Banda Aceh Art Development Center Pusat Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Seni Masyarakat Banda Aceh, NAD

(1)

BANDA ACEH ART DEVELOPMENT CENTER

Pusat Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Seni Masyarakat

Banda Aceh, NAD

( SIMBOLISME DALAM ARSITEKTUR )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2008/2009

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

SYARIFAH ANDAYANI 05 0406 058

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2009


(2)

BANDA ACEH ART DEVELOPMENT CENTER

Pusat Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Seni Masyarakat

Banda Aceh, NAD

( SIMBOLISME DALAM ARSITEKTUR )

Oleh :

SYARIFAH ANDAYANI 05 0406 058

Medan, Juni 2009

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 132 206 820

Ir. Samsul Bahri, MT.

Pembimbing I

Andalucia, ST. Msc.


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (Art Development Center)

Nama : Syarifah Andayani

NIM : 05 0406 058

Judul Proyek Tugas Akhir : Banda Aceh Art Development Center

Pusat Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Seni Masyarakat

Banda Aceh, NAD.

Tema : Simbolisme Dalam Arsitektur

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu

Pengumpulan Laporan

Paraf

Pembimbing I

Paraf

Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juni 2009

A B+ B C+ C D E


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang hanya oleh karena ridho -Nya, sehingga saya di beri kasehatan dan fitrah. Serta Salawat dan Salam saya sanjung tinggikan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih dan sungguh merasa berbahagia karena kasih sayang, cinta, masukan, doa dan perhatian serta segala dukungan dari orang tua saya, Alm. Sayed Husein dan Cut Erlita “Terima Kasih Nyanyak - Ayah”. Tidak lupa saya bersyukur dan terima kasih karena dukungan dan perhatian dari Kakak- kakak, Sayed Yasier,Spi. dan Syarifah Andayana. Dan nenek yang paling setia menasehati saya Cut Laili ( Nyaksyik) terima kasih untuk semua doa dan dukungan yang sangat berarti yang diberikan selama proses ini sehingga saya memperoleh rasa percaya diri untuk menjalani setiap proses.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga saya tujukan kepada: 1. Bapak Ir. Samsul Bahri, MT selaku Dosen Pembimbing I atas segala

bimbingan, motivasi, apresiasi dan waktu yang telah telah diberikan kepada saya sehingga saya semakin bersemangat untuk mengerjakan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Andalucia, ST.M.Sc. Untuk setiap bimbingan, arahan, masukan, kesabaran dan waktu yang sangat berarti untuk saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

3. Ibu Ir.Morida Siagian, M.Urp dan Bapak Aan Nasution ST.MT Selaku Dosen Penguji saya untuk setiap masukan dan saran yang telah sangat membantu saya dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Dwi Lindarto H., MT., Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Devin Defriza ST, MT selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah dengan sabar memberi pengarahan.


(5)

5. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Ucapan terimakasih yang sangat hangat dan spesial untuk Rifki

Firdaus yang telah dengan sabar mendukung, memotivasi, memberi

pengertian dan perhatian kepada saya terutama dalam proses tugas akhir ini.. Kehadiran dan perhatian yang diberikan telah menjadi semangat, inspirasi dan kekuatan untuk saya selalu tersenyum dalam setiap proses mengerjakan Tugas Akhir ini. Thanks for everything that

you’ve done and gived to me. You’ve lighten my spirit on everyday.

7. Terimakasih yang tidak bisa diungkapkan besarnya untuk teman-teman terdekat saya yang rela meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, saran dan perhatian yang besar kepada saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, Fitri (2005), Soria (2005), Nonong(2005) dan Ratih (2005), dan teman- teman yang lain yang tidak bisa di sebut. I could

never finished this proccess without you all.

8. Untuk sahabat- sahabat terbaikku, Trisni, Dila, Hesti, Lia, Rina, Oline, Ika, Puput, K Nadya, Mahny, K pina, K Tya.waktu- waktu kita bersama yang menghibur saya selama proses Tugas Akhir ini, sehingga saya mendapatkan penyegaran setiap saya mulai lemah. 9. Semua teman - teman stambuk 2005, Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, semua hal tentang stambuk 2005 telah membuat saya selalu termotivasi, bangga dan terhibur.

10. Semua teman – teman Studio Tugas Akhir Angkatan XXVI Semester A TA 2008 / 2009, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, terutama kepada Juwita (2005), Yenfeni (2005), Faisal Azhari (2005), Harry Wibowo (2005), Juli Handoko (2005), Bang Daniel ( 2004), Fredi Randi (2005), Andrew (2005), Irfan ( 2005), Nerwin (2005), b’ Syafiz (2004) dan teman – teman yang lain.Terima kasih atas dukungan, pendapat, waktu, dan hiburan kepada saya selama proses pengerjaan tugas akhir ini.

11. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Deni (2006), Surya (2006) yang akhirnya bersedia membantu saya membuat 3D dan kepada Bang Aulia, Bang Vanal, Bang Josep dengan sabar dan bekerja keras


(6)

memberi yang terbaik untuk dapat menyelesaikan maket. Terima kasih atas kerjasamanya.

12. Dan kepada teman- teman tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terimakasih.

Dan akhirnya saya berharap semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juni 2009 Hormat saya,

Syarifah Andayani


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud & Tujuan 3

1.3 Perumusan Masalah 4

1.4 Metoda Pendekatan 5

1.5 Lingkup dan Batasan Proyek 5

1.6 Kerangka Berpikir 6

1.7 Sistematika Penulisan Laporan 7

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 8

2.1 Terminologi Judul

2.1.1 Jenis dan Bentuk Kesenian 9

2.1.1.1 Kesenian Berdasarkan Bentuk 9

2.1.2 Tinjauan Terhadao Visual Arts 10

2.1.2.1 Sejarah Visual Arts 10

2.1.2.2 Ruang Lingkup Visual Arts 11

2.1.3 Tinjauan Terhadap Performing Arts

2.1.4 Tinjauan Terhadap Edukasi Seni 12

2.2 Tinjauan Umum Proyek 13

2.2.1 Tinjauan Terhadap Kesenian 13

2.3 Tinjauan Khusus Proyek 14

2.3.1 Lokasi 15

2.3.2 Tinjauan Peraturan Pemerintah 16

2.4 Analisis Pemilihan Proyek 21

2.4.1 Pemilihan Lokasi Proyek 21

2.4.2 Kriteria Pemilihan Lokasi 22


(8)

2.4.4 Perjanjian Internasional terkaitUsaha Pemberdayaan Perempuan 23

2.4.5 Analisa Pemilihan Lokasi 28

2.4.6 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan 33

2.5 Tinjauan Fungsi Art Development Center 34

2.5.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan 36

2.5.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang 37

2.5.3 Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang 42

2.5.4 Kajian Fokus Seni 52

2.6 Studi Banding Proyek Sejenis 63

BAB 3 ELABORASI TEMA 77

3.1 Pengertian Tema 77

3.2 Latar Belakang Pemilhan Tema 78

3.3 Interpretasi Tema 80

3.4 Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis 88

BAB 4 ANALISA 103

4.1 Analisa Non- Fisik/ Fungsional 103

4.1.1 Program Ruang 110

4.1.2 Skema Program Ruang Utama 117

4.1.3 Skema Pengguna Ruang Utama 118

4.2 Analisa Tapak 119

4.3 Analisa Lingkungan 120

4.4 Analisa Fisik/ Tapak dan Lingkungan 123

4.4.1 Analisa Matahari 123

4.4.2 Analisa Citra Kota 123

4.4.3 Analisa Orientasi Site 124

4.4.5 Analisa Vegetasi 125

4.4.6 Analisa Sirkulasi 125

4.4.7 Analisa Pedestrian 126

4.4.8 Analisa Sosial - Budaya 127

4.4.9 Analisa Kawasan Cagar Budaya 127

4.4.10 Analisa Kepadatan Ruang 128


(9)

4.4.12 Analisa Kebisingan 130

4.4.13 Analisa Material Bangunan 131

4.4.13 Analisa Ketinggian Bangunan 131

4.4.13 Analisa View 132

4.4.16 Analisa Pencapaian 133

4.4.17 Tata Guna lahan 135

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN... 136

5.1 Konsep Disain ( Simbolisme)

5.2 136

BAB 6 KONSEP PERANCANGAN

6.1 Ground Plan 149

6.2 Site Plan 150

6.3 Denah Basement 151

6.4 Denah Lantai 2 152

6.5 Denah Lantai 3 153

6.6 Denah Lantai 4 154

6.7 Denah Lantai 5 155

6.8 Potongan 156

6.9 Tampak Utara 157

6.10 Tampak Timur 158

6.10 Tampak Barat 159

6.11 Tampak Selatan 160

6.12 Rencana Pembalokan Lantai 1 162

6.13 Rencana Pembalokan Lantai 2 163

6.13 Rencana Pembalokan Lantai 3 164

6.14 Rencana Pembalokan Lantai 4&5 165

6.15 Rencana Pembalokan 166

6.16 Rencana Elektrikal Basement 167

6.17 Rencana Elektrikal Lantai 1 168

6.18 Rencana Elektrikal Lantai 2 169


(10)

6.18 Rencana Elektrikal Lantai 4 171

6.19 Rencana Atap 172

6.20 Rencana Atap 173

6.21 Detail 174

6.22 Rencana Fire Alarm Sistem & Ac 175

6.23 Rencana Sanitasi 176

6.24 Detail 177

6.25 Perspektif Interior 178

6.26 Perspektif Interior 179

6.27 Perspektif Eksterior 180


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kerangka Berpikir 6

Tabel 2.1 Tabel 2.2

Identifikasi Hirarki Kota Banda Aceh Kebijakan Penepatan Struktur Ruang

17 17 Tabel 2.3 Analisis Kebijakan Penetapan Bandara Banda Aceh 18

Tabel 2.4 Struktur Ekonomi menurut Lapangan Usaha 19

Tabel 2.5 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 20

Tabel 2.6 Pengembangan Pariwisata BandaAceh 21

Tabel 2.7 Kriteria Pemilihan Site 22

Tabel 2.8 Merupakan Kawasan Lindung 25

Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.22 Tabel 2.23 Tabel 2.24 Tabel 2.25 Tabel 2.26 Tabel 2.27 Tabel 2.28 Tabel 2.30

Kriteria dan Prinsip Pengelolaan Kawasan Lindung Perbandingan Site

Perbandingan Site( positif – Negatif) Presentase Jumlah Pecinta Seni di Aceh

Pengeluaran Kota Banda Aceh untuk Kegiatan seni Deskripsi Kebutuhan Ruang

Pembagian Anggota Gerak Tubuh Perpustakan

TBSU

Pentas TBSU

Gedung Utama TBSU Mie Center For The Arts Entrance Mie Center Art Tower Mito Tower Denah Galeri Museum Shop Entrance Hall ACM Theater 28 31 32 35 36 42 59 61 63 63 63 64 65 66 67 67 67 67 67


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tari Saman 12

Gambar 2.2 Peta Banda Aceh 28

Gambar 2.3 Peta Deskripsi Site 33

Gambar 2.4 Jarak Lukisan 43

Gambar 2.5 Kemampuan Gerak Anatomi Manusia 43

Gambar 2.12 Theater 47

Gambar 2.13 Garis Pandang Penonton 47

Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Posisi Kursi Jarak Kursi

Peta Seni Konteks Budaya Peta Konsep Tradisional

49 49 52 55 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 3.20 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.24 Tabel 3.25 Tabel 3.27 Tabel 3.28 Tabel 3.29 Tabel 3.30

Segitiga Semiotik Charles Jenck Simbol Yang tersamar

T.W.A Kennedy Air Port Site Mall di Washington DC Obelisk dan Eiffel

Pentagon

Piramida Louver

Eksterior Sydney Opera House Atap Opera

Sidney Opera

The Clyde Auditorium Sketsa Bentuk Auditorium Perspektif Bentuk Auditorium Perspektif Bentuk Nothre Dame Interior Notre Dame du Haut Site Plan Notre Dame du Haut Denah Notre Dame du Haut Perspektif Eslanade

Interior Esplanade Perspektif Cybertecture Eksterior Esplanade Eksterior City of Art Eksterior Bangunan

Museum Purna Bhakti Pertiwi Museum Purna Bhakti Pertiwi Museum Tsunami

Interior Museum Tsunami

79 81 82 83 84 84 84 87 87 88 89 89 90 90 91 91 91 94 94 94 95 96 96 98 98 99 100


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Art Development Center di Banda Aceh sudah menjadi hal yang

penting untuk dibahas. Terutama saat Tsunami membumihanguskan berbagai

fasilitas yang ada, namun image kebudayaan dan kesenian tidak lekang terbawa

olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

Di Kota Banda Aceh sendiri terdapat banyak sekali ragam kesenian yang terkenal

hingga kenegeri sebrang. Namun sedikit sekali adanya penyediaan fasilitas untuk

mengembangkan potensi kesenian tersebut menjadi lebih aktif di kancah

Internasional.

Masyarakat sangat butuh adanya fasilitas yang mendukung mereka untuk

memperkenalkan keanekaragaman kesenian daerah tradisional maupun modern.

Maka pembangunan juga harus mendukung semangat masyarakat. Adanya peristiwa

tsunami membuat jiwa masyarakat Banda Aceh menjadi patah semangat. Segala

yang masyarakat miliki berupa meterial habis lenyap. Kini mereka hanya memiliki

jiwa yang harus di tempa dan didik menjadi generasi – generasi muda yang berbakat

dan berpotensi untuk budaya. Maka dari itu Art Development center ini harus di

rencanakan.

Seni sangat beragam dalam kehidupan manusia bahkan saat berbicara,

berbahasa, bergerak manusia harus menggunakan seni. Setiap manusia memiliki

minat dan bakat tersendiri dalam hidupnya. Ada di antara mereka yang menyenangi

lukisan, yang pintar bernyanyi namun tidak tahu dimana akan menyalurkan


(14)

Aceh begitu banyak generasi penerus bangsa yang memiliki bakat tidak hanya anak

kecil namun muda – mudi remaja juga sangat berekspresif didalamnya.

Memperkenalkan kesenian pada masyarakat merupakan hal yang sangat di

butuhkan. Kesenian adalah merupakan bahasa sosial yang harus di kembangkan.

Kesenian merupakan senjata dalam berbahasa dengan kesenian kita mampu

mengembangkan budaya terhadap budaya lain. Dan persaingan budaya adalah

merupakan persaingan sehat yang harus di kembangkan. Masyarakat dewasa ini lebih

memilih kesenian sebagai pendidikan non – formal di luar pendidikan formal.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadikan kesenian sebagai pendidikan yang

lebih utama untuk masa depan. Seperti sekolah musik, sekolah tari, akademi teater,

dan sekolah tinggi kesenian lainnya.

Melihat perkembangan seni daerah lain yang sudah jauh di depan, membuat

seni daerah Aceh menjadi bangkit untuk mengepakkan sayap ke persaingan kesenian

di luar kota bahkan di luar Negeri. Pelestarian dan pengembangan kesenian sangatlah

di perhatikan pada zaman sekarang karena semakin dewasanya zaman maka akan

menghasilkan muda – mudi yang kreatif dan berpotensi tidak hanya menguasai

bidang kesenian daerah namun mampu mengenal hasil tangan kesenian luar.

Banyaknya tingkat pengangguran di kota Banda Aceh, dan jumlah

masyarakat miskin, memacu meningkatnya permasalahan social yang akan dihadapi.

Sebagai contohnya adalah tingkat kenakalan remaja pada saat ini sudah cukup tinggi,

dan mungkin bila kita meramalkan ke sepuluh tahun ke depan akan semakin

memprihatinkan. Karena fenomena yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia

termasuk di Medan adalah terjadinya human source degradation terutama pada

kalangan pemuda karena mereka menyalurkan hasrat dan semangat yang


(15)

kriminalitas ,dsb. Ini dipicu karena kurangnya wadah bagi generasi muda untuk

mengaktualisasikan dirinya. Bila tidak sekarang dimulai untuk menanggulanginya

maka akan lebih sulit di masa yang akan datang mencari solusinya. Demi

mewujudkan kota Medan menjadi kota metropolitan, maka masalah social seperti ini

sudah seharusnya bisa diatasi. Kehadiran pusat pengembangan kesenian seperti ini

diharapkan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah itu, dengan berfungsi

sebagai sarana pendidikan non-formal jelas akan mampu ikut serta mencerdaskan

generasi bangsa.

Seni bukan sekedar sesuatu yang dapat membuat hati senang, memberi

kebahagiaan namun secara mendalam mampu mengubah cara berpikir seseorang

yang mengerti tentang seni. Karena dengan melihat karya seni dapat memberikan

suatu naungan baru terhadap pemikiran seseorang, suatu yang simpatis,

menenangkan, inspirasional, dan bahkan juga sesuatu yang dapat memberikan

kegembiraan di dalam menapaki kehidupan. Secara luas juga dapat memperdalam

pengetahuan kultural dan praktek artistik, mengembangkan dan mengasah

keterampilan meneliti, mengungkapkan pengertian sejarah yang lebih mendalam

yang tidak dapat dilakukan oleh dokumen manapun, dan mendorong kreatifitas,

analitis, dan otonomi berfikir.

Harapannya Pusat Pengembangan Budaya Di Banda Aceh menjadi wadah

untu melahirkan generasi – generasi dan masayarakat yang berbudaya, berpotensi

dan kreatif dalam kesenian dan selalu berlari menuju arah persaingan budaya dan

kesenian yang sehat dan menghasilkan produk – produk luar biasa di mata Nasional


(16)

1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan adalah :

o Mengembangkan budaya yang bersifat edukatif dan rekreatif sehingga menjadi daya tarik utama masyarakat dalam mendekatkan diri pada makna dari kesenian budaya tradisional dan modern.

o Menjadikan kekreatifitasan merupakan pendukung utama bagi kemajuan pendidikan. Meskipun aspek pendidikan yang terdapat di dalam perencanaan hanyalah berupa fasilitas non formal.Berkat adanya kreativitas maka timbullah persaingan pendidikan yang menjadi tonggak utama adanya hubungan timbal balik antara kemajuan pendidikan di Indonesia khususnya di BandaAceh.

o Agar masyarakat mendapatkan wadah untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang Budaya dan menambahkan kekreatifitasan masyarakat dalam memahami kesenian Budaya. Kegiatan ini dapat di artikan sebagai kegiatan belajar sambil bermain dan bersifat Non- formal.

o Merupakan fasilitas yang sangat di butuhkan oleh masyarakat Banda Aceh.merangsang kreativitas seni dan meningkatkan wawasan tentang kesenian di kalangan masyarakat ,

o Melaksanakan upaya pembinaan kesenian dan menciptakan suatu iklim kehidupan kesenian yang sehat di antara masyarakat dan para seniman.

o Memberikan informasi, penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat untuk menciptakan iklim yang mencerminkan fungsi kesenian dan kehidupan kesenian bagi setiap anggota masyarakat.

o Mengaktifkan kegiatan – kegiatan yang menunjang peningkatan mutu seni dan apresiasi seni terhadap masyarakat perlu di perbanyak jumlahnya , kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah:

a. pekan seni dan lomba seni dari tingkat lokal sampai ketingkat Internasional.


(17)

b. Pergelaran dan pementasan seni di setiap acara resmi maupun tidak resmi.

c. Pameran hasil karya seni , duta wisata dan duta seni antar daerah.

d. Sarasehan dan lokakarya seni.

e. Pemberian penghargaan serta penambahan bantuan fasilitas seni.

1.3 Perumusan Masalah

Bagaimana mendapatkan konsep bangunan yang menarik serta mampu menggambarkan fungsi bangunan.

Bagaimana menyatukan fasilitas galeri, teater dan edukasi informal dalam suatu wadah yang membuat para penggunanya merasa tertarik dan nyaman. Masalah komunikasi dengan bangunan sehingga mudah dimengerti dan familiar oleh masyarakat awam serta mendukung penghayatannya pada aktifitas dalam bangunan.

Bagaimana pemecahan struktur masa bangunan yang merupakan tuntutan dari fungsi bagunan dengan segala beban dan fasilitas tersebut.

Solusi untuk menghasilkan bangunan yang mampu memberikan citra kesenian Budaya yang tradisional namun lebih modern dalam fasadenya dan aplikasi terhadap pandangan masyarakat awam.

Mampu memberikan fasilitas yang terbaik bagi masyarakat dan para budayawan demi kenyamanan dan apresiasi seni di Banda Aceh khususnya.

1.4 Metoda Pendekatan

Pendekatan berdasarkan standar-standar ukuran ruangan yang mengakomodasi setiap jenis kegiatan di dalam ruangan maupun di luar bangunan.

Pendekatan berdasarkan fungsi bangunan. Pendekatan berdasarkan tema bangunan.


(18)

1.5 Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup dan batasan yang akan digunakan adalah:

Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan mengenai bangunan Art Development Center yang mengabungkan fungsi pendidikan, rekreasi (entertainment) dan komersil yang menyangkut lingkungan tapak, masa bangunan dan besaran ruang.

Perpaduan perancangan fungsi rekreasi, pendidikan, komersil dan fasilitas pendukung lainnya serta pengolahan ruang dalam dan ruang luar sebagai satu kesatuan.

Penerapan tema simbolisme ke dalam bentuk bangunan dan elemen-elemen arsitekturnya.

Art Developmen center ini merupakan suatu wadah yang dibentuk guna memamerkan karya-karya seni kebudayaan daerah tradisional maupun modern dan menampilkan pertunjukan seni. Untuk seni pertunjukan menampilkan seni teater, seni musik dan seni tari. Serta memamerkan adanya hal – hal yang baru mengenai seni yang dapat mengembangakan imaji masyarakat terhadap budaya yang tidak akan pernah berhenti dan terus berkembang. Dapat berupa asimilasi kebudayaan dan percampuran budaya dari 1 daerah ke daerah lainnya.


(19)

1.6 Kerangka Berpikir

Tujuan dan Manfaat

1. Agar masyarakat mendapatkan wadah untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang Kesenian Budaya Tradisional dan Modern. 2. Mengembangkan budaya yang bersifat

edukatif dan rekreatif diri masyarakat. 2.

Latar Belakang

1. Apresiasi masyarakat terhadap seni kebudayaan daerah ( tradisional maupun Modern)

2. Kebutuhan masyarakat untuk menyalurkan potensi dan bakat yang di milikinya sebagai peluang baik untuk masyarakat daerah.

Judul :

Art Development Center di Banda Aceh Tema Perancangan :

Arsitektur Simbolisme

Perumusan Masalah

Bagaimana mendapatkan konsep bangunan yang menarik serta mampu menggambarkan fungsi bangunan.

Bagaimana menyatukan fasilitas galeri, teater dan edukasi informal dalam suatu wadah yang membuat para penggunanya merasa betah dan tertarik.

Masalah komunikasi dengan bangunan sehingga mudah dimengerti dan familiar oleh masyarakat awam serta mendukung penghayatannya pada aktifitas dalam bangunan.

Bagaimana pemecahan struktur masa bangunan yang merupakan tuntutan dari fungsi bagunan dengan segala beban dan fasilitas tersebut.

Data Perencanaan Data Tapak Studi Literatur Studi Banding Survei Lapangan Wawancara

Analisa Tapak (Analisa Fisik) View, sirkulasi, orientasi, dll.

Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll Programming

Program ruang dalam dan ruang luar

Konsep Perancangan Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas.


(20)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan pabrik daur ulang kertas, maksud dan tujuan, masalah perancangan, lingkup dan batasan, dan metode pendekatan.

Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

Bab 3 Elaborasi Tema, menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab 4 Analisa Perancangan, menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.

Bab 5 Konsep Perancangan, menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.


(21)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. TERMINOLOGI JUDUL

Judul dari proyek ini adalah Art Development Center. Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut:

Pengertian Art:

Memproduksi pengaturan bunyi, warna, bentuk, atau unsur-unsur lainnya yang serasi dipengaruhi oleh segi keindahan atau estetika.1

Perihal seni, hasil karya, cabang seni.

Seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu. Pengertian Centre:

Pusat, sentral, bagian yang paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi

Tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang dikonsentrasikan Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi.

Menempatkan untuk fasilitas tertentu.

mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).2

Pengertian Development : Perkembangan

Perkembangan adalah proses dimana berubahnya atau peningkatan dari hal yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik. Atau dari hal yang lebih kecil menjadi lebih bermakna luas sesuai perkembangan zaman. 3

1

The American Heritage College Dictionary

2

www.wikipedia.com 3


(22)

Berdasarkan pengertian diatas, maka ART DEVELOPMENT CENTER adalah Pusat pengembangan dan pembinaan apresiasi seni baik budaya tradisional maupun Internasional untuk menampung masyarakat yang memiliki potensi dan berbakat dalam persaingan seni yang sehat dan mampu bersaing di era globalisasi. Mampu menyaring mana budaya yang patut di terima dan meninggalkan budaya negatif yang dapat merusak budaya atau seni yang sudah ada sebagai warisan nenek moyang.

2.1.1 Jenis dan Bentuk Kesenian

Berdasarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, jenis dan bentuk kesenian dibagi menjadi:

1. Kesenian Tradisional

Yaitu suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar, serta telah dirasakan sebagai milik oleh masyarakat di lingkungannya. Pengolahan didasarkan atas cita rasa masyarakat pendukung dan diterima sebagai tradisi.

2. Kesenian Modern

Yaitu merupakan seni yang penggarapannya didasarkan atas cita rasa masyarakat pendukungnya. Cita rasa baru umumnya merupakan pembaharuan atau penemuan sebagai akibat dari pengaruh luar4

2.1.1.1 Berdasarkan Bentuk:

1. Seni Pertunjukan (Performance Arts)

Yaitu karya seni yang menggunakan perantara atau media ekspresi bunyi, gerak, dan irama. Karya seni yang dipertunjukan bergerak dan hidup. Adapun seni pertunjukan terdiri dari seni tari, seni musik, dan seni drama. Karya seni pertunjukan dapat juga disebut sebagai hasil seni yang bergerak (dinamis), hal ini karena digerakkan atau dilakonkan oleh manusia, jadi yang diciptakan adalah patokan-patokan, irama, komposisi dari gerak ataupun suara.

2. Seni Rupa (Visual Art)

Yaitu karya seni yang dapat dinikmati dengan indera mata melalui media ekspresi garis, warna, bahan dan wujud. Karya seni yang diperlihatkan tidak bergerak, contohnya seperti seni lukis, seni patung, seni kriya. Visual art bisa disebut juga sebagai karya seni diam (statis), penciptaan atau pengolahan

4


(23)

benda mati oleh manusia, jadi yang tersaji tetap benda mati, walaupun wujudnya dapat berupa makhluk hidup.5

2.1.2. Tinjauan Terhadap Visual Arts

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa visual arts adalah seni atau pengaturan bentuk, warna dan elemen-elemen lain yang dilakukan secara sadar dimana mempengaruhi rasa keindahan dan hanya dapat dinikmati melalui pemakaian indera pengelihatan atau visual manusia.

2.1.2.1 Sejarah Visual Arts

Perkembangan visual arts pada dasarnya mulai terjadi awal abad ke-20. Istilah visual arts berasal dari karya-karya seniman Amerika, dimana dapat berupa lukisan, patung, grafis, dan sebagainya, yang menarik perhatian si pengamat seni melalui penggunaan indera pengelihatan (visual). Kemudian setelah melalui pergantian waktu, segala sesuatu yang ada di lingkungan dan kehidupan manusia sehari-hari dijadikan media dalam penciptaan karya para seniman, seperti misalnya menggunakan tubuh sebagai alat untuk menghasilkan karya seni yang merupakan hasrat si seniman. Hal tersebut sedikit berbeda dengan perkembangnya di Eropa. Hasil karya visual arts di Eropa merupakan kelanjutan dari fine arts dimana lebih bersifat klasik dan perkembangan tersebut menandai lahirnya suatu era seni modern atau modern art.

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik

5


(24)

kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.

2.1.2.2 Ruang Lingkup Visual Arts

Berdasarkan National Art Education Association:

Fine Arts (seni murni), misalnya menggambar, melukis, print media, seni patung dan lain-lain.

Communication and Design Arts (Desain Komunikasi Visual), misalnya perfilman, pertelevisian, grafis, desain produk dan lain-lain.

Architecture and Enviromental Arts (Arsitektur dan Arsitektur lansekap), misalnya desain perkotaan, desain interior, desain lansekap, dan lain-lain. Folks Arts (Seni Tradisional)

Karya-karya seni seperti keramik, fiber, jewellery, dan lain-lain.

Karya-karya seni yang menggunakan bahan dasar kayu, kertas dan bahan-bahan lainnya.

2.1.3 Tinjauan Terhadap Performing Arts

Dapat disimpulkan bahwa performing arts adalah seni atau pengaturan bentuk, warna, suara dan elemen-elemen lain yang diperagakan dan dipertunjukan secara dramatis di hadapan sebuah penonton dimana mempengaruhi rasa keindahan.

Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.

Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah 'seni

pertunjukan' (performing arts). Seni performance adalah istilah yang biasanya

mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa dan kini mulai beralih ke arah seni kontemporer.


(25)

Dalam bahasa Indonesia, Performing Arts adalah seni pertunjukan. Menurut A.Karim Achmat, Seni Pertunjukan dibagi menjadi 3, yaitu:6

Seni Tari

Tari adalah gerak ritmis sebagian atau seluruh tubuh yang terdiri dari pola individual atau berkelompok yang disertai ekspresi id tertentu. Media utama terletak pada gerak yang ditimbulkan oleh tubuh manusia yang diserasikan dengan ruang dan gerak dalam waktu. Jadi tari adalah seni sesaat dari ekspresi yang dipertunjukan dengan bentuk serta gaya tertentu lewat tubuh manusia yang bergerak dalam ruang.

Seni Musik

Musik adalah suatu bentuk seni yang merupakan cetusan ekspresi pikiran atau perasaan yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi.

Seni Peran / Drama

Adalah suatu bentuk seni dimana pengungkapanya berupa laku atau dialog. Sedikit berbeda dengan teater, dimana teater pengungkapannya selain dapat berupa laku atau dialog juga menggunakan tari, musik, dan segala sesuatu yang mendukung adanya suatu pertunjukan.

2.1.4. Tinjauan Terhadap Edukasi Seni Sistem Edukasi Seni di Indonesia

a. Edukasi Informal

1. Cara Tradisional

Masih dilakukan di desa-desa yang berpotensi adatnya menonjol, edukasi ini dimulai dari usia kanak-kanak. Latihan dilakukan di pendopo atau

6

Achmad, A Karim, Pendidikan Seni Teater, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, hal 3


(26)

pusat pelatihan baik pagi ataupun sore hari. Pada edukasi cara tradisional ini cenderung tidak terjadi perubahan teknik dari tahun ke tahun.

2. Kursus-kursus Seni

Umumnya terdapat di kota-kota, dimana murid-murid atau pesertanya beragam, mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Jenis-jenis latihannya pun bermacam-macam mulai dari menggunakan teknik daerah (tradisional) hingga ke teknik yang modern.

b. Edukasi Formal

1. Pendidikan Menengah (Sekolah Menengah Kejuruan/SMK Jurusan Seni) Edukasi meliputi 60% kelas praktek dan teori 40%, dengan dua jalur studi: Studi Vocational, yaitu menghasilkan seniman untuk masyarakat.

Studi Akademis, menghasilkan calon mahasiswa pendidikan tinggi seni. 2. Pendidikan Tinggi

Indonesia memiliki pendidikan tinggi seni, contohnya: Institut Kesenian Jakarta, Akademi Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta, Institut Teknologi Bandung jurusan seni dan sebagainya. Tahap edukasi adalah untuk mencapai sarjana muda atau sarjana penuh, dengan lingkup pendidikan 60% praktek dan 40% kelas teori.

Sistem Edukasi Seni di Luar Negeri

Sistem edukasi seni di luar negeri pada dasarnya sama dengan di Indonesia. Namun yang membedakannya adalah jenis-jenis budaya serta majunya kesadaran akan apresiasi seni sehingga memungkinkan kesenian di luar negeri lebih tergali. Edukasi seni informal di luar negeri dapat diperoleh dari art center dan kursus-kursus seni yang ada sedangkan edukasi formal dapat diperoleh dari tingkat college sampai universitas.

2.2 TINJAUAN UMUM PROYEK

Tinjauan umum membahas tentang pusat kesenian secara keseluruhan dan secara umum.

2.2.1 Tinjauan Terhadap Kesenian A. Pengertian Kesenian


(27)

Kesenian adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang diungkapkan secara sadar dan diwujudkan dalam bentuk nada, kata dan warna medium (media/alat) sehingga dapat menggugah rasa seseorang untuk melihat ataupun mendengar.

Kesenian adalah segala sesuatu mengenai seni yang merupakan ekspresi hasrat manusia akan rasa keindahan dan dilahirkan melalui perantara alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pengelihatan atau dilahirkan melalui perantara gerak.7

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).

2.3. TINJAUAN KHUSUS PROYEK 2.3.1 Lokasi

A. Kriteria Pemilihan Site

Tinjauan Pemilihan Kota Banda Aceh

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Art Development Center:

Banda Aceh merupakan kota yang sedang berkembang, pasca tsunami menenggelamkan tidak sedikitnya bangunan – bangunan sosial. Maka dari itu perlu adanya perancangan pembangunan sosial seperti Art Development Center di Banda Aceh.

7


(28)

Menghidupkan kembali matinya kehidupan kawasan Cagar Budaya akibat peristiwa tsunami, pengaruh aspek sosial dan ekonomi.

Adanya daya tarik para sukarelawan asing yang tinggal sementara di Banda Aceh sebagai batu loncatan terhadap ketertarikan mereka akan budaya dan kesenian Aceh yang dapat menghasilkan devisa daerah dan negara.

Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Banda Aceh. Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

Merupakan lokasi Cagar Budaya.

Beberapa kriteria dalam pemilihan site:

RTRW

Kajian utama dalam penilaian site yaitu kesesuaian dengan RTRW Banda Aceh, di mana bangunan dengan fungsi pelayanan jasa berupa pusat kebudayaan berada di kawasan Cagar Budaya yaitu pada kecamatan Baiturrahman kota Madya Banda Aceh.

Lingkungan

Lingkungan yang diharapkan untuk mendukung perencanaan proyek ini adalah lokasi yang strategis dalam pelestarian budaya yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat , daerah dan negara. Tidak hanya

dalam mencari keuntungan dan jasa kepada masyaratt, tetapi juga

diharapkan mampu memperkuat citra kawasan budaya Aceh dan pengembangan kesenian yang ada di Kota Banda Aceh khususnya.

Fungsi Sekitar

Fungsi bangunan sekitar tapak akan mempengaruhi citra kawasan. Penempatan bangunan dengan fungsi seragam di suatu kawasan tentu akan memperkuat citra fungsi tersebut, dalam hal ini bangunan jasa budaya.

Fungsi Lahan Sekarang

Fungsi lahan eksisting mempengaruhi kemudahan pembangunan suatu bangunan, di mana bila lahan eksisting berupa lahan kosong, maka tidak diperlukan proses pembebasan lahan, ganti rugi, penghancuran bangunan, sampai pada proses pengangkutan sampah konstruksi.

Pencapaian

Pencapaian ke site dapat dari jalur yang strategis, karena terletak di tengah pusat kota dima kendaraan umum maupun pribadi pasti akan melalui jalan ini dan kawasan ini dalam menuju pulang pergi kota Banda Aceh.


(29)

Lahan yang menjadi tempat gedung yang direncanakan diharapkan memiliki kapasitas untuk dapat menampung program fungsional dan pengembangannya di kemudian hari. Dalam proyek ini lahan yang diperkirakan kurang lebih 2.3 ha.

Potensi Fasilitas Lingkungan

Fasilitas umum yang terdapat pada sutu kawasan perkantoran juga memiliki pengaruh dalam perancangan, yang memungkinkan pemanfaatan fasilitas lebih maksimal.

View

View salah satu hal yang diperhatikan dalam proyek ini. View yang diharapkan mampu mendukung fungsi bangunan dan latar belakang pendirian bangunan.

Pelayanan dan Service

Dalam kasus ini diharapkan pelayanan dan service mudah masuk dan keluar site.

Entrance

Suatu bangunan kantor yang menampung banyak pekerja akan memiliki nilai tambah bila memiliki pintu masuk/keluar alternatif ke tapak. Dengan demikian, pencapaian dari berbagai arah jalan dapat disebar sehingga tidak menimbulkan kemacetan pada saat jam-jam masuk/pulang kerja.

Aktivitas bangunan dengan lingkungan

Adanya kedudukan site di dalam areal cagar Budaya menjadikan bangunan Art Development Center menjadi satu kesatuan yang berbeda

namun bermanfaat antara satu bangunan dengan bangunan

lainnya.Bangunan Art Development Center menjadi pintu gerbang untuk masyarakat yang berkunjung ke kawasan Cagar Budaya sehingga menghidupkan kembali suasana Cagar Budaya.

2.3.2 Tinjauan Peraturan Pemerintah

Berdasarkan Undang – Undang, No : 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan peraturan Menteri Dalam Negeri No.8 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan penataan ruang di daerah, khususnya untuk kawasan Kota Madya Banda Aceh.


(30)

Kepadatan bangunan kota ditentukan berdasarkan angka Koefisien Dasar Bangunan (KDB).

Untuk sarana Pariwisata, Rekreasi, dan budaya maksimum sebesar 40 %, jarak dinding dengan batas tanah minimum 2,00 m.

BAB VI Pasal 27 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa :

1. Ketinggian bangunan di tentukan berdasarkan nilai Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB).

2. Ketinggian maksimum bangunan yang di tetapkan di pusat kota adalah sekitar 12 meter, atau tidak boleh melewati kaki kubah Mesjid Raya Baiturrahman, pada kawasan pusat kota yang berdekatan langsung dengan Mesjid Raya Baiturrahman, seperti pada jalan Muh.Jam, Jln Cut Ali, Jln Tgk Chik Pante Kulu, Jln Diponegoro dan Jln Sultan Alaidin Mahmudsyah8.

Maka berdasarkan peraturan dari RTRW kota Banda Aceh di peroleh data sebagai berikut :

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 40 %. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 1,2 – 2,8. Garis sepadan bangunan (GSB) : Minimal 12 m.

Pada bab III tentang RTRW kota Banda Aceh juga di atur tentang peraturan yang berkaitan dengan peruntukan lahan yang berkenaan tentang budaya dan sejarah, hal ini disebutkan pada pasal 14 yang berbunyi :

Peruntukan lahan budaya dan bersejarah tetap di pertahankan keberadaan kawasan dengan ciri khas bangunan seperti Mesjid Raya Baiturrahman Museum Aceh, Kerkhoff, Makam-Makam Sejarah serta bangunan budaya dan bersejarah lainnya

Identifikasi Hirarki Kota-Kota Di Provinsi NAD

Berdasarkan Jumlah Penduduk, Prasarana Transportasi dan Sarana Non Transportasi

8


(31)

Kebijakan Penetapan Struktur Ruang

FUNGSI KOTA KABUPATEN/KOTA IBUKOTA/SIMPUL RTRWN

(Revisi 2004) Keppres RTRW Pulau Sumatera (2004) RTRW Provinsi NAD (Revisi 2003)

Kota Banda Aceh Banda Aceh PKN PKN PKW

Sumber : Review RTRWN 2003, Keppres RTRW Pulau Sumatera (2004) dan RTRW Provinsi NADRevisi 2003.

Tabel 2.2 Kebijakan Penetapan struktur Ruang

Analisis Kebijakan Penetapan Bandara

PENETAPAN FUNGSI MENURUT BERBAGAI KEBIJAKAN/STUDI TERKAIT

NO BANDARA LOKASI

RTRWN RTRW PULAU SUMATERA KEPMENHUB NO 44 TAHUN 2002 SISTRANAS TAHUN 1997 REVIEW SISTRANAS TAHUN 2001 STUDI PENYUSUNAN RTRW JALINTIM ANALISIS DAN REKOMENDASI 1 Sultan Iskandar Muda Banda Aceh Bandara udara Regional Bandara udara Regional Bandara Udara bukan pusat penyebaran Bandara Pusat Penyebaran Sekunder - Bandara Udara Pusat Penyebaran Sekunder

Karena berfungsi sebagai PKN maka perlu dit ingkat kan st at us bandara menj adi berst at us int ernasional dimana bandara Sult an Iskandar Muda berfungsi sebagai simpul ut ama j aringan t ransport asi nasional dan lintas negara. Sumber: Hasil Analisis, 2006

Tabel 2.3 Analisis Kebijakan Penetapan Bandara

Transportasi Non transportasi Penduduk Jumlah No. Ibukota

Kab/kota Indeks Orde Indeks Orde Indeks Orde Indeks gab Orde 1 Kot a Banda

Aceh 0.3476190 I 0.4629447 I 0.1866244 I 0.9971882 I

Sumber : Hasil Analisis Tim RTRW Provinsi NAD, 2006 TABEL 2.1 identifikasi HirarkiKota – kota Di provinsi NAD


(32)

A. Analisis Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Provinsi NAD didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, dengan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Provinsi NAD mencapai rata-rata 29,35% selama periode 2000-2004. Dilihat dari PRDB tiap kabupaten/kota di Povinsi NAD berdasarkan harga konstan tahun 2003, Kabupaten Aceh Utara memiliki kontribusi terbesar di sektor pertambangan dan penggalian berupa migas. Besarnya pendapatan dari sektor migas di Kabupaten Aceh Utara mencapai 86,57% dari besar PDRB kabupaten tersebut.

Tabel II. 1

Struktur Ekonomi Provinsi NAD Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Periode 2000-2004 (Dalam Persen)

No Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004

Rata-rata

1 Pertanian 20.8 23.8 21.9 22.0 23.9 22.47

2 Pertambangan dan Penggalian 34.1 24.1 30.1 31.3 27.2 29.35

3 Industri Pengolahan 18.1 21.8 20.1 18.9 18.3 19.46

4 Listrik dan Air Minum 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.18

5 Bangunan/Konstruksi 4.9 4.2 4.2 4.0 4.4 4.32

6 Perdagangan, Hotel, clan Restoran 12.0 14.3 12.3 11.5 11.8 12.38

7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.7 4.3 4.2 4.2 4.6 4.19

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 0.6 0.8 0.9 1.0 1.1 0.90

9 Jasa Jasa 5.7 6.5 6.2 6.8 8.5 6.73

PDRB 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.00

Sumber : BPS Provinsi NAD 2005


(33)

Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2012 - 2022

No. Kabupaten/Kota

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk Tahun 2012 (Jiwa) Kepadatan Penduduk Tahun 2012 (Jiwa/Km2)

Jumlah Penduduk Tahun 2017 (Jiwa) Kepadatan Penduduk Tahun 2017 (Jiwa/Km2)

Jumlah Penduduk Tahun 2022 (Jiwa) Kepadatan Penduduk Tahun 2022 (Jiwa/Km2)

1 Simeulue 2.052 100.047 49 116.799 57 136.355 66

2 Aceh Singkil 3.577 188.249 53 219.769 61 256.566 72

3 Aceh Selatan 3.646 249.368 68 291.122 80 339.867 93

4 Aceh Tenggara 4.231 225.982 53 263.820 62 307.994 73

5 Aceh Timur 6.041 415.995 69 485.648 80 566.964 94

6 Aceh Tengah 4.319 202.198 47 236.053 55 275.578 64

7 Aceh Barat 2.426 189.715 78 221.481 91 258.565 107

8 Aceh Besar 2.686 348.633 130 407.007 152 475.155 177

9 Banda Aceh 61 246.596 4043 287.886 4719 336.088 5510

10 Sabang 119 39.060 328 45.600 383 53.236 447

11 Pidie 4.161 627.331 151 732.370 176 854.996 205

12 Bireuen 1.901 443.314 233 517.542 272 604.198 318

13 Aceh Utara 3.297 612.638 186 715.217 217 834.971 253

14 Aceh Barat Daya 1.685 141.810 84 165.554 98 193.274 115

15 Gayo Lues 5.720 83.231 146 97.167 170 113.437 198

16 Aceh Tamiang 1.940 292.389 1507 341.346 1760 398.500 2054

17 Nagan Raya 3.903 148.019 38 172.802 44 201.736 52

18 Aceh Jaya 3.703 78.071 21 91.143 25 106.403 29

19 Langsa 262 162.530 620 189.744 724 221.514 845

20 Lhokseumawe 181 209.604 1158 244.699 1352 285.671 1578

21 Bener Meriah 1.454 137.137 94 160.099 110 186.906 129

Jumlah 57.365 5.141.917 90 90 105 105 122

Sumber: Hasil Analisis, 2006. Keterangan:

Kabupaten/Kota Yang Berada di Wilayah Timur Provinsi NAD


(34)

2.1.1.1 Potensi Pariwisata

Berdasarkan nilai PDRB, pariwisata mempunyai kontribusi terhadap PDRB sebesar 11% setiap tahunnya, kontribusi paling besar terjadi pada tahun 2003 sebesar 23,5%. Jenis pariwisata di Provinsi NAD mempunyai beberapa bentuk wisata yaitu termasuk kedalam bentuk wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata ekologi, wisata kota, dan wisata minat khusus.

Untuk memudahkan dalam identifikasi distribusi objek-objek wisata yang ada, maka dibuat cluster yang berdasarkan pada 4 faktor yang dianggap penting, faktor itu adalah (i) faktor letak geografis yaitu kedekatan satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, (ii) faktor jarak yaitu jarak dari satu wilayah dengan wilayah yang lainnya, (iii) faktor aksesibilitas yaitu tingkat kemudahan pencapaian baik jalur transportasi maupun angkutan, dan (iv) faktor pelayanan kota yaitu pelayan suatu kota terhadap kebutuhan dari pada penduduknya.

Tabel II. 2

Potensi Pengembangan Pariwisata Di Provinsi NAD

CLUSTER OBJEK WISATA

UNGGULAN

ARAHAN PENGEMBANGAN

Cluster Banda Aceh -Sabang

Mesjid Raya Baiturrahman, bekas-bekas tsunami, Kherkhof, Pantai Gapang, Taman Laut Pulau Rubiah, dan Pantai Iboih

Diarahkan menjadi

ODTW Alam dan

Budaya

Cluster Aceh Besar - Pidie

Pantai Pelabuhan Malahayati, Pantai Ujung Batee, dan Pantai Mantak Tari.

Diarahkan menjadi ODTW Alam

Cluster Bireuen – Aceh Utara – Lhokseumawe

Museum Maslikussaleh, dan Makam Malikussaleh

Diarahkan menjadi ODTW Budaya dan Minat Khusus

Cluster Aceh Timur –

Langsa – Aceh

Tamiang

Monumen Islam Pertama Asia Tenggara (Monisa), dan Pantai Kuala Langsa

Diarahkan menjadi

ODTW Alam dan

Budaya Cluster Aceh Tengah -

Bener Meriah – Gayo Lues – Aceh Tenggara

Taman Nasional Gunung Leuser Diarahkan menjadi ODTW Alam

Cluster Aceh Jaya – Aceh Barat – Nagan Raya – Aceh Barat Daya

Pantai Putih Cemara Indah, Pantai Lhok Geulumpang, dan Pantai Lagana.

Diarahkan menjadi ODTW Alam


(35)

CLUSTER OBJEK WISATA

UNGGULAN

ARAHAN PENGEMBANGAN

Cluster Aceh Singkil – Aceh Selatan

Pantai Pulau Sarok, Desa Wisata Kuala Baru, dan Taman Laut Pulau Pelambak Besar

Diarahkan menjadi ODTW Alam, Budaya dan Minat Khusus. Cluster Simeulue –

Kepulauan Banyak

Pantai Lasikin Diarahkan menjadi

ODTW Alam

Sumber: Hasil Analisis, 2006

Tabel 2.6 Pengembangan Pariwisata di Prov NAD

2.4 Analisis Pemilihan Lokasi 2.4.1 Pemilihan lokasi proyek.

Lokasi merupakan faktor yang sangat menentukan untuk merencanakan sebuah gedung Art Development Center. Pemilihan lokasi yang tepat dapat menunjang dalam proses kegiatan yang berlangsung sehingga sasaran dari keberadaan Art Development Center dapat tercapai.

Berdasarkan peraturan pemerintah tentang tata ruang kota Banda Aceh, bahwa kegiatan yang bersifat sejarah dan budaya tetap dipertahankan keberadaan kawasan. Maka dari acuan peraturan pemerintah di atas dapat di pilih beberapa lokasi yang keberadaannya dalam kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat konservatif, seperti Art Development Center.

Dalam pemilihan lokasi ada beberapa kriteria yang di tinjau lebih dahulu, sebagai upaya adanya integritas antara Art Development Center dengan sasaran yang hendak dicapai, uraian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Kriteria Bobot Alasan

KDB rendah (40% - 60%) 3

Dengan KDB rendah memungkinkan ruang terbuka. Sehingga dapat memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami.

Tingkat polusi rendah (udara

dan kebisingan ) 2

Ketenangan merupakan faktor utama bagi pengunjung Art Development Center dalam menikmati pameran.

Kemudahan pencapaian 2 Tersedianya berbagai sarana infra


(36)

pencapaian ke lokasi.

Peruntukan lahan 3 Untuk memperoleh intergritas antara

bangunan dengan kawasan disekitarnya.

Kemudahan dalam

pencapaian terhadap fasilitas pendukung

2

Kemudahan dalam pencapaian terhadap fasilitas- fasilitas pendukung seperti bangunan budaya yang lainnya.

Karakter sosial masyarakat 3

Sebagai faktor utama yang merupakan sasaran keberadaan Art Development Center.

Ket Nilai : - 3. Sangat Baik Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan site - 2. Baik Sumber : (Analisis)

- 1. Kurang Baik

Tabel 2.7 analisis pemilihan lokasi

2.4.2 Kriteria Pemilihan Lokasi

Sebagai sebuah bangunan publik, entertainment – edukatif untuk semua lapisan masyarakat, hal pertama yang harus dilakukan ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Art Development Center beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu :

Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan.

Berada di kawasan Cagar Budaya.

Berada di pusat kota.

Dapat dicapai dengan mudah dari berbagai tempat diseputaran kota Banda Aceh, dan transportasi menuju ke lokasi lancar.

Lokasi dekat dengan fasilitas pendukung seperti , taman Sari, Pekuburan Belanda, taman Putroe Phang, Gunongan, Museum Rumoh Aceh, Taman Budaya, Museum Budaya, sebagai bangunan dan tempat bersejarah lainnya.

Dekat dengan kawasan urban dan kawasan wisata kota sebagai acuan untuk sasaran pengunjung yang diperkirakan akan menjadi pengunjung utama untuk bangunan ini.


(37)

Tidak berada pada kawasan perindustrian

1) Tinjauan Terhadap Peraturan Pengembangan Kota Madya Banda Aceh

Dalam pemilihan lokasi untuk Art Development Center perlu pula diperhatikan RTRW

( Rencana Tata Ruang Wilayah):

Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap Peraturan Pengembanngan Kota Madya Banda Aceh sesuai Dengan RTRW, wilayah Kotamadya Banda Aceh meliputi:

Undang-undang Pemerintahan Aceh No.11 Tahun 2006, No. 1 – 4 :

1. Perencanaan pembangunan Aceh/kabupaten/kota disusun secara komprehensif sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a. nilai-nilai Islam; b. sosial budaya;

c. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; d. keadilan dan pemerataan; dan

e. kebutuhan.

2. Perlunya peran serta masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan tata ruang serta pengelolaan lingkungan hidup.

3. Pelaksanaan pembangunan di Aceh dan kabupaten/kota dilakukan dengan mengacu pada rencana pembangunan dan tata ruang nasional yang berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, kemanfaatan, dan keadilan.

4. Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota berkewajiban melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dengan memperhatikan tata ruang, melindungi sumber daya alam hayati, sumber daya alam nonhayati, sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, dan keanekaragaman hayati dengan memperhatikan hak-hak masyarakat adat dan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan penduduk.


(38)

2.4.3 Kebijakan Penataan Ruang

- Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Revisi 2004. A. Pola Pemanfaatan Ruang

Pola pemanfaatan ruang wilayah nasional menggambarkan secara indikatif sebaran kegiatan pelestarian alam dan cagar budaya, kegiatan produksi, serta persebaran kegiatan strategis nasional. Pola ini secara spasial memperlihatkan pola persebaran kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budi daya, dan pola pengembangan kawasan fungsional. Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional meliputi:

- Pola Pengelolaan Kawasan Lindung

Pola pengelolaan kawasan lindung menggambarkan kawasan berfungsi lindung secara indikatif dalam ruang wilayah nasional, baik di darat, laut dan udara. Pola ini memperlihatkan keterkaitan kawasan-kawasan lindung dengan indikasi lokasi pengembangan kawasan budidaya dan sektor produksi didalamnya serta keterkaitan dengan indikasi lokasi kawasan fungsional. Kawasan-kawasan lindung lainnya seperti Kawasan Lahan Gambut, Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana (banjir, tsunami, longsor, gunung berapi dan lain-lain) belum tersedia secara menyeluruh. Misalnya di wilayah Indonesia terdapat banyak gambut seperti di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Irian Jaya, akan tetapi data gambut yang lebih dalam atau sama dengan 3 meter belum tersedia secara menyeluruh, maka dalam pola kawasan lindung tidak diindikasikan kawasan bergambut. Demikian juga dengan kawasan cagar budaya dan kawasan rawan bencana. Kawasan lindung berskala nasional diperlihatkan pada Tabel II.1. Adapun kriteria dan prinsip pengelolaan kawasan lindung menurut RTRW Nasional dapat dilihat pada Tabell II.1.

Kawasan Lindung Nasional Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam (NAD)

NO NAMA KAWASAN

LINDUNG LOKASI/PROVINSI LUAS (HA)

1. TWL. Pulau Weh Nanggroe Aceh

Darussalam 3.900


(39)

Darussalam

3. TN. Gunung Leuser Nanggroe Aceh

Darussalam 623,987

4. THR. Cut Nyak Dien Nanggroe Aceh

Darussalam 6.220

5. CA. Hutan Pinus Jhantoi Nanggroe Aceh

Darussalam 8.000

6. SM. Rawa Singkil Nanggroe Aceh

Darussalam 102.500

Keterangan:

TN : Taman Nasional TWL : Taman Wisata Laut

THR : Taman Hutan Raya CA : Cagar Alam

SM : Suaka Margasatwa Sumber : RTRWN Revisi 2004 Tabel 2.8 merupakan kawasan lindung NAD

Kriteria dan Prinsip Pengelolaan Kawasan Lindung JENIS

KAWASAN LINDUNG

KRITERIA PENETAPAN

PRINSIP PENGELOLAAN III. Kawasan

Suaka Alam, Pelestarian Alam dan

Cagar Budaya


(40)

JENIS KAWASAN LINDUNG KRITERIA PENETAPAN PRINSIP PENGELOLAAN

1. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu

Pengetahuan

Tempat serta ruang di sekitar bangunan

bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk

pengembangan ilmu

pengetahuan.

Kewenangan Pengelolaan:

Pemerintah menetapkan persyaratan

pemintakatan/zoning, pencarian,

pemanfaatan, pemindahan, penggandaan, sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya serta persyaratan penelitian arkeologi.

Pemerintah menetapkan pedoman konservasi arsitektur bangunan dan pelestarian kawasan bangunan bersejarah.

Provinsi menyelenggarakan museum provinsi dan suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan

Penetapan Kawasan:

Penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan oleh Kabupaten/Kota dengan memperhatikan persyaratan dan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang dilindungi termasuk kawasan cagar budaya terbangun dituangkan dalam Perda Kabupaten/Kota.

Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan:

Kabupaten/Kota menyelenggarakan

pengendalian pemanfaatan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan melarang aktivitas yang dapat merusak atau terganggunya kondisi dan karakteristik kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (termasuk kawasan cagar budaya terbangun), dan mengatur pengelolaannya.

Kabupaten/Kota mengumumkan kepada seluruh pelaku pembangunan lokasi dan luas kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Tabel 2.9 Kriteria dan prinsip pengelolaan kawasan Lindung

2.4.4 Pencapaian

Untuk sebuah gedung Art Development Center diharapkan akan ramai dikunjungi orang, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

Mudah diakses dari tempat-tempat penting diluar site ( bahkan akan lebih baik dapat dicapai dengan berjalan kaki ), seperti hotel, terminal, bandara,


(41)

pelabuhan, bank, dan sarana public lainnya. Karena mengingat bangunan memiliki skala pelayanan nasional sehingga harus diupayakan berada di jalur transportasi utama.

Transportasi menuju dan keluar site mudah didapat.

Tidak di kawasan macet, karena dapat semakin menambah kekacauan pada lalu lintas.

i. Area Pelayanan Jasa

Gedung ini didirikan untuk mengakomodasi masyarakat yang membutuhkan pengenalan terhadap Budaya dan perkembangannya serta memperoleh edukasi informal lainnya seperti seni tari, menyanyi, bermusik dan melukis, khususnya bagi masyarakat Banda Aceh sendiri.

Menjadi bangunan yang melayani masyarakat dalam menggali potensi tentang seni dan potensi untuk dapat melestarikan budaya Aceh di kawasan Banda Aceh khususnya.

lingkungan sekitar merupakan lingkungan cagar budaya yang saling berpengaruh terhadap pelestarian Budaya aceh itu sendiri. fungsi-fungsinya dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi pelayanan kesenian dan pelestarian budaya sendiri.

Mitigasi Bencana

Pengert ian mit igasi adalah mengurangi at au menghilangkan dampak bencana. Dimana t indakan yang perlu dilakukan adalah memant au bencana, melokalisir daerah bencana (pet a rawan bencana), pendidikan, pelat ihan, penyuluhan dan penyebaran informasi daerah bencanadan upaya penanggulangannya.

1. Mitigasi Bencana Tsunami

Tsunami adalah gelombang laut yang besar dan t erj adi secara t iba-t iba, sepert i yang t erj adi baru-baru ini di daerah kaj ian, hampir seluruh wilayah Provinsi NAD t erkena dampak Tsunami dengan skala kecil – sedang. Fakt or penyebabnya karena adanya gempa di laut at au longsoran besar di dasar laut . Gelombang besar tersebut akan naik ke daratan dan menyapu berbagai benda yang di laluinya.


(42)

Gempa pada t anggal 26 Desember 2004 t ersebut adalah gempa t erbesar dengan skala 9.0, dengan pusat gempa berada pada 225 Km di selat an Kot a Banda Aceh pada kedalaman 9-10 km, yang pernah t erj adi di daerah ini. Gempa bumi ini diikut i gelombang t sunami yang menghant am hampir seluruh pesisir Provinsi NAD, dengan kerusakan terparah melanda Banda Aceh hingga pantai barat Provinsi NAD. 2. Mitigasi Bencana Gerakan Tanah

Perist iwa bencana gerakan t anah (t anah longsor) di Provinsi NAD j uga harus diwaspadai karena didukung oleh berbagai f akt or sepert i bent uk t opograf i yang relatif curam, kondisi geologi yang bervariasi dengan st rukt ur geologi yang berkembang cukup int ensif dan dikont rol oleh sesar mendat ar ut ama (Semangko

Fault) dan curah huj an yang t inggi. Penyebabnya selain f akt or-f akt or alamiah

j uga disebabkan ulah manusia sepert i penebang pohon secara liar, pemot ongan lereng dan penggalian bahan tambang tanpa memperhatikan kestabilan lereng. Dalam perencanaan penggunaan lahan perlu memperhat ikan daerah-daerah yang rawan longsor agar t idak menimbulkan bencana t erhadap manusia at au lingkungan hidup. Pada dasarnya t uj uan penanggulangan gerakan t anah adalah melindungi dan menyelamat kan penduduk t ermasuk hart a besert a sarana prasarana dari ancaman bencana gerakan tanaH.

2.4.5 Analisa Pemilihan Lokasi

Mesjid Raya Baiturrahman “Land Mark”

Site Taman Sari dan Cagar Budaya Aceh


(43)

Berdasarkan faktor-faktor pertimbangan kriteria pemilihan lokasi di atas, ada tiga alternatif yang terpilih. Dalam menentukan lokasi mana yang sesuai untuk bangunan ini, dapat dilakukan dengan penilaian terhadap ketiga alternatif tapak tersebut sebagai berikut.

A. Alternatif 1

Lokasi : Jl. Iskandar Muda

Luas Lahan : ± 2.3 Ha

Batasan :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Taman Sari Sebelah Timur : Berbatasan dengan jln Teuku Umar. Sebelah Barat : Berbatasan sekolah Adi Dharma.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan perkuburan kerkhoff.

Peraturan pemerintah setempat :

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 40%. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 1,2 – 2,8.

Garis Sempadan Bangunan : 12 m.

Tinggi Bangunan : Maksimum 12 m.

Dimensi Jalan : 8 m.

B. Alternatif 2

Lokasi : Jl. Muhammad Jam

Luas Lahan : ± 1 Ha

Batasan :


(44)

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Mesjid Baiturrahman Sebelah Timur : Berbatasan dengan Genta Plaza.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan pertokoan. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Taman Sari.

Peraturan pemerintah setempat :

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 40% Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 1,2 – 2,8 Garis Sempadan Bangunan : 2 m

Tinggi Bangunan : Maksimum 12 m

Dimensi Jalan : 8 m

C.. Alternatif 3

Lokasi : Jln. Teuku Umar.

Luas Lahan : ± 1,5. Ha

Batasan :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Gunongan

Sebelah Timur : Berbatasan dengan perumahan tentara. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pertokoan.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Taman Budaya Peraturan pemerintah setempat :

Koefisien Dasar Bangunan : 40% Koefisien Lantai Bangunan : 1,2 – 2,8

Garis Sempadan Bangunan : 12 m

Tinggi Bangunan : Maksimum 12 m


(45)

Gbr. 2.2.Tari Saman

Kriteria Bobot Jln Iskandar

Muda

Jln Muh.

Jam

Jln Teuku Umar

KDB (40% - 60%) 3 3 3

Tingkat polusi rendah

(udara dan sebisingan ) 2 2 2

Kemudahan pencapaian 3 3 2

Peruntukan lahan 3 2 2

Kemudahan dalam

pencapaian terhadap fasilitas pendukung

3 3 2

Karakter sosial masyarakat 3 3 3

Total 17 16 14

Ket Nilai : - 3. Sangat Baik Tabel 2.2. Kriteria Pemilihan Site - 2. Baik Sumber : (Analisis) - 1. Kurang Baik Tabel 2.10 Kriteria pemilihan site

Maka berdasarkan analisa di atas, kawasan Jln Teuku Umar memenuhi kriteria untuk lokasi Art Development Center, karena kawasan tersebut memang diperuntukkan untuk kawasan budaya dan sejarah. dan beberapa faktor pendukung lainnya yang terdapat di lingkungan sekitar lokasi.

Alternatif 1

Alternatif 2 Alternatif 3

No Kriteria Jln.

Iskandar Muda

Jln.

Muhammad Jam

Jln. Teuku Umar

1. Kawasan inti dari pusat pertunjukan dan galeri


(46)

yang sudah ada

2. Daerah komersil dan pendidikan

+++ ++ +++

3. Aksesbilitas

Kendaraan pribadi ++ + +

Kendaraan umum ++ + +

Pejalan kaki +++ + +

4. Fasilitas pendukung Pusat perbelanjaan (radius 500 m)

+ ++++++ +

Hotel (radius 500 m) - - -

Permukiman +++++ +++ +

Rumah makan (radius 500 m)

++++ +

5. Kesesuaian dengan

RUTRK Banda Aceh

- - -

TOTAL 23 15 12

Maka berdasarkan kriteria diatas dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Art Develpomemt Center adalah adalah alternatif lokasi 1 yang terletak di jalan Iskandar Muda.


(47)

2.4.6 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan

Art Development Center ini tentunya mendapatkan apresiasi dari masyarakat seni pada khususnya dan masyarakat umum pada umumnya. Masyarakat umum yang biasanya mengapresiasikan seni adalah datang dari masyarakat dari kalangan menengah keatas juga akademisi, sehingga penempatan gedung ini sebaiknya berada dekat dengan daerah kegiatan mereka. Namun sasaran Art Development Center ini adalah bagaimana merancang bangunan yang mampu menghasilkan pelayanan seni terbaik terhadap masyarakat sebagai edukasi seni yang bersifat informal dalam rangka pelestarian bangunan budaya yang terdapat di kawasan site, sehingga keberadaanya di pusat kota menjadi daya tarik masyarakat untukertarik terhadap seni dan keberadaan akan kawasan cagar budaya tersebut.

Peta. Indonesia

Peta. Sumatera

Peta .

Kota MadyaBanda Aceh

Peta.

Kecamatan Baiturrahman

SITE


(48)

Kasus Proyek : Art Development Center di Banda Aceh Status Proyek : Fiktif

Pemilik Proyek : Kerjasama Pemerintah dan Swasta

Lokasi Tapak : Jln. Iskandar Muda, Kecamatan Baiturrahman Kotamadya Banda Aceh

Batas-batas site

o Batas Utara : berbatasan dengan Taman sari

o Batas Timur : berbatasan dengan jln. Teuku Umar o Batas Selatan : berbatasan dengan kenkhorff

o Batas Barat : berbatasan dengan Sekolah Adi Dharma o Luas Lahan : + 2,3 Ha (+ 23.000 m2)

Kontur : Datar

KDB : 60 %

KLB : 3-5 lantai

GSB

oJln. Iskandar Muda : 9 m

oJln. Teuku Umar : 8 m

Bangunan Eksisting : lahan kosong Potensi Lahan :

o Terletak dipusat kota.

o Berada pada kawasan budaya. o Transportasi lancar dan baik o Luas site mendukung + 2,3Ha o Memiliki jalur utilitas yang baik.

2.5. TINJAUAN FUNGSI

Masyarakat Banda Aceh yang saat ini diperkirakan berjumlah kurang lebih 219.659 jiwa. Tidak kurang 90% diantaranya adalah orang yang membutuhkan atau terlibat langsung dalam dunia seni. Dan 50% lainnya adalah orang-orang yang rela mengeluarkan uang lebih untuk menikmati dan mngunjungi kegiatan seni. Karena kurangnya fasilitas merupakan salah satu faktor kurangnya penyediaan , pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kesenian di Banda Aceh khususnya. Dibawah


(49)

ini merupakan tabel minat masyarakat terhadap kesenian Nanggro Aceh Darussalam khususnya kota Banda Aceh.

Presentase penduduk 10 tahun keatas yang menonton kesenian menurut golongan umur dan jenis kesenian yang paling sering ditonton.

Tabel Presentase Jumlah Pecinta Seni di Banda Aceh

Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Umu r Seni Musik Seni Tari Seni Teater Seni Pahat Seni Lukis Seni Wayang Seni Lainnya Jlh

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10-14 50.00 36.00 6.00 0.00 5.00 0.00 0.00 100%

15-19 43.00 44.00 2.00 1.00 2.00 0.00 5.00 100%

20-24 43.00 41.00 2.00 3.00 5.00 0.00 6.00 100%

25-29 28.00 30.00 4.00 4.00 7.00 0.00 27.00 100%

30-64 3.00 29.00 1.00 7.00 38.00 0.00 22.00 100%

65+ 0.00 19.00 1.00 37.00 34.00 0.00 9.00 100%

Jlh 167.0 199.00 16.00 52.00 91.00 0.00 69.00

Presentase penduduk 10 tahun keatas yang menonton kesenian menurut golongan rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan dan jenis kesenian yang paling sering ditonton.

Tabel Pengeluaran Penduduk Kota Medan untuk Kegiatan Seni

Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan

Gol. Rata-rata pengeluaran rumah tangga/bln (Rp) Seni M U S I K Seni T A R I Seni T E A T E R Seni P A H A T Seni L U K I S Seni W A Y A N G Seni L A I N N Y A J U M L A H

<30.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100%

30.000-39.999 60.00 54.00 8.60 0.00 0.00 0.00 0.00 100%


(50)

40.000-49.999 25.00 50.00 9.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100% 50.000-74.999 33.33 19.44 11.11 0.00 0.00 0.00 19.44 100% 75.000-99.999 41.88 22.22 4.27 1.71 0.00 0.00 10.26 100%

100.000-149.999

45.24 21.55 6.02 0.19 0.00 0.00 10.29 100%

150.000-199.999

57.06 17.15 6.72 1.27 0.00 0.00 8.23 100%

200.000-299.999

63.39 16.95 4.80 0.40 0.08 0.00 7.35 100%

300.000-399.999

55.24 24.37 6.04 1.78 0.18 0.00 7.64 100%

400.000-499.999

53.39 21.53 7.96 0.88 0.59 0.00 10.91 100%

>500.000 51.04 22.17 5.54 3.00 0.92 0.00 13.16 100%

2.5.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Berdasarkan pengguna dan pelaku kegiatannya dibagi ke dalam tiga pelaku utama :

Pelaku Seni

a. Pelaku seni adalah orang-orang yang melakukan kegiatan seni yang tergabung kedalam sanggar seni yang disediakan oleh pengelola gedung, maupun sanggar lain diluar program Pelaku seni adalah orang-orang yang melakukan kegiatan seni yang tergabung kedalam sanggar seni yang disediakan oleh pengelola gedung, maupun sanggar lain diluar program, dengan sistem sewa.

b. Usia pelaku seni 7-30 tahun tergabung kedalam sanggar seni yang ada. Masing-masing sanggar melaksanakan latihan dengan kurang lebih 30 orang diluar para pengajar.

c. Kegiatan yang dilakukan:

o Latihan, frekuensi latihan setiap hari

o Diskusi


(51)

o Pertunjukan dan pameran

Pengunjung

a. Pengunjung adalah warga yang mendomisili di kota madya Banda Aceh serta turis dalam dan luar negri.

b. Kegiatan yang dilakukan pengunjung:

o Menonton pertunjukan atau melihat pameran

o Membeli dan melihat-lihat produk yang disediakan oleh retail-retail pengunjung.

o Menikmati makanan yang ada di kafetaria dan coffe shop

o Rekreasi

Pengelola

Pengelola adalah yang mengendalikan kegiatan bangunan. Terdiri dari manager, staf (promosi dan publikasi), teknisi (pada pencahayaan, sound system, dan penataan panggung) serta bagian servis yang membersihkan, dan merawat peralatan utilitas.

Pulang

Istirahat

Pameran / pertunjukan Datang

Latihan

Diskusi

Pulang Istirahat

Datang

Melihat pertunjukan

Melihat pameran

Pulang Istirahat

Datang

Bekerja

Administrasi Penelitian

Diagram 2.1.analisa kegiatan pelaku seni


(52)

2.5.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang

Fasilitas Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang

Karyawan Menjaga keamanan

Melakukan kegiatan sanitair Publik

Pengunjung Melakukan kegiatan sanitair Shalat R.satpam Toilet pengunjung Toilet karyawan Mushalla Hall Plaza Karyawan Menjual tiket galeri

Menerima titipan barang Menjaga keamanan

Melakukan kegiatan ekhsibisi tetap

Melakukan kegiatan ekhsibisi temporer

Menyimpan alat

Melakukan restorasi/konservasi brg

Mengambil makanan dan minum Melakukan kegiatan sanitair Menaikturunkan barang Galeri

Pengunjung Membeli tiket galeri Menitipkan barang

Melihat pameran visual arts Melakukan kegiatan sanitair

Lobby

Loket tiket galeri Area penitipan barang Area jaga galeri R.ekhsibisi tetap R.ekhsibisi temporer R.penyimpanan koleksi R.bongkar pasang Gudang R.konservatori/restorasi Pantry Toilet karyawan Toilet pengunjung Loading dock

Theater Karyawan Menjual tiket teater Menjaga keamanan Mengontrol cahaya Mengontrol suara Mengontrol proyektor

Menyajikan makanan dan minuman ringan

Mengadakan ekhsibisi Memperbaiki peralatan Menyimpan peralatan Menyimpan alat musik

Menyimpan bagian panggung yang tidak dibutuhkan

Menyimpan kostum Menaik turunkan barang

Foyer

Loket tiket teater Area jaga teater Auditorium Toilet pengunjung Toilet karyawan Snack bar Area ekhsibisi Pit orchestra Panggung/pentas Backstage R.kontrol cahaya R.kontrol proyektor Bengkel Gudang alat R.ganti


(53)

Pengunjung Membeli tiket teater

Melihat acara seni peertunjukan Melakukan kegiatan sanitair Membeli makanan dan minuman di saat pertunjukan

Melihat ekhsibisi

Pelaku

pertunjukan seni

Mementaskan pertunjukan seni Merias dan mengantikan pakaian Melakukan kegiatan sanitair, istirahat dan memasak dll.

Melakukan latihan

Toilet pentas R.latihan R.jaga belakang Panggung

Gudang alat musik Gudang kostum Loading dock R.bawah panggung

Karyawan Menjual tiket konser Menjaga keamanan Mengontrol cahaya Mengontrol suara Mengontrol proyektor

Menyajikan makanan dan minuman ringan

Mengadakan ekhsibisi Memperbaiki peralatan Menyimpan peralatan Menyimpan alat musik

Menyimpan bagian panggung yang tidak dibutuhkan

Menyimpan kostum Menaik turunkan barang Pengunjung Membeli tiket konser

Melihat acara seni pertunjukan Melakukan kegiatan sanitair Membeli makanan dan minuman di saat pertunjukan

Melihat konser Concert Hall

Pelaku seni Mementaskan pertunjukan seni Merias dan mengantikan pakaian Melakukan kegiatan sanitair, istirahat dan memasak dll.

Melakukan latihan

Foyer

Loket tiket konser Area jaga konser Auditorium Toilet pengunjung Toilet karyawan Snack bar Area ekhsibisi Pit orchestra Panggung/pentas Backstage R.kontrol cahaya R.kontrol proyektor Bengkel Gudang alat R.ganti Toilet pentas R.latihan R.jaga belakang Panggung

Gudang alat musik Gudang kostum Loading dock R.bawah panggung

Edukasi seni informal

Karyawan Mengkoordinir jadwal, tata

usaha dsb.

Menerima pendaftaran dsb Menyimpan alat seni lukis Menyimpan alat seni fotografi Menyimpan alat kriya keramik Menyimpan alat seni patung Menyimpan alat kriya kayu Menyimpan peralatan seni tari Menyimpan peralatan seni teater

R.tata usaha R.pendaftaran Gudang seni lukis Gudang fotografi Gudang kriya keramik Gudang seni patung Gudang kriya kayu Gudang seni teater Gudang seni tari Gudang seni musik


(54)

Menyimpan peralatan musik

Mengambil makanan dan

minuman

Melakukan kegiatan sanitair Pengajar edukasi

seni informal

Menyiapkan bahan pelajaran Memberi konsultasi pada peserta edukasi

Melakukan kegiatan sanitair Peserta edukasi Melukis

Mendapat pengajaran teori dan teknik fotografi

Memproses film Mematung

Membentuk dan mengolah tanah liat menjadi suatu obyek

Membiarkan obyek tanah liat untuk dikeringkan

Memasukkan obyek tanah liat ke dalam oven untuk dikeringkan Memasukkan obyek tanah liat yang telah dikeringkan ke tungku untuk dibakar

Latihan Menari

Latihan bermain music Latihan vocal

Latihan seni teater Mengolah bahan kayu Melakukan kegiatan sanitair

R.pengajar Studio seni lukis Studio fotografi R.prosessing R.gelap

Studio seni patung Studio kriya keramik Area persiapan kriya keramik

Area alat

Pengeringan kriya kriya keramik

R.pembakaran kriya keramik

Studio kriya kayu Studio tari Studio music Studio vocal Studio teater Toilet peserta Toilet karyawan Lobby Pantry

karyawan Memberikan pelayanan

Mengembalikan buku

Memberi pelayanan meminjam buku

Menerima titipan barang Melakukan kegiatan fotokopi Mengkoordinir administrasi perpustakaan

Mengambil makanan dan

minuman

Memberikan pelayanan

multimedia Perpustakaan

seni

Pengunjung Mencari buku seni anak-anak Mencari buku seni dewasa Mencari majalah

Mencari uku referensi seni Pelayanan meminjam buku Pelayanan pengembalian buku Melihat catalog

Menitipkan barang

Menggunakan jasa fotokopi Membaca buku

Counter pengembalian Counter peminjaman

Tempat penitipan

barang R.fotokopi R.administrasi R.staff

R.buku seni dewasa R.buku seni anak-anak R.majalah R.buku referensi Area catalog R.baca R.baca anak-anak Pantry Lobby R.multimedia


(55)

Menggunakan fasilitas

multimedia

KEGIATAN PENUNJANG

Fasilitas Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang

Pengelola bangunan

Mengelola bangunan

Melakukan kegiatan sanitair Menyimpan barang

Pengelola

Tamu Menunggu

Melakukan tranksasi dan negosiasi Lobby R.tunggu R.pimpinan R.divisi R.rapat R.tamu Gudang Pengelola operasional& promosi

Mengelola kegiatan operasional Sanitair

Meyimpan barang

Tamu Menunggu

Melakukan tranksasi dan negosiasi Lobby R.tunggu R.pimpinan R.divisi R.rapat R.tamu Gudang

Karyawan Mengawasi keamanan

Mengawasi kebersihan

Mengawasi mekanikal dan elektrikal

Menganti pakaian

Melakukan kegiatan sanitair Mendapatkan perawatan medis Service

Pengunjung Parkir

Mendapatkan perawatan medis

Lobby R.keamanan Gudang R.istirahat karyawan Pantry R.ganti/ loker R.ME R.pengudaraan R.plumbing R.P3K Toilet karyawan Parkir

KEGIATAN PELENGKAP

Fasilitas Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang

Restaurant Karyawan Menyajikan makanan dan

minuman Memasak

Melakukan tranksasi pembayaran Mengelola kafetaria

Menyimpan barang Menyimpan peralatan Melakukan kegiatan sanitair Menaikturunkan barang R.counter Dapur kasir R.makan R.pengelola Kafetaria R.penyimpanan Gudang Toilet Loading dock


(1)

166


(2)

167

6.24 DETAIL


(3)

168

6.25 PERSPEKTIF INTERIOR

6.26 PERSPEKTIF INTERIOR


(4)

169

6.27 PERSPEKTIF EKSTERIOR

DAFTAR PUSTAKA


(5)

x DAFTAR PUSTAKA

D.K.Ching, Francis. (1999), Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga.

Laseau, Paul. (1986), Berpikir Gambar Bagi Arsitek dan Perancang. Penerbit ITB, Bandung.

Neufert, Ernest. (2002), Data Arsitek. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril. (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Samanhudi. (1996), 22 Tahun Taman Budaya, Banda Aceh.

Tammat, Mahmud. Seni Rupa Aceh, (1996), Penerbit:-, Banda Aceh.

Wadarminta, W.J.S. Poer, (1999), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Jakarta.

White, Edward T. Concept Source Book, Architectural Media Ltd. Arizona.


(6)

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.