Weinberg dkk 2003 melaporkan angka sensitivitas untuk pemeriksaan PAS sebesar 92.
25
Karena nilai sensitivitasnya yang cukup tinggi, maka metode ini dapat dijadikan suatu alternatif sebagai pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis
onikomikosis. Meskipun demikian, metode PAS ini juga mempunyai beberapa potensi kelemahan yaitu prosedur pemeriksaan yang lebih bersifat invasif,
membutuhkan klinisi pemeriksa yang terlatih untuk memeriksa jaringan histopatologis, serta biaya pemeriksaan yang relatif lebih mahal dibandingkan
pemeriksaan KOH 20 dan kultur.
23,26
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga diperlukan suatu
penelitian untuk mengetahui metode mana yang sebenarnya paling baik untuk mendiagnosis onikomikosis. Informasi ini akan sangat membantu bagi para klinisi
dalam hal menentukan jenis pemeriksaan penunjang onikomikosis yang tepat dan efisien.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian yang membandingkan uji diagnostik pemeriksaan PAS dan kultur untuk diagnosis
onikomikosis. Hingga saat ini belum ada penelitian sejenis yang membandingkan pemeriksaan PAS dan kultur untuk diagnosis onikomikosis di Indonesia.
1.2 Rumusan masalah
Metode pemeriksaan manakah diantara pewarnaan PAS dan kultur yang lebih baik untuk mendiagnosis onikomikosis.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis
Pemeriksaan dengan pewarnaan PAS lebih baik dibandingkan dengan kultur dalam mendiagnosis onikomikosis.
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pemeriksaan mana paling baik diantara pewarnaan PAS dan kultur untuk mendiagnosis onikomikosis selain pemeriksaan KOH 20.
1.4.2 Tujuan khusus
A. Untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, Positive Predictive Value PPV, Negative Predictive Value NPV pewarnaan PAS untuk diagnosis
onikomikosis. B. Untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, Positive Predictive Value
PPV, Negative Predictive Value NPV pemeriksaan kultur untuk diagnosis onikomikosis.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1. Nilai sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan penunjang dengan pewarnaan PAS dan kultur dapat menjadi acuan sebagai pertimbangan pilihan untuk
menegakkan diagnosis onikomikosis. 1.5.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar selanjutnya terutama
dalam hal menentukan pemeriksaan penunjang yang sensitif dan spesifik untuk menegakkan diagnosis onikomikosis .
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka teori
Gambaran klinis :
1. Onikomikosis
subungual distal dan lateral 2.
Onikomikosis superfisial putih
3. Onikomikosis
subungual proksimal 4.
Onikomikosis Total Distrofik
Dermatofita Non
dermatofita
Pemeriksaan penunjang :
a. KOH
20 b.
PAS c.
Kultur
Diagnosis Onikomikosis
Universitas Sumatera Utara
1.7 Kerangka konsep
Onikomikosis subungual
distal dan
lateral
Onikomikosis superfisial putih
Diduga onikomikosis
Onikomikosis subungual
proksimal
Onikomikosis distrofik total
KOH 20
PAS Kultur
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Onikomikosis 2.1.1 Pendahuluan
Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90 onikomikosis disebabkan oleh
dermatofita.
1-3
Penyakit ini jarang memberikan keluhan pada penderita, sehingga penderita baru datang berobat apabila kukunya telah rusak dan mengganggu secara kosmetik.
Diagnosis kelainan kuku dermatofita dan non dermatofita kadang sukar dibedakan dengan kelainan kuku yang disebabkan hal lain.
1,14
2.1.2 Epidemiologi
Onikomikosis terdapat diseluruh dunia, angka kejadiannnya terus meningkat yang merupakan 50 dari seluruh penyakit kuku, dan 30 dari seluruh kasus jamur
superfisial.
1
Prevalensi onikomikosis di Inggris 2,8 pada laki-laki dan 2,6 perempuan, sedangkan di Amerika Serikat berkisar 2,2 – 2,5 , sejumlah 43 diantaranya tidak
melakukan pengobatan. Sebuah penelitian lain di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa total jumlah kunjungan 662.000 pasien penderita onikomikosis ke dokter
sebanyak 1,3 juta kali. Kejadian onikomikosis juga meningkat pada anak, diperkirakan sekitar 20 dari mikosis superfisial yang didiagnosis pada anak.
9,13
Di Indonesia angka pasti kejadian penyakit ini belum pernah dilaporkan. Hasil penelitian penderita onikomikosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah
Denpasar selama periode Januari 2006 hingga Desember 2008 berjumlah 12.574
Universitas Sumatera Utara
orang, diantaranya didapatkan penderita onikomikosis 67 orang 0,53 dari jumlah tersebut didapat penderita laki-laki 29 orang 43,28 dan penderita perempuan
sebanyak 38 orang 56,72.
28
Di RSUP. H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari hingga Desember 2006 dari total 4418 pasien yang
berobat penderita onikomikosis sebanyak 33 orang dan periode Januari hingga Desember 2009, dari total 3450 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin, 32 diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis onikomikosis.
Data tidak dipublikasikan
2.1.3 Anatomi kuku
Kuku terdiri dari lempeng kuku nail plate, lipatan kuku lateral dan proksimal, hiponikium, bantalan kuku nail bed dan matriks. Matriks dan bantalan
kuku membantu pembentukan lempeng kuku. Bagian ventral lempeng kuku dibentuk oleh bantalan kuku, sedang sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku berwarna
translucent, melalui lempeng kuku merupakan struktur yang paling besar, melekat kuat pada bantalan kuku dimana perlekatan ini kurang kuat kearah proksimal, terpisah
dari sudut postolateral. Seperempat bagian kuku ditutupi oleh lunula putih.
27
Pada pemotongan longitudinal, lipatan kuku bagian proksimal terlihat berupa lanjutan dari kulit sekitar dorsum dan phalangs terminal. Epidermis pada lipatan ini
berlanjut disekitar dasar kuku. Lipatan kuku bagian proksimal dan memiliki dua permukaan epitel yaitu : bagian dorsal dan ventral. Pada persambungan keduanya
dijumpai kutikula yang berproyeksi kearah distal diatas permukaan kuku. Matriks kuku dapat dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian intermediate yang menutupi
lempeng kuku bagian proksimal sampai ujung distal dari lunula, dan bagian ventral.
Universitas Sumatera Utara
Pada daerah pemisahan antara lempeng kuku dan bantalan kuku, dapat dijumpai epitel sohlenhorn. Pada keadaan normal struktur ini hanya berupa sisa.
27
2.1.4 Fisiologi Kuku
Matriks merupakan pusat pertumbuhan kuku. Kuku tangan tumbuh lebih cepat dari kuku kaki, yakni sepanjang 2-3 mm perbulan, sedangkan kuku kaki 1 mm
perbulan. Diperlukan waktu 100 sampai 180 hari 6 bulan untuk mengganti satu kuku tangan dan sekitar 12-18 bulan untuk satu kuku kaki. Kecepatan pertumbuhan kuku
menurun pada penderita penyakit pembuluh darah perifer dan pada usia lanjut.
27
2.1.5 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Onikomikosis dapat disebabkan oleh kelompok jamur dermatofita, non dermatofita atau yeast. Dari kelompok dermatofita penyebab yang tersering adalah
Trichophyton rubrum sebanyak 70 dan Trichophyton mentagrophytes sebanyak 20 . Selain itu Trichophyton tonsurans, Epidermophyton fluccosum, Trichophyton
violaceum, Trichophyton verrucosum, Microsporum gypseum dan Trichophyton soudanacea dapat menyebabkan pada onikomikosis namun golongan jamur tersebut
jarang ditemukan.
17,19
Penyebab tersering dari kelompok yeast adalah Candida albicans yaitu sebanyak 6 dijumpai pada onikomikosis, sedangkan dari kelompok non dermatofita
penyebab yang tersering dijumpai adalah Claudiosporium, Alternaria, Aspergillus, Fusarium dan Epiccocum.
17,19
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan sumber penularan, iklim yang panas dan lembab, kebiasaan memakai sepatu tertutup dan sempit, kurangnya
kebersihan, trauma berulang pada kuku, tinea pedis dan gangguan imunitas
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor penyebab terjadinya kelainan kuku akibat jamur.
7,9
Kelainan kuku dapat berawal sebagai tinea pedis atau langsung pada kuku. Pada penyebab Candida
dapat endogen dari traktus digestivus sebagai flora komensal selain sumber penularan dari kandidosis pada organ lain.
13,14
Tingginya prevalensi onikomikosis pada usia tua disebabkan oleh insufisiensi sirkulasi perifer, diabetes, antibiotik jangka panjang, penurunan imunitas serta
berkurangnya kemampuan untuk menjaga kebersihan diri.
5
Sedangkan rendahnya prevalensi pada anak-anak dihubungkan dengan kurangnya paparan jamur,
pertumbuhan kuku yang lebih cepat, permukaan kuku yang lebih kecil.
14,15
2.1.6. Gambaran klinis
Gambaran klinis onikomikosis :
1. Onikomikosis Subungual Distal Lateral Merupakan bentuk onikomikosis yang paling sering dijumpai. Infeksi dari
distal dapat meluas kelateral kuku sehingga memberi gambaran Onikomikosis Distal dan Lateral. Lempeng kuku bagian distal berwarna kuning atau putih. Terjadi
hiperkeratosis subungual, yang menyebabkan onikolisis terlepasnya lempeng kuku dari nail bed dan terbentuknya ruang subungual berisi debris yang menjadi “mycotic
reservoir” bagi infeksi sekunder oleh bakteri. Penyebab tersering adalah T. Mentagrophytes, T. Tonsurans dan E. Fluccosum.
17,19
2. Onikomikosis Superfisial Putih Gambaran klinis kedua yang paling banyak ditemukan sesudah onikomikosis
subungual distal lateral. Nama lainnya adalah Leukonikia Mikotika, mencakup sekitar 10 dari seluruh kasus onikomikosis. Invasi jamur terjadi pada permukaan
superfisial lempeng kuku. Gambaran yang khas adalah “white island” berbatas tegas
Universitas Sumatera Utara
pada permukaan kuku, tumbuh secara radial, berkonfluensi, dapat menutupi seluruh permukaan kuku. Pertumbuhan jamur menjalar melalui lapisan tanduk menuju nail
bed bantalan kuku dan hiponikium. Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh. Penyebab tersering adalah T. Mentagrophytes.
17
3. Onikomikosis Subungual Proksimal Merupakan gambaran klinis yang sering ditemukan pada pasien
imunokompromais, penderita penyakit vaskular perifer, dan paling jarang ditemukan pada populasi imunokompeten. Didahului dengan invasi jamur pada lipat kuku
proksimal kemudian menuju distal dan matriks, sehingga pada akhirnya menginvasi lempeng kuku dari arah bawah. Gambaran klinis berupa hiperkeratosis subungual,
onikolisis proksimal, leukonikia, dan akhirnya dapat mengakibatkan destruksi lempeng kuku proksimal. Penyebab tersering adalah T. Rubrum.
17
4. Onikomikosis Distrofik Total Jamur menginfeksi lempeng kuku sehingga mengalami kerusakan berat.
Infeksi dimulai dengan lateral atau distal onikomikosis dan kemudian menginvasi seluruh kuku secara progresif. Kuku tampak berkerut dan hancur. Fragmen-fragmen
lempeng kuku masih tinggal akan merusak dan terlihat sebagai tungkul kayu pada lipatan kuku bagian proksimal. Keluhan subjektif dirasakan sebagai nyeri ringan dan
yang lebih berat dapat terjadi infeksi sekunder.
17
2.1.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium penunjang. Keluhan berupa gejala pada onikomikosis selalu hampir
tidak ada atau tidak dirasakan pasien kecuali kalau semua kukunya sudah terkena. Secara umum penderita onikomikosis terutama yang disebabkan jamur dermatofita
mengeluh adanya perubahan kuku permukaan kuku yang warnanya sudah menjadi
Universitas Sumatera Utara
suram tidak berkilat lagi, rapuh disertai hiperkeratosis subungual tanpa adanya keluhan gatal ataupun sakit.
17,20
2.1.8. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis onikomikosis, diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan mikroskopi langsung, kultur jamur dan histopatologi.
Diagnosis laboratorium yang baik ditentukan oleh cara pengambilan bahan pemeriksaan. Sebelum bahan diambil, kuku terlebih dahulu dibersihkan dengan
alkohol, untuk membunuh bakteri. Selanjutnya bahan dipotong menjadi fragmen- fragmen kecil dan dibagi untuk pemeriksaan mikroskopis langsung, kultur dan
histopatologi.
26,30
a. Mikroskopi langsung
Pemeriksaan mikroskopi langsung dengan Kalium hidroksida KOH adalah murah dan mudah dilaksanakan, namun memiliki keterbatasan. Pemeriksaan ini hanya
berfungsi sebagai penyaring ada atau tidaknya infeksi, tetapi tidak dapat menentukan spesies penyebabnya.
26,24
Sebelum diperiksa dibawah mikroskop, spesimen dilunakkan dan dijernihkan dalam larutan KOH 20-30 . Dimetil sulfoksida DMSO 40 juga dapat dipakai
untuk melunakkan kuku. Larutan KOH diteteskan pada objek glass, kemudian spesimen diletakkan diatasnya. Setelah ditutup dengan deck objek penutup,
dilewatkan diatas api Bunsen untuk mempercepat proses penghancuran keratin sekaligus menghilangkan gelembung udara pada objek glass. Lalu diamati dibawah
mikroskop maka akan terlihat elemen-elemen jamur seperti hifa dan spora. Gambaran jamur dapat diperjelas menggunakan tinta parker biru, Chlorazol black E. Tinta
parker paling sering digunakan karena mudah didapatkan. Spesimen diperiksa untuk
Universitas Sumatera Utara
identifikasi elemen-elemen jamur, yakni hifa atau arthospora jamur. Terdapatnya sejumlah besar filamen dalam lempeng kuku, terutama bila berupa arthospora
memiliki arti diagnostik untuk dermatofita. Adanya pseudofilamen dan filamen disertai ragi didalam nail bed memberi petunjuk onikomikosis oleh Candida sp.
Terdapatnya filamen-filamen tipis dan tebal, dengan bermacam-macam ukuran, bentuk dan arah di dalam nail bed yang sama memberi kesan infeksi campuran
beberapa jamur patogen.
25,26
b. Kultur