 merupakan screenshot dari film “Pintu Terlarang”.

Gambar 3.1 Screenshot dari film “Pintu Terlarang” (sumber: olahan peneliti)

Pada film ini unsur drama dan thriller dapat berjalan seimbang. Yang dimaksud unsur drama adalah scene-scene yang menggambarkan kehidupan tokoh utama. Saat dimana tokoh sendirian lalu bertemu dengan perempuan


(36)

yang membuatnya jatuh cinta. Sedangkan unsur thriller disini adalah scene-scene menegangkan saat si tokoh membunuh orang-orang yang ia curigai.

b. Film Indonesia berjudul “The Raid”

The Raid merupakan film karya anak bangsa yang berhasil menembus kancah internasional. Film yang disurtadarai oleh Garteh evans ini berkisah mengenai seorang pasukan yang awalnya disepelekan orang senior karena dirasa tidak mampu diandalkan. Namun kemampuan dia dalam melawan musuh dan bertahan patut diacungi jempol. Bahkan dia mampu membantu teman yang susah saat penyerangan.

Gambar 3.2 Screenshot film “The Raid” (sumber: olahan peneliti)

Film ini bercerita tentang Rama seorang calon ayah dan perwira elit baru dalam time lit polisi yang dipimpin oleh Sersan Jaka. Mereka tiba di blok apartemen Tama dibawah petunjuk Letnan Wahyu. Setelah berpapasan dengan Gofar, salah seorang penghuni apartemen yang membawa obat


(37)

untuk istrinya yang sakit, mereka menerobos ke dalam gedung dan secara hati-hati mengamankan para penjahat penghuni gedung dengan dibungkam dan diikat. Mulai dari lantai dasar lalu bergerak naik, mereka secara terencana menyusup dalam blok apartemen sampai mereka mencapai lantai enam. Sayangnya tim ini tercium oleh pengintai. Dia lari dan memberitahu temannya sebelum ia ditembak dan meninggal oleh peluru dari Letnan Wahyu. Peringatan tersebut mencapai Tama dan anak buah kepercayaannya, Mad Dog.

3.1.2 Teknik Analisis Data

Dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Pendidikan (Sukardi, 2006: 72) dikatakan bahwa ada beberapa elemen penting dalam analisis data yang penting dalam analisis data kualitatif yang perlu terus diingat oleh setiap peneliti dalam melakukan kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang didapat dari studi literature dan studi eksisting. Data yang dipilih merupakan hasil yang terkait dengan tema persahabatan dan pembunuhan.

2. Menampilkan Data

Miles & Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Santrock, 1998: 23). Dalam penelitian ini, berikut merupakan data-data yang diperoleh.


(38)

a. Analisis Data Studi Literatur

Hasil Dari buku “My Life as Film Director” milik Haqi Achmad, diperoleh data mengenai seluk beluk skenario. Bagaimana membangun cerita yang berasal dari ide dituangkan menjadi blueprint suatu film.

Dari buku “The Art of Moviemaking: Script to Screen” milik Richard Beck Peacock, diperoleh data mengenai perubahan media sebuah skenario dari media cetak ke media audio-visual. Di dalam buku itu dijelaskan pula proses pembuatan film seperti proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Tidak hanya itu, diakhir sesi disisipkan tanya jawab penulis buku pada beberapa ahli. Sebagai contoh, di bab yang membahas “The Cinematographer” disisipi tanya jawab si penulis, Richard dengan Bill Pope, DOP (Director of Photography) dari film “The Matrix (1999)”.

Dari buku “Psikologi Abnormal” milik V. Mark Durand dan David H. Barlow, diperoleh data mengenai psikopat atau yang lebih dikenal dengan sebutan penderita antisocial personality disorder (gangguan kepribadian antisosial) yang lebih sering melibatkan ketidakpedulian terhadap hak-hak orang lain. b. Analisis Data Studi Eksisting

Setelah melakukan studi eksisting, maka ada beberapa data yang diperoleh. Dalam film “Pintu Terlarang” genre thriller dan slasher dapat digabungkan. Sedang dalam film “The Raid”, data yang bisa diambil adalah adegan fight dan sound mencekam yang diciptakan oleh komposer audio.


(39)

c. Verifikasi Data

Pada langkah verifikasi dilakukan menarikan kesimpulan. Kesimpulan inilah yang digunakan dalam merancang konsep dalam tugas akhir ini.

Gambar 3.3Penarikan kesimpulan (sumber: olahan peneliti) 3.2 Perancangan Karya

Adapun langkah-langkah dalam urutan pembuatan film pendek berjudul Percaya adalah sebagai berikut

Gambar 3.4 Alur Perancangan Karya (sumber: olahan peneliti)


(40)

Pembuatan film pendek ini diawali dengan pencarian ide dan ditambah data yang berasal dari studi literatur dan studi eksisting. Setelah fix, konsep pun jadi. Maka langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis. Sinopsis berkembang menjadi skenario. Pada skenario yang telah final, bisa diketahui shot list, setting lokasi, peralatan syuting yang akan dipakai dan dana yang diperlukan. Semua itu masuk ke dalam proses pra produksi. Untuk produksi, yang dilakukan adalah merekam gambar dan suara. Untuk memudahkan editing, saat syuting, jangan lupa menulis laporan pada script continuity report. Pada proses pasca produksi, dilakukan pemilihan gambar, yang lalu disusun sesuai skenario, dan diberi audio yang mendukung. Jika telah fix, maka langkah selanjutlah adalah render.

3.2.1 Pra Produksi 1. Ide dan Konsep

Berdasarkan bagan perancangan karya di atas, tahap pertama dalam pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide dapat diperoleh dari gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur cerita yang sudah ada (Wright, 2005: 39-43).

Berawal dari seringnya menonton film di bioskop mau pun meminjam DVD/VCD di rental dan menemukan fakta bahwa kebanyakan genre film Indonesia adalah drama dan horor.

Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu thriller dan slasher. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film bergenre thriller adalah fokus cerita yang tidak ditentukan


(41)

dari inti perkaranya, tapi lebih dari bagaimana inti perkara tersebut dipecahkan. Proses menceritakan perkara dari awal hingga mencapai akhir membutuhkan durasi yang lama. Apalagi jika film itu menceritakan tentang seorang detektif yang sedang mengungkap sebuah kasus.

Untuk membantu memperjelas konsep maka dicari analisa STP (Segmenting, Targeting, Positioning), analisa Kelebihan Kekurangan dan analisa konsep cerita.

a. Analisa STP (Segmenting, Targeting, Positioning)

Analisa STP (Segmentation, Targeting, positioning) sangat penting untuk menentukan target audience. Segmentation dan targeting merupakan pembagian target audience berdasarkan letak geografis, segi demografis, serta segi psikografis. Sedangkan positioning merupakan penempatan karya dalam fungsinya untuk audience. Tabel 3.1 Analisis STP

STP Project

Segmentation & Targeting

Geografis

Ukuran keluarga: Kota besar Kepadatan : Tengah kota

Demografis

Usia: 18 – 35 Gender : Umum L/P

Ukuran Keluarga: 4+ (sedang) Siklus keluarga: sendiri Pendidikan: Kuliah Psikografis Kelas sosial : menengah

Positioning

Film yang bercerita tentang seorang anak perempuan yang ingin membalas dendam atas


(42)

masa lalunya yang buruk ini diposisikan sebagai karya untuk menambah film bergenre thriller slasher di Indonesia.

b. Analisis Kelebihan dan Kekurangan

Analisis kelebihan dan kekurangan ini terdapat dalam karya. Dalam analisis ini juga terdapat analisis tentang kesempatan yang mungkin diperoleh, juga analisis tentang hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki.

Tabel 3.2 Analisis Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Kekurangan

- Penggabungan genre thriller-slasher

- Talent tidak berasal dari dunia teater. Mimik wajah kurang menjiwai.

Dari table diatas, dapat diketahui dalam film pendek ini kelebihan dengan menggunakan genre thriller dan slasher lalu mengangkat cerita mengenai pembunuhan yang mewarnai persahabatan antar 2 orang. Selain itu dalam segi kekurangan, karena menggunakan talent yang tidak berasal dari dunia teater, mimik wajah kurang menjiwai.

2. Karakter

Dalam film pendek ini ada 6 karakter dengan 3 karakter utama dan 3 karakter pembantu dan yang lainnya adalah cameo.


(43)

Mahasiswi pendiam yang sering menjadi bahan ejekan di kampus. b. Dipo

Pacar Freesa ini punya maksud terselubung saat ia mengajak timnya mengerjakan tugas di rumah Ami.

c. Freesa

Perempuan ini suka mengintimidasi Ami dan merupakan salah satu orang yang sering mengejek Ami.

d. Restu

Adik Dipo yang meninggal karena ulah Ami. Karena hal inilah Dipo ingin balas dendam pada Ami.

e. Benni

Mahasiswa yang sering titip nilai di mahasiswa lain. Tapi karena si Elang ikut mengerjakan, dia ikut ke rumah Ami.

f. Elang

Mahasiswa killer yang tidak peduli dengan sekitar. Tapi karena menjadi mahasiswa akhir dia mulai mengejar dengan ikut mengerjakan tugas.

3. Skenario

Skenario adalah naskah tulis untuk sandiwara, film, atau sinetron secara rinci dari adegan-adegan yang disusun (Atmowiloto, 2011: 178). Dari skenario dapat diketahui soal jalan cerita, bukan hanya soal


(44)

karakterisasi pemain, melainkan juga gambaran perkiraan pembiayaan, atau bahkan kira-kira siapa yang akan memainkan.

Tabel 3.3 Skenario Psikopath Test Scene 1

INT. Siang – Rumah – Kamar Ami

Seorang laki-laki tua masuk ke kamar Ami dan mengunci pintu. Ami sedang berganti baju. Ami dihempaskan ke tempat tidur. Laki-laki tua menaiki Ami. Ami meronta-ronta minta tolong.

Scene 2

INT. Pagi – Rumah – Kamar Ami

Ami membuka mata. Ia baru saja bermimpi buruk. Ami mengusap keringat di dahinya sembari minum air mineral yang tersedia di samping tempat tidurnya. Ami duduk di tepi tempat tidur. Scene 3

INT. Pagi – Kampus – Lorong

Ami, seorang perempuan yang dikepang dua, berjalan kaku di sepanjang lorong. Tatapannya ke bawah, ia tidak memperhatikan sekelilingnya. Beberapa orang memperhatikan namun hanya lewat saja.

Scene 4

INT. Pagi – Kampus – Ruang kelas

Dosen mengajar di depan. Dua orang yang tepat duduk di depan Ami sedang berpacaran. Mereka bergandengan tangan. Tiba – tiba

seseorang masuk kelas. Dia terlambat tapi dosen tidak banyak komentar. Dia bernama Benni. Setelah Benni masuk, muncul Elang dari belakang Benni. Ia juga terlambat tapi dosen juga tak banyak reaksi. Dua orang itu duduk di belakang Ami. Saat Ami menoleh, Benni menendang bagian belakang bangku Ami.

BENNI

Apa kamu liat – liat !!! Ami kembali konsen ke depan.

PAK DOSEN


(45)

secara berkelompok. Bapak telah menentukan kelompok – kelompok ini. Sekarang coba kalian dengarkan. Kelompok 1, Udin, Rita, Fransiska, Jeremi dan Lala; Kelompok 2 Ami, Elang, Benni, Dipo dan

Freesa; Kelompok 3…. BENNI

(ngerasani Ami) Sekelompok sama dia Lang

ELANG

Enak toh. Kita bisa nitip nama di dia dan nggak usah kerja FREESA

(langsung nyahut)

Enak aja. Nggak ada yang boleh nitip nama, semua harus kerja (melirik Ami)

Ck! Ada dia. Untung sekelompok sama Dipo, kalau nggak aku minta tukar orang

DIPO

Kapan bisa kerja bareng BENNI

Terserah, ngikut aja ELANG Di rumah dia (menunjuk Ami)

Bakal jadi berita menarik kalau ada yang kerja bareng makhluk aneh ini. Apalagi kerja di rumahnya. Kita bakal dapat nobel perdamaian.

FREESA (nadanya tidak terima)

Apa? DIPO Setuju! BENNI Oke FREESA (menatap Dipo) Bebeb! DIPO


(46)

PAK DOSEN Kelas saya akhiri sekarang

Pak dosen meninggalkan kelas. Diikuti Elang, Benni dan hampir seluruh mahasiswa. Tinggal Ami, Dipo dan Freesa di kelas. Setelah Dipo merapikan buku dan memasukkan ke tas, Freesa menggandeng dan (agak) menyeret Dipo keluar kelas. Ami sendirian di kelas. Ia sedang menulis.

Skenario dibuat ketika sinopsis telah selesai dirancang. Dalam skenario ini terdapat setting lokasi, nama tokoh, apa yang sedang dikerjakan tokoh dan dialog. Setelah skenario fix, dibuatlah storyboard.

4. Storyboard

Storyboard adalah kumpulan grafis dalam bentuk ilustrasi atau gambar yang ditampilkan secara berurutan untuk tujuan mempravisualkan film, animasi ataupun interaktif.


(47)

Gambar di atas merupakan salah satu storyboard film pendek berjudul “Psycopath Test”.

5. Jadwal

No. Kegiatan Okt Nov Des Jan

1. Pra Produksi 2. Produksi 3. Pasca Produksi 4. Laporan

6. Anggaran Dana

Pengeluaran Keterangan Jumlah

Pra produksi Cek lokasi Rp 200.000,-

Pulsa Rp 100.000.-

Pinjam alat suting Rp 3.500.000,-

Produksi Konsumsi Rp 1000.000,-

Parkir, uang jalan, bensin

Rp 500.000,-

Pasca produksi Konsumsi editor Rp 500.000,-


(48)

42

Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film pendek yang berjudul ”Psycopath Test”, sebagai berikut:

4.1 Pra-produksi

Gambar 4.1 Pra Produksi

Gambar di atas merupakan alur perancangan untuk pra produksi dalam menyelesaikan film pendek ini. Berikut merupakan tahap-tahap alur perancangan pra produksi:

1. Tahap pertama dalam pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide dapat diperoleh dari gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur cerita yang sudah ada (Wright, 2005: 39-43).


(49)

Berawal dari seringnya menonton film di bioskop mau pun meminjam DVD/VCD di rental dan menemukan fakta bahwa kebanyakan genre film Indonesia adalah drama dan horor.

Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu thriller. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film bergenre thriller adalah fokus cerita yang tidak ditentukan dari inti perkaranya, tapi lebih dari bagaimana inti perkara tersebut dipecahkan. Proses menceritakan perkara dari awal hingga mencapai akhir membutuhkan durasi yang lama. Apalagi jika film itu menceritakan tentang seorang detektif yang sedang mengungkap sebuah kasus. Eksperimen membuat film pendek bergenre thriller akan digabung dengan genre slasher.

Data berasal dari kesimpulan studi literatur dan studi eksisting. Kesimpulan ini kemudian dijadikan penguat cerita.

2. Kemudian dibuat beberapa cerita yang kemudian dianalisis. Pada bab III telah diketahui cerita yang terpilih. Lalu cerita dikembangkan menjadi sebuah sinopsis.

3. Dari sinopsis, cerita berkembang menjadi skenario dan storyboard. Pada skenario dapat diketahui karakter yang akan diperankan oleh talent dan lokasi yang akan digunakan sebagai setting. Sedangkan pada storyboard dapat diketahui shot list yang akan digunakan.

4. Untuk mencari talent yang pas untuk memrankan karakter pada film pendek, dilakukan casting. Berikut merupakan pemeran dalam film pendek ini.


(50)

5. Ketika skenario siap difilmkan, maka yang dilakukan adalah membuat script breakdown. Script breakdown adalah uraian tiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi sejumlah informasi tentang seegala hal yang dibutuhkan untuk keperluan syuting (Effendi, 2009: 17). Hal ini dibuat agar tidak terjadi pembengkakan dana dan waktu yang terbuang percuma.

Ketika script breakdown telah selesai dibuat, maka jadwal syuting dapat disusun berdasarkan pengelompokan sejumlah informasi yang diperoleh dari script breakdown. Informasi yang dimaksud adalah setting lokasi, waktu, dan talent. Pengambilan gambar bisa saja tidak dilakukan urut sesuai dengan skenario.

4.2 Produksi

Pada proses pra produksi, telah dilakukan persiapan menjelang produksi. Sebelum melakukan proses pengambilan gambar, pemain perlu berlatih dialog yang lebih sering disebut proses reading. Hal ini sering dilakukan sebelum pengambilan gambar sebagai pengingat dialog untuk pemain.

Hasil video dari kamera DSLR dipindah ke perangkat komputer untuk diolah sedemikian rupa. Jika menggunakan kamera rekam biasa, hasil gambar tersimpan dalam kaset minidv harus dipindahkan dengan mengcapture terlebih dahulu dari kaset minidv dengan menggunakan alat khusus, tetapi bila menggunakan kamera DSLR, kita hanya perlu memindahkannya dengan kabel data atau sambungan usb dari kartu memori.

Dalam pembuatan film pendek berjudul ”Psycopath Test” ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematrografi sederhana yaitu :


(51)

1. Camera DSLR dengan kemampuan merekam video 2. Lensa 18-250 dan fix 50

3. Microphone dan boomer

4. Tripod dan Monopod 5. Komputer editing 6. Memory kamera

Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek pendek ini diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.

4.3 Proses Pasca produksi

Pada tahapan pasca produksi ini silakukan proses editing dan spesial efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil. Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio. 2. Proses Penataan stock shoot

Proses ini dilakukan dengan bantuan software editing video. Setelah dilakukan pemilihan video stock shoot, proses selanjutnya adalah penataan yang mengacu kepada skenario.


(52)

Gambar 4.0 Proses penataan stock shoot

(sumber: olahan peneliti)

Untuk menata suatu scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot- shotnya, tetapi arti scene itu sendiri.

3. Proses Colour Grading

Dalam proses ini adalah proses merubah atau memodifikasi warna terhadap gambar sehingga menimbulkan kesan tertentu. Pemilihan warna digunakan untuk membedakan flashback atau tidak.


(53)

Gambar 4.1 Proses Colour Grading

(sumber: olahan peneliti) 4. Sound Editing

Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual.

Gambar 4.2proses sound editing (sumber: olahan peneliti)

Proses sound editing pada film pendek ini menggunakan musik free lisence

yang didapat dari berbagai situs musik di internet. Pada prosesnya sound dalam film ini terbagi menjadi 2 chanel dimana chanel pertama berisikan


(54)

suara asli yang dihasilkan dari gambar dan chanel kedua adalah suara tambahan yang diberikan.

5. Rendering

Proses rendering adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek berjudul “Psycopath Test” menggunakan format media AVI.

Gambar 4.3 proses rendering

(sumber: olahan peneliti) 6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di-render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film pendek ini menggunakan media VCD.

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Gimmick yang dibuat untuk publikasi adalah poster, pin dan mug.


(55)

Gambar 4.4 desain pin (sumber: olahan peneliti)

Gambar 4.5 desain pada mug (sumber: olahan peneliti)

Gambar 4.6 Desain poster (sumber: olahan peneliti)


(56)

50 5.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Beragamnya genre dan tema film pendek di Indonesia dapat dilakukan oleh para sineas perfilman dengan cara menggali cerita-cerita baru. Salah satunya adalah dengan mengangkat tema persahabatan dengan konflik yang jarang digunakan di perfilman Indonesia.

2. Pembuatan film pendek ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dibangun dari pembuatan pendek ini yaitu: 1. Tema persahabatan dan cinta dalam film pendek ini dapat

dikembangkan dengan penambahan konflik-konflik serta penyelesaian konflik yang lebih jelas.

2. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih mengeksplor cerita lewat mimik dan gesture tubuh.

3. Saat proses produksi, penggunakan boomer sangat membantu dalam pengambilan suara.


(57)

(58)

52

Biran, M.Y. 2010. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ.

Djalle, Zaharuddin G. 2006. The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Penerbit Andi.

Javandalasta, Panca. 2011. Mahir Bikin Film. Yogyakarta: Mumtaz Media. Indranata, Iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas.

Jakarta: UI Press

Kurniasari, Ira. 2013. Pembuatan Film Pendek Berjudul Percaya. Surabaya: STIKOM Surabaya

Nevid, Jeffrey, S. 2005. Psikologi Abnormal jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prakosa,G. 2008. Film Pinggiran:Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan

Film Dokumenter. Jakarta Pusat: Koperasi Sinematografi IKJ. Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka. Sumber internet:

Anesty. (2012, June). Dampak bullying bagi siswa. Retrieved February 11, 2014, from: http://www.psychologymania.com

Cahyono. (2011, May 01). Sekilas Tentang Film Pendek. Retrieved November 12, 2012, from: http://filmpelajar.com

Candra. (2011, March 12). Sejarah Film Pendek. Retrieved November 12, 2012, from: http://www.la-lights.com

Ericson. (2013, July 24). Cambridgeshire County Council: Children and families. Retrieved February 11, 2014, from: www.cambridgeshire.uk

Koesoemadinata. (2009, September 22).Menulis Plot. Retrieved November 12, 2012, from: http://billykoesoemadinata.wordpress.com

Kusumawati. (2009, July 04). Sejarah Mini Film Pendek. Retrived Desember 19, 2012, from: http://www.ceritamu.com


(59)

53 http://www.fimela.com


(1)

suara asli yang dihasilkan dari gambar dan chanel kedua adalah suara tambahan yang diberikan.

5. Rendering

Proses rendering adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek berjudul “Psycopath Test” menggunakan format media AVI.

Gambar 4.3 proses rendering (sumber: olahan peneliti) 6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di-render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film pendek ini menggunakan media VCD.

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Gimmick yang dibuat untuk publikasi adalah poster, pin dan mug.


(2)

49

Gambar 4.4 desain pin (sumber: olahan peneliti)

Gambar 4.5 desain pada mug (sumber: olahan peneliti)

Gambar 4.6 Desain poster (sumber: olahan peneliti)


(3)

50 5.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Beragamnya genre dan tema film pendek di Indonesia dapat dilakukan oleh para sineas perfilman dengan cara menggali cerita-cerita baru. Salah satunya adalah dengan mengangkat tema persahabatan dengan konflik yang jarang digunakan di perfilman Indonesia.

2. Pembuatan film pendek ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dibangun dari pembuatan pendek ini yaitu: 1. Tema persahabatan dan cinta dalam film pendek ini dapat

dikembangkan dengan penambahan konflik-konflik serta penyelesaian konflik yang lebih jelas.

2. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih mengeksplor cerita lewat mimik dan gesture tubuh.

3. Saat proses produksi, penggunakan boomer sangat membantu dalam pengambilan suara.


(4)

51

4. Musik latar belakang dapat diarrange sendiri, sehingga tidak perlu mengambil dari musik orang lain, walaupun free.


(5)

52

Barlow, David H. 2006. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Biran, M.Y. 2010. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: Fakultas Film

dan Televisi IKJ.

Djalle, Zaharuddin G. 2006. The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Penerbit Andi.

Javandalasta, Panca. 2011. Mahir Bikin Film. Yogyakarta: Mumtaz Media. Indranata, Iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas.

Jakarta: UI Press

Kurniasari, Ira. 2013. Pembuatan Film Pendek Berjudul Percaya. Surabaya: STIKOM Surabaya

Nevid, Jeffrey, S. 2005. Psikologi Abnormal jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prakosa,G. 2008. Film Pinggiran:Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan

Film Dokumenter. Jakarta Pusat: Koperasi Sinematografi IKJ. Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka.

Sumber internet:

Anesty. (2012, June). Dampak bullying bagi siswa. Retrieved February 11, 2014, from: http://www.psychologymania.com

Cahyono. (2011, May 01). Sekilas Tentang Film Pendek. Retrieved November 12, 2012, from: http://filmpelajar.com

Candra. (2011, March 12). Sejarah Film Pendek. Retrieved November 12, 2012, from: http://www.la-lights.com

Ericson. (2013, July 24). Cambridgeshire County Council: Children and families. Retrieved February 11, 2014, from: www.cambridgeshire.uk

Koesoemadinata. (2009, September 22).Menulis Plot. Retrieved November 12, 2012, from: http://billykoesoemadinata.wordpress.com

Kusumawati. (2009, July 04). Sejarah Mini Film Pendek. Retrived Desember 19, 2012, from: http://www.ceritamu.com


(6)

53

Putra. (2012, February 16). Film Pendek Alami Tren Positif. Retrieved November 13, 2012, from: http://www.timlo.net

Sugiartoputri. (2012, December 28). Verbal Bullying awalnya antisocial bisa berakhir menjadi psikopat. Retrivied February 11, 2014, from