BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah tanaman kelapa sawit Elaeis guinensis JACQ . Nama genus Elaeis berasal
dari bahasa Yunanai yaitu Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guenensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin
menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae.
Tanaman kelapa sawit ditemukan pertama kali oleh Jacquin di Amerika Selatan, dikota Brazil.
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm tahun dengan kisaran suhu 22 - 32
o
C. Saat ini sekitar 5,5 juta Ha lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memproduksi minyak sawit mentah
CPO dengan kapasitas minimal 10 juta ton per tahun dan merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia.
Pada dasarnya, buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah mesokarp berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal
sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Olein CPO . Minyak ini berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida terutama β - karoten yang
tinggi, berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar, dan dalam keadaan segar dan rendah akan asam lemak bebas, bau dan rasanya cukup enak, sedangkan minyak yang
kedua berasal dari inti sawit, tidak berwana, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit
Universitas Sumatera Utara
atau Palm Kernel Olein PKO . Minyak inti sawit banyak mengandung lemak, protein, serat dan air.
Dalam pemanfaatannya, minyak kelapa sawit tidak dapat digunakan langsung tanpa melalui proses pengolahan. Oleh karena itu, standar mutu adalah merupakan hal
yang paling penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Salah satu faktor yang menentukan standar mutu minyak kelapa sawit adalah bilangan peroksida.
Besarnya bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit dapat menyebabkan ketengikan pada minyak dimana ketengikan merupakan indikasi bahwa minyak
tersebut tidak memenuhi kualitas minyak yang baik. Pabrik yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku dapat
menilai mutu dan kualitas minyak dengan melihat bilangan peroksida. Dari bilangan peroksida, dapat diperkirakan sejauh mana proses oksidasi berlangsung sehingga
dapat pula dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan produk akhir yang memiliki daya tahan dan daya simpan yang lama. Angka oksidasi dihitung
berdasarkan angka peroksida. Sebagai standar umum, dipakai angka 1 meq milligram equivalent , tetapi ada juga yang memiliki standar yang lebih lagi yaitu
0,5 meq. Diatas angka tersebut mutu barang jadi yang dihasilkan dapat dipastikan kurang baik.
Proses oksidasi dapat distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna warna minyak menjadi
semakin gelap . Selain itu, suhu atau pemanasan pada temperatur yang tinggi juga dapat mempercepat proses oksidasi serta meningkatkan angka peroksida pada minyak.
Tingginya bilangan peroksida pada minyak, akan menyebabkan kualitas minyak menurun dan rendahnya kandungan gizi yang terkandung pada minyak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih judul
“ PENGARUH PEMANASAN RBDO REFINED BLEACHED DEODORIZED OLEIN TERHADAP BILANGAN PEROKSIDA PEROXIDE VALUE . “
1.2 Permasalahan