26
2.4.3 Kebijakan Penataan Ruang - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN Revisi 2004.
A. Pola Pemanfaatan Ruang
Pola pemanfaatan ruang wilayah nasional menggambarkan secara indikatif sebaran kegiatan pelestarian alam dan cagar budaya, kegiatan produksi, serta persebaran
kegiatan strategis nasional. Pola ini secara spasial memperlihatkan pola persebaran kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budi daya, dan pola pengembangan
kawasan fungsional. Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional meliputi:
- Pola Pengelolaan Kawasan Lindung
Pola pengelolaan kawasan lindung menggambarkan kawasan berfungsi lindung secara indikatif dalam ruang wilayah nasional, baik di darat, laut dan udara. Pola ini
memperlihatkan keterkaitan kawasan-kawasan lindung dengan indikasi lokasi pengembangan kawasan budidaya dan sektor produksi didalamnya serta keterkaitan
dengan indikasi lokasi kawasan fungsional. Kawasan-kawasan lindung lainnya seperti Kawasan Lahan Gambut, Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana
banjir, tsunami, longsor, gunung berapi dan lain-lain belum tersedia secara
menyeluruh. Misalnya di wilayah Indonesia terdapat banyak gambut seperti di Pulau
Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Irian Jaya, akan tetapi data gambut yang lebih dalam atau sama dengan 3 meter belum tersedia secara menyeluruh, maka
dalam pola kawasan lindung tidak diindikasikan kawasan bergambut. Demikian juga dengan kawasan cagar budaya dan kawasan rawan bencana. Kawasan lindung
berskala nasional diperlihatkan pada Tabel II.1. Adapun kriteria dan prinsip pengelolaan kawasan lindung menurut RTRW Nasional dapat dilihat pada Tabell
II.1.
Kawasan Lindung Nasional Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam NAD NO
NAMA KAWASAN LINDUNG
LOKASIPROVINSI LUAS HA
1. TWL. Pulau Weh
Nanggroe Aceh
Darussalam 3.900
2. TWL. Kepulauan Banyak
Nanggroe Aceh
227.500
Universitas Sumatera Utara
27
Darussalam 3.
TN. Gunung Leuser Nanggroe
Aceh Darussalam
623,987
4. THR. Cut Nyak Dien
Nanggroe Aceh
Darussalam 6.220
5. CA. Hutan Pinus Jhantoi
Nanggroe Aceh
Darussalam 8.000
6. SM. Rawa Singkil
Nanggroe Aceh
Darussalam 102.500
Keterangan: TN
: Taman Nasional TWL : Taman Wisata Laut
THR : Taman Hutan Raya CA
: Cagar Alam SM
: Suaka Margasatwa Sumber : RTRWN Revisi 2004
Tabel 2.8 merupakan kawasan lindung NAD
Kriteria dan Prinsip Pengelolaan Kawasan Lindung JENIS
KAWASAN LINDUNG
KRITERIA PENETAPAN
PRINSIP PENGELOLAAN
III. Kawasan Suaka Alam,
Pelestarian Alam dan
Cagar Budaya
Universitas Sumatera Utara
28
JENIS KAWASAN
LINDUNG KRITERIA
PENETAPAN PRINSIP
PENGELOLAAN
1. Kawasan Cagar
Budaya dan Ilmu
Pengetahuan Tempat
serta ruang di sekitar
bangunan bernilai budaya
tinggi, situs
purbakala dan
kawasan dengan bentukan geologi
tertentu yang
mempunyai manfaat
tinggi untuk
pengembangan ilmu
pengetahuan.
Kewenangan Pengelolaan:
Pemerintah menetapkan
persyaratan pemintakatanzoning,
pencarian, pemanfaatan,
pemindahan, penggandaan,
sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya serta persyaratan penelitian
arkeologi.
Pemerintah menetapkan pedoman konservasi arsitektur bangunan dan pelestarian kawasan
bangunan bersejarah.
Provinsi menyelenggarakan museum provinsi dan suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan
Penetapan Kawasan:
Penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan oleh KabupatenKota
dengan memperhatikan persyaratan dan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
yang dilindungi
termasuk kawasan cagar budaya terbangun dituangkan
dalam Perda KabupatenKota.
Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan:
KabupatenKota menyelenggarakan
pengendalian pemanfaatan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan
melarang aktivitas yang dapat merusak atau terganggunya
kondisi dan
karakteristik kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
termasuk kawasan cagar budaya terbangun, dan mengatur pengelolaannya.
KabupatenKota mengumumkan
kepada seluruh pelaku pembangunan lokasi dan luas
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Tabel 2.9 Kriteria dan prinsip pengelolaan kawasan Lindung
2.4.4 Pencapaian