BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di antara penyakit degeneratif, Diabetes Melitus DM adalah salah satu penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa yang akan
datang. Dan saat ini DM sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke-21. Dari semua populasi DM, lebih dari
90 menderita DM tipe 2. Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih dewasa berkisar 3-6. Angka tersebut merupakan baku emas untuk membandingkan
prevalensi di suatu negara-negara berkembang yang laju pertumbuhan ekonominya sangat menonjol, misalnya Singapura yang prevalensi DM-nya
meningkat dibandingkan 10 tahun yang lalu. Angka tersebut juga dapat membandingkan suatu kelompok etnis tertentu dengan kelompok etnis kulit putih
Suryono,2009. Selain itu, masalah DM di negara-negara berkembang juga pada akhir-akhir
ini mendapat perhatian, dan dari data terakhir menunjukkan justru peningkatan tertinggi jumlah penderita DM terjadi di negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Meningkatnya prevalensi DM di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan juga turut disoroti WHO,
2006. Wild, Roglic, Green, Sicree and King 2004 menyatakan bahwa Indonesia
merupakan negara ke-4 yang prevalensi kejadian DMnya meningkat di tahun 2030. Pada tahun 2000, prevalensi kejadian DM sekitar 8,4 dan diperkirakan di
tahun 2030 prevalensi kejadian DMnya menjadi 21,3 dan mayoritas kelompok usia yang terkena DM sekitar 45 sampai 64 tahun.
Data terakhir yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI 2008 menyatakan bahwa kasus DM tipe 2 termasuk dalam 50 peringkat utama penyebab kematian,
rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit Indonesia selama tahun 2007. Riskesdas 2007 melakukan wawancara dan pemeriksaan kadar glukosa darah
pada sejumlah sampel usia 15 tahun di daerah perkotaan dengan mengunakan
Universitas Sumatera Utara
kriteria WHO 1999 dan American Diabetic Association 2003 dan diperoleh hasil prevalensi total DM pada penduduk perkotaan sebesar 5,7 , namun hanya 1,5
yang mengetahui dirinya menderita DM DEPKES RI, 2009. Dikatakan DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya Gustaviani, 2006. Kunci dari pengobatan DM ini
adalah pengelolaan yang baik, sehingga dapat menghilangkan keluhan atau gejala dan mempertahan rasa nyaman dan sehat, serta dapat memperbaiki kelainan
metabolik. Tetapi apabila DM tidak dikelola dengan baik akan mengakibat berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan syaraf Waspadji, 2009.
Dalam hal penanggulangan DM, penderita DM harus memiliki pengetahuan tentang DM yang baik serta akhirnya dapat mencegah penderita DM dari
mortalitas dan morbiditas penyakit DM. Oleh karena itu peran edukasi meruapakan hal yang penting. Edukasi merupakan bagian integral dalam
perawatan diabetes. Edukasi ini meliputi pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengeloaan DM yang diberikan kepada
setiap penderita DM. Hal-hal yang diberikan pada edukasi meliputi pengetahuan tentang DM, pelatihan penderita DM dalam melakukan pengelolaan DM serta
kapasitas penderita DM dalam mengatur gaya hidupnya yang sinkron dalam pengelolaan DM. Faktanya, banyak negara yang masih sedikit memberikan
edukasi pada penderita DM Adil, Alam dan Jaffery, 2005. Adil, Alam dan Jaffery 2005 menyatakan bahwa sebagian besar dari
penderita DM yang menjadi sampel penelitiannya mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penyakit DM tipe 2 dan pengeloaannya. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa diantara 50 penderita DM yang ditelitinya mempunyai seluruhnya rata-rata mempunyai berat badan yang berlebih, 27 penderita yang
menderita DM tipe 2, 37,5 mengalami hipertensi. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan yang rendah sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas
penyakit DM tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah penelitian dari Pakistan menyatakan bahwa terbukti edukasi yang baik dapat mengubah perilaku penderita DM dan akan dapat mengendalikan
kondisi penyakitnya sehingga penderita tersebut dapat hidup lebih berkualitas Upadhyay, 2007. Dari fakta tersebut dapat timbul suatu pertanyaan, bagaimana
gambaran pengetahuan penderita DM tipe 2 terhadap penyakit DM tipe 2 di Indonesia khususnya di Medan.
Sampai saat ini belum terdapat data-data yang menggambarkan sejauh mana pengetahuan penderita DM tipe 2 terhadap penyakit dan pengeloaan DM tipe 2.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan penderita DM tipe 2 terhadap penyakit dan
pengeloaan DM tipe 2 di Medan.
1.2. Rumusan Masalah