Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih judul
“ PENGARUH PEMANASAN RBDO REFINED BLEACHED DEODORIZED OLEIN TERHADAP BILANGAN PEROKSIDA PEROXIDE VALUE . “
1.2 Permasalahan
Pengolahan minyak sawit terdiri dari beberapa tahapan untuk menghasilkan Olein yang terpisah pada proses fraksinasi.
Dalam hal ini, permasalahannya adalah apakah minyak RBD Olein yang dipanaskan pada suhu yang tinggi memenuhi standar menurut PORAM.
1.3 Tujuan
Untuk menentukan bilangan peroksida RBD Olein dari hasil fraksinasi dengan perlakuan pemanasan pada temperatur yang tinggi.
1.4 Manfaat
Dengan mengetahui bilangan peroksida pada minyak RBD Olein dapat diketahui kualitas dari minyak goreng tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal – Usul Kelapa Sawit
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut
berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak
diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini
tidak lagi dipermasalahkan orang. Di luar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman
komoditas penghasil produk dagangan sejak Revolusi Industri bergaung keras di Eropa. Saat itu, di Eropa mulai bermunculan industri atau pabrik antara lain industri
sabun dan margarin yang membutuhkan bahan mentah bahan baku untuk operasionalnya.
Saat ini kelapa sawit telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap
sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1884 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon Mauritus dan Amsterdam. Ke-
empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara. Risza, S.
2.2 Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit dibagi atas lima varietas, yaitu :
1. Dura
Tebal tempurung antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 –
50 . Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. 2.
Psifera Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jen
is lain. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4
mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 95 .
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya sangat tipis sekali. Tim Penulis, PS
Universitas Sumatera Utara
2.3 Minyak Kelapa Sawit