1.4 Batasan Pembahasan
Bilka kita, berbicara dengan istilah potensi maka sangat luas sekali yang hendak dibicarakan. Sehubungan dengan luasnya pengertian atas makna kata potensi tersebut
maka penulis kertaas karya dalam kertas karya ini akan memberikan batasan pembatasan penulisan yang meliputi dalam hal mengenalkan, betapa uniknya, serta rencana
pembenahan Gua Liang Dahar sebagai salah satu objek wisata yang sangat menarik kepada orang yang akan membaca laporan kertas karya ini, serta mendeskripsikan
daerah tersebut serta memberikan suatu rancangan untuk memugar lokasi tersebut dan juga melihat kemungkinan keuntungan yang akan dapat diperoleh melalui daerah
tersebut apabila sudah padat atau banyak pengunjungnya.
1.5 Tujuan Penulisan
Laporan penulisan yang sudah berbentuk kertas karya ini diharapkan akan sangat banyak manfaatnya bagi mereka yang belum pernah mendengar serta mengetahui
lokasi objek wisata yang berada di desa Laub uluh dengan nama Gua Liang Dahar. Mahasiswa program pariwisata yang akan membaca kertas karya ini juga dapat
mempedomani kertas karya ini agar dapat mengenalkan daerah objek wisata yang belum dikenal orang banyak. Sesudah daerah objek wisata ini dikenal oleh orang banyak maka
para wisatawan akan berminat untuk mengunjungi tempat ini. Juga bagi mereka yang bekerja di Pemerintahan Kabupaten Karo, khususnya di bidang kepariwisataan akan
dapat mengetahui berapa ruginya daerah seunik ini belum digunakan sebagai salah satu objek wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan sehingga dapat menambah
pendapatan daerah pada khususnya dan devisa Negara pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Metode Penulisan
Teknik penulisan yang diterapkan untuk menulis kertas karya ini ialah suatu penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, dan teknik pengumpulan data ialah melalui
penelitian lapangan, yaitu semua data diambil di lapangan melalui beberapa informan. Teknik kepustakaan juga digunakan dalam peenelitian ini, tapi hanya sebagai pedoman
untuk melaksakan kegiatan di lapangan. Jadi untuk pengumpulan data yang diperlukan diperoleh dari beberapa informan yang berdomisili di desa Lau Buluh. Para informan
yang ditentukan ialah mereka yang sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai sumber informasi tentang Gua Liang Dahar tersebut.
Para informan sudah cukup tua dan dianggap mengetahui banyak tentang keberadaan Gua Liang Dahar. Jika ditentukan informan ada yang masih muda, maka
dianggap dia tidak mempunyai pengetahuan tentang keberadaan Gua Liang Dahar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PARIWISATA SECARA TEORITIS
2. 1 Pariwisata
Foster 2000 mengatakan bahwa pariwisata pada umumnya adalah hanya untuk orang kaya saja. Dia memberikan contoh orang yang berdarmawisata adalah orang
Yunani yang kaya, demikian juga para artis ibukota, mereka pergi ke pinggir pantai yang jauh dari kota, mereka ingin meninggalkan kehidupan kota untuk selama liburan, karena
pada umumnya mereka capek dengan kehidupan kota. Foster 2000 menyatakan bahwa para wisatawan berdarmawisata dengan tiga
cara, yaitu melalui darat mobil, bus pariwisata, atau kereta api; melalui udara pesawat udara, dan melalui laut kapal laut.
Foster 2000 menyatakan bahwa asal usul terjadinya pariwisata adalah dengan ditemukannya alat transportasi, yaitu hingga kepesawat ulang alik, jadi sejak adanya
penemuan alat transportasi ini tadi, maka mulai lah timbul inspirasi manusia untuk berpergian dengan tujuan perdagangan, teknologi, dan pendidikan. Jadi perjalanan itu
untuk perdagangan, eksplorasi, pengetahuan atau hanya sekedar bersenang senang saja. Memang sebelum ditemukannya alat transportasi dengan teknologi tinggi
terszebut, sebenarnya manusia yang pertama disebut suku NOMADIK, mereka sudah sering berpergian untuk berburu, jadi tujuan utama suku Nomadik untuk berburu adalah
untuk keperluan kebutuhan hidup dan memuaskan hati senang. Jadi sesuai dengan pendapat Foster 2000 bahwa Gua Liang Dahar dapat
dijadikan sebagai salah satu objek wisata, karena orang kota akan tertarik pergi ke sana untuk menghindarkan kesibukan kota. Sewaktu di perjalanan menuju gua juga akan bisa
Universitas Sumatera Utara
dilihat oleh wisatawan beraneka ragam hal menarik, dan selama di gua akan dapat mereka rasakan kebebasan dari kehidupan kota. Hanya saja pada saat sekarang ini para
wisatawan hanya bisa berpergian ke gua dengan menggunakan alat transportasi roda empat hingga desa Lau Buluh, dan dari desa Lau Buluh kita harus menempuhnya
dengan berjalan kaki selama setengan jam30 menit. Dapat kita ketahui bahwa Colombus, Robinson Crusoe, dan yang lain sangat
senang berdarmawisata pada abad ke 15, sekarang ini yang sangat terkenal pengang- kutan laut untuk berdarmawisata adalah kapal pesiar yang mewah yaitu kapal cruiser.
Menurut sejarah keperiwisataan bahwa pertama kali diluncurkan dikawasan Utara Eropah ialah pada tahun 7000 SM yang berangkat dari kota TUNDRA. Tetapi di
Mesir pada tahun 3500 SM mereka gunakan binatang sebagai alat transportasi untuk berdarmawisata.
Ross 1998 mengatakan bahwa gambaran yang muncul dalam pemikiran dalam wisatawan adalah tentang tempat tujuan pariwisata yang digunakan atau dikunjungi oleh
wisatawan, dan untuk dapat dipastikan bahwa yang dikunjungi ialah suatu tempat yang menarik saja. Selanjutnya Ross 1998 menegaskan bahwa situasi dan kondisi tempat
tujuan berdarmawisata aialah menjadi suatu peranan yang sangat penting sebagai daya tarik wisatawan yang dimaksud oleh Ross 1998 mengenai situasi dan kondisi, sudah
jelas bahwa tidak ada para calon wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi salah satu objek wisata apabila masyarakat di sekitar tidak bersahabat.
Jadi untuk mengembangkan suatu objek wisata bisa menawan hati para calon wisatawan dan membenahi diri termasuk di dalamnya ialah masalah keamanan dan
fasilitas-fasilitas yang menunjang kebutuhan para wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
Hakim 2004 mengatakan bahwa yang dia pedomani dari Oxford England Dictionary tahun 1811 bahwa kata wisata berasal dari kata TOURISM. Tourism berarti
suatu perjalanan untuk mengisi waktu luang. Dapat dikatakan bahwa nenek moyang Yunani dan Romawi juga sering mengadakan perjalanan dari negeri sendiri ke negara
lain untuk mencari tempat–tempat indah di Eropah atau Uniterania. Jadi untuk mengisi waktu luang dengan berpergian, baik itu lama atau tidak sudah termasuk berdamawisata,
maksudnya waktu luang secara umum bukan saja “WEEKEND”, melainkan walaupun lebih dari satu minggu atau lebih satu bulan atau juga termasuk waktu luang karena bisa
digunakan untuk berlibur sudah dapat dikatakan bahwa kepergian tersebut adalah merupakan kegiatan berdarmawisata.
Hakim 2004 mengatakan bahwa orang pertama yang membuat perjalanan wisata ialah seorang warga perancis yang bernama Airneri De Picand. Bukunya yang
pertama dia terbitkan ialah tentang perjalanannya ke Sepanyol pada tahun 1130. selan- jutnya Hakim 2004 mengemukakan bahwa semenjak tahun 1948 masalah kepariwisa-
taan sudah mulai berkembang dengan pesat.
2. 2 Objek Wisata
Gua yang sudah merupakan objek wisata dan sudah cukup dikenal oleh wisatawan domestic beserta sedikit dari mancanegara di Indonesia adalah Gua Lalai di
Jawa Barat. Wisatawan asing dan domestic mengunjungi gua ini untuk melihat sekitar 2 juta kelelawar yang ke luar dari gua pada senja hari; Gua Pamijahan di Tasik Malaya-
Jawa Barat yang dikunjungi oleh para wisatawan pada hari-hari tertentu saja, yaitu bagi kaum muslim untuk sembahyang; Gua selarong di Yokjakarta yang keadaannya sangat
terjal dan digunakan oleh Pangeran Dipanegoro sebagai tempat persembunyian; Gua
Universitas Sumatera Utara
Karang Bolong di Jawa Tengah yang bentuknya sangat tinggi dan curam dan gua ini terkenal karena sarang wallet yang banyak terdapat di sana; Gua Selok di Jawa Tengah
yang memiliki nilai keagamaan yang penting dan digunakan untuk bertapa dan sembahyang; Gua Istana Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur yang masih
mempunyai satwa liar untuk dikembangkan di samping dapat digunakan sebagai tempat sembahyang dan bertapa; Gua Lawah Kelungkung yang suatu candi penting dibangun di
sekitar gua tersebut sedangkan bahagian dalam dihuni oleh codot fajar; Gua Giri Putri Nusa Penida yang cukup besar yang di dalamnya terdapat banyak kala cemeti, jengkrik,
kelelawar, ddan kepiting endemik. Jadi bila kita bandingkan semua gua ini tadi dengan Gua Liang Dahar di desa Lau buluh Kabupaten Karo di Propinsi Sumatera Utara maka
di samping ada persamaan akan dapat dilihat perbedaan besar dalam keunikannya, yaitu di dalamnya banyak juga terdapat kelelawar, kalong, dan wallet. Di lain pihak di dasar
gua ada juga terdapat sungai mkecil yang ke luar di desa lain. Ruangan besar ada terdapat tiga lokasi dan beberapa ruang kecil lainnya. Hanya saja gua ini belum dikenal
para wisatawan karena belum diinformasikan atau diperomosikan olehPemerintah daerah. Dan juga belum ada pemugaran untuk peremajaannya, serta ditambah dengan
factor penunjang lainnya.
2. 3 Industri Pariwisata
Negara Indonesia dalam kurun waktu tertentu, dicabik–cabik oleh konflik para elite politik. Situasi tentu saja dapat menjadikan rakyat bingung dan susah. Iklim usaha
pun mendapat dampak yang tidak menententu. Konflik dan benturan pun terus meram- bat sampai ke akar segala sektor. Intinya: rasa damai jadi terusik. Dampaknya sudah
jelas, tak banyak lagi wisatawan dari mancanegara wisman yang mau datang ke Indo-
Universitas Sumatera Utara
nesia, khususnya dalam bentuk rombongan group. Bahkan, di Berastagi yang jadi salah satu barometer pariwisata untuk daerah propinsi Sumatera Utara pun, kini tampak
sepi wisman. Padahal dahulu hampir di setiap jalan–jalan utama, hotel, objek wisata yang tidak jauh dari kota Berastagi, bahkan di kawasan–kawasan tertentu, atau di took
souvenir akan selalu dijumpai wisman dari berbagai Negara Amerika, Eropah, Afrika, dan Asia; ditambah dengan wisatawan domestik.
Selama ini, pola pikir yang ada adalah, pariwisata yang tergantung pada situasi aman, kondisi damai di lingkungan suatu negara. Maka, sudah saatnya pola pikir ini
dibalik, yakni bagaimana pariwisata bisa dimunculkan untuk dikedepankan sebagai salah satu faktor utama demi mewujudkan atau menghadirkan suasana yang damai dan
nyaman. Istilah menterengnya, menjadikan pariwisata sebagai industri perdamaian, hal ini adalah mengingat Berastagi di Sumatera Utara, Yogja di jawa, dan Bali terpilih
sebagai taman perdamaian pada tahun 2006. Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa melalui pariwisata semua aspek dengan
kehidupan manusia bisa ditanggulangi to be solved. Hal ini dapat kita mulai dari bisnis pengangkutan udara, penginapan berupa losmen, motel, hotel, bisnis kerajinan tangan,
makanan, jasa pemandu wisatawan, atraksi menarik yang ditampilkan di desa–desa akan dapat dinikmati oleh para wisatawan mancanegara maupun domestic dan sebaliknya
akan dapat memberikan untung kepada negara Indonesia pada umumnya, serta bagi pemerintah daerah pada khususnya, ditambah dengan masyarakat desa itu sendiri secara
langung. Bila gagasan dan realisasi perdamaian melalui pariwisata tersebut ditarik ke
Indonesia, dan benar–benar direnungkan sekaligus diaplikasikan, maka alangkah
Universitas Sumatera Utara
indahnya hasil yang dapat kita nikmati. Kita, masyarakat Indonesia layak berkaca pada Negara tetangga tetangga, sebut saja thailand. Di negara gajah tersebut, konflik elite
politik sering terjadi, kudeta, dan pergantian pucuk pimpinan daerah sudah bukan barang baru, termasuk pertentangan militer dan sipil. Akan tetapi, rakyat di sana tetap solid.
Rakyat dapat menjadi penonton yang baik, dan wisatawan asing pun terus mengalir ke sana. Artinya, biarlah elite politik “berseteru” namun pariwisata tetap meneguhkan
komitmen dan keberadaannya sebagai industri perdamaian. Pengertian pariwisata sebagai suatu industri masih dalam perdebatan di antara
para pakar pariwisata. Christienll 1985 berkata: “Tourism is a difficult phenomena to describe. We have trouble the idea of a tourism industry”.
Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggam- barkan apa sebenarnya arti pariwisata itu, dengan demikian dapat memberikan yang
lebih jelas. Jadi ide tersebut sebenarnya memberikan istilah “industri pariwisata” yang lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik politis dan ekonomi. Salah satu
kekuatan pariwisata tidak lain adalah pengaruhnya terhadap ekonomi multiplier yang ditimbulkan pada daerah taman wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik itu wisman
ataupun domestik. Kelihatannya semua sangat ideal, hal itu sengaja diciptakan untuk mendapatkan
dukungan politis tadi, tujuannya untuk pengelolaan dan pemasaran pariwisata. Tetapi penyebutan pariwisata sebagai suatu industri justru menjadi bumerang, menjadi sumber
kelemahan, karena pariwisata terlalu banyak ditangani oleh berbagai pihak dan juga minimnya sistem sehingga dapat menimbulkan masalah.
Universitas Sumatera Utara
nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Christiemill dan alias M. Morisson : “ There is no Standard Industrial Classiffication number for tourism” sebenarnya dari
sudut pandang politis ide memberi istilah “tourism industry” ingin memberi peluang untuk memperlihatkan kepada orang banyak bahwa pariwisata memberi dampak positif,
karena menjadi katalisator dalam pembangunan. Ingin menjadi tanggung jawab kita semua.
Dalam buku- buku kepariwisataan luar negeri menyebutkan pariwisata sebagai suatu industri walau kadang–kadang juga menggunakan istilah tour and travel
industry namun bagi kita di Indonesia istilah yang dipakai tourism industry. Tetapi ada yang menyebutnya sebagai tourist industry. Penulis lebih setuju, bila kita menggunakan
istilah industri pariwisata dengan istilah tourism industry, karena kalau tourist industry konotasi seakan–akan industri wisatawan.
Paket liburan, atau lebih dikenal dengan sebutan wisata paket atau cukup wisata saja, merupakan segmen penting dalam dunia industri perjalanan. Di Inited States of
America umpamanya, penjualan wisata dapat menghasilkan 18 millyar dollar setiap tahunnya. Kebanyakan wisata paket diatur oleh pemasuk wisata dan dijual kepublik
melalui agen perjalanan kecil. Menurut sebuah survei industri pada tahun 1922 sampai 1999 dapat kita ketahui bahwa 98 atau hampir seluruh agen perjalanan indenpenden
dengan pelayanan minimum. Pada tahun 1991, penjualan wisata merupakan 44 persen dari semua penjualan
paket perjalanan untuk bersenang–senag dan 21 persen dari semua pendapatan agen perjalanan bagi sejumlah tempat tujuan, termasuk Las Vegas, kepulauan Bahama,
Eropah Timur, dan Asia Timur, paket wisata merupakan lebih dari 90 persen penjualan.
Universitas Sumatera Utara
Paket liburan yang sederhana memberikan keuntungan bagi agen perjalanan dan di samping bagi perjalannya sendiri. Memesan paket wisata ini tidak memerlukan
banyak waktu dibandingkan dengan sejumlah komponen kegiatan perjalanan berbeda seperti pemesanan tiket penerbangan, transfer bandar, dan akomodasi. Biro perjalanan
mendapat komisi dari masing-masing komponen wisata.pada sejumlah kasus, komisi wisata lebih tinggi dibandingkan komisi standar dari maskapai penerbangan dan hotel.
Lebih jauh, beragam paket wisata yang tersedia yang memungkinkan agen perjalanan memesankan paket wisata bagi sebagian keperluan pelanggan.
Seorang pelanggan yang membeli satu paket wisata mengetahui di depan sebagian besar biaya yang harus dikeluarkan. Pada banyak kasus, biaya total wisata
lebih kecil dibandingkan dengan total biaya masing–masing komponen. Sebuah paket wisata juga membantu mengurangi ketidaknyamanan dan kekuatan yang kadang–kadang
dialami oleh pejalan yang baru pertama berpergian ke luar negeri. Wisata khusus mewakili segmen industri pariwisata yang tumbuh paling pesat
ragam wisata yang tersedia adalah untuk kelompok–kelompok khusus seperti pecinta olah raga, pencinta alam, dan wisata dipenuhi oleh iklan menawarkan kegiatan mendaki,
melihat burung, safari menyelam, memancing, bersepeda, dan sejumlah daftar dan berkesudahan jenis wisata khusus lain.
Kata wisata, sebagaimana digunakan dalam industri perjalanan, dapat menunjuk pada liburan paket atau wisata yang dipandu oleh pemandu. Bila sebuah wisata
menunjuk pada paket liburan, maka wisata tersebut dapat merupakan jenis perjalanan yang dirancang dan dibayar sebelumnya dikombinasikan dengan dua atau lebih
komponen perjalanan. Sebuah wisata tipikal termasuk biaya penerbangan, transfer di
Universitas Sumatera Utara
bandara, akomodasi, dan kegiatan–kegiatan tertentu.transfer di bandara merujuk pada transportasi antara bandara dan hotel. Komponen yang termasuk kedalam biaya wisata
dinamakan inklusif. Wisata multi komponen dapat dikelasifikasikan kedalam dua kelompok wisata
paket dan wisata khusus. Wisata paket adalah jenis wisata yang telah diatur sebelumnya oleh pemasok wisata dan kemudian dijual melalui biro perjalanan kecil. Wisata khusus
adalah jenis wisata yang dirancang, apakah oleh agen perjalanan atau oleh pemasok wisata, untuk memenuhi kebutuhan khusus seorang pelanggan.
Banyak cara untuk menjual pariwisata, tergantung apa maunya.Untuk Kabupaten Karo, sebenarnya sudah banyak dimunculkan gagasan–gagasan untuk menjual berbagai
macam paket wisata, seperti wisata budaya, wisata alam, wisata konveksi,dan lain–lain. Namun tatkala krisis dan muncul isu tak aman, paket–paket itu jadi tak banyak berarti.
Sehingga tatkala gagasan menggarap paket wisata industri di Kabupaten.Karo banyak pihak masih ragu–ragu. Apakah bisa? Industri yang mana? Kalau wisata kerajinan,
mungkin masih bisa diterima, karena Kabupaten Karo memang gudangnya aneka kerajinan. Tapi bila kita berbicara soal industri, mungkin perlu dijabarkan lebih konkrit
aplikasinya. Industri di Kabupaten Karo kenyataannya, berorientasi pada industri menengah dan kecil saja. Hampir tak ada industri skala berat di Kabupaten Karo. Maka,
kalau memang mau diangkat potensi industri di Kabupaten Karo Gua Liang Dahar untuk dirangkai dalam satu paket wisata, bisa saja, sejati dikedepankan adalah industri
yang berciri khas, atau punya spesifikasi khusus. Sentra industri bisa dikemas sebagai suatu alternatif wisata jalur wisata. Di
Kabupaten Karo, banyak sentra industri kecil sebagai tempat berproduksi yang tersebar
Universitas Sumatera Utara
di daerah pedesaan, yang dapat menjadi salah satu pendukung sebagai daerah tujuan wisata. Karena banyak wisatawan khususnya wisatawan mancanegara tertarik ke satu
kota wisata, bukan hanya lantaran daerahnya yang masih alami, namun juga keunikan proses produksinya, yang mungkin masih dikerjakan berdasarkan keterampilan tangan
serta teknologi yang relatif sederhana. Apabila sentra industri kecil ini dapat dijadikan objek wisata alternatif, tentunya akan menunjang program pariwisata di Kabupaten Karo
dan akhirnya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Medan.
2. 4 Penunjang Kepariwisataan
Keselamatan dan keamanan di lingkunagan objek wisata adalah merupakan hal pokok untuk menyajikan berbagai pengalaman wisata yang bermutu serta yang
dipadankan dengan dasar–dasar keselamatan dan keamanan, adalah merupakan harapan para wisatawan di daerah tujuan wisata.
Sektor terkait yang menunjang pariwisata ialah : -
Transportasi, -
olah raga, -
pedagang, -
dan lain–lain yang dapat berakibat, -
masih terbatasnya standart keselamatan pada gedung–gedung bangunan–bangunan pariwisata, misalnya : terhadap bahaya api, kesalahan mesin konstruksi, kurang
antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gempa, dan lain–lain, -
kurang memadainya senitisi dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan yang berkelanjutan,
Universitas Sumatera Utara
- kurang perlindungan terhadap tindakan–tindakan melawan hukum kejahatan, dan
perusakan fasilitas wisata, -
penipuan dalam usaha dagang, -
kontrak–kontrak yang tidak tuntas, serta -
pemogokan–pemogokan tenaga kerja. Pengunjung mandiri dapat melakukan suatu tindakan yang dapat menimbul-
kan masalah, baik bagi keselamatan dan keamanan dirinya sendiri maupun terhadap orang–orang yang menerima mereka, penyebabnya dapat terjadi hal–hal, seperti:
• Kecelakaan yang menimpa wisatawan pada saat berolah raga aktifitas mereka
selama bersantai dengan kendaraan bermotor dan atau hal–al yang menyangkut makanan dan minuman.
• Kondisi kesehatan wisatawan yang tidak fit sebelumnya yang mungkin memburuk
selama berpergian. •
Prilaku dan sikap wisatawan terhadap penduduk dan atau tata krama setempat. •
Perbuatan ilegal dan kriminal tertentu, misalnya : pengedaran obat–obat terlarang. •
Kunjungan ke tempat–tempat benbahaya. •
Kehilangan barang bawaan, dokum en, uang dan lain–lain yang disebabkan oleh kelainan.
Resiko alam dan lingkungan dapat terjadi bilamana pelaku perjalanan: •
Tidak memahami ciri–ciri khas lingkungan alam suatu daerah tujuan dan kurang menyadari akibat yang timbul, terutama yang berhubungan dengan flora dan fauna.
Universitas Sumatera Utara
• Tidak siap secara medis misalnya divaksinasi sebelum berangkat dan menyiapkan
obat penyakit ayam. •
Tidak hati–hati terhadap makanan dan kebiasaan–kebiasaan ksehatan lainnya. •
Tidak bisa menghindari situasi genting, misalnya bencana alam, penyakit menular, dan lain–lain yang muncul dari keadaan lingkungan fisik dan resiko yang ditimbul-
kan oleh keadaan alam dan lingkungan hidup lainnya kadang–kadang dapat menjadi resiko pribadi individual risks bukan karena keinginan mengambil resiko, tetapi
karena ketidaksiapan wisatwan. Untuk hidup dengan pengalaman–pengalaman baru dan pada waktu yang sama
ingin merasa aman, hal ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut akan terasa sekali, apabila seseorang sedang berpergian, terutama berpergian ke luar
negeri, jika dibandingkan dengan berwisata di dalam negeri. Hampir semua unsur pariwisata harus berurusan baik dengan organisasi pariwi-
sata tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian ada beberapa tahapan keselamatan dan keamanan wisatawan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Yang berwe-
nang di bidang pariwisata yang dapat memacu pningkatan kerjasama yang lebih baik di tingkat daerah dengan menyiapkan langkah–langkah keselamatan dan keamanan pariwi-
sata tingkat nasional. Koordinasi menjadi faktor utama dalam menyusun suatu sistem keselamatan dan
keamanan pariwisata, yaitu dengan melibatkan antara lain : 1.
Badan–badan pemerintah dan departemen–departemen terkait dengan masalah ini. 2.
Masyarakat pariwisata di daerah tujuan wisata.
Universitas Sumatera Utara
3. Wakil–wakil industri pariwisata, dan
4. Media massa
Untuk melaksanakan fungsi koordinasi ini perlu dibentuk suatu Badan Pariwisata Nasional yang akan mengorganisasikan sautu komite Nasional Keselamatan dan Keama-
nan Wisatawan. Kadang–kadang koordinasi hanya dilakukan antara sesama badan– badan pemerintah.
Namun untuk sektor pariwisata, perlu dibentuk lembaga lintas sektoral yang di dalamnya duduk wakil–wakil pemerintah dan swasta kalangan pariwisata, mengingat
banyak keputusan dan langkah–langkah yang harus diputuskan oleh pihak swasta. Sebaiknya keanggotaannya dalam Lembaga Keselamatan dan Keamanan Pariwisata itu
meliputi: •
Departemen yang menangani pariwisata. •
Kepolisian Negara. •
Imigrasi. •
Kehakiman. •
Bea cukai. •
Perhubungan. •
Kesehatan. •
Departemen Luar Negeri. •
Perthanan dan Keamanan. •
Asosiasi usaha penerbangan dan transportasi. •
Asosiasi perhotelan.
Universitas Sumatera Utara
• Asosiasi usaha perjalanan.
• Perwakilan usaha perjalanan dan usaha pariwisata lainnya.
• Kelompok–kelompok konsumen.
• Kelompok usaha pengecer.
• Pusat–pusat riset dan dokumentasi keselamatan dan keamanan pariwisata.
Berkaitan pula dengan masalah–masalah keselamatan dan keamanan wisatawan menyangkut Dewan Pariwisata Nasional, maka departemen yang menangani pariwisata
seyogyanya: •
Menupayakan dan menyelenggarakan pertemuan–pertemuan. •
Mengkoordinasikan pekerjaan–pekerjaan dewan. •
Menyiapkan dana dewan jika dibutuhkan. •
Mengevaluasi laporan–laporan yang masuk. •
Mempersiapkan saran–saran. •
Memantau terus saran–saran tersebut. Bagi negara berkembang, salah satu di antaranya adalah negara Republik
Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang unik dan tinggi industri wisata merupakan suatu sumber pemasukan devisa yang penting. Saat ini, data
perjalanan dunia menyebutkan bahwa satu dari lima orang wisatawan internasional dari negara maju, melakukan perjalanan menuju negara berkembang. Angka tersebut berarti
menunjukkan pertumbuhan jika dibandingkan pada 1970-an. Saat itu hanya satu dari tigabelas dari negara maju yang melakukan perjalanan wisata ke negara berkembang.
Pertumbuhan arus kedatangan wisatawan yang cepat di kawasan Asia terjadi di
Universitas Sumatera Utara
Kamboja, Mesir, Thailan, Turki, dan Vietnam. Sementara di wilyah Karibia, arus wisatawan menuju Kuba meningkat lebih dari lima kali lipat pada tahun 1990.
2. 5 Kepariwisataan dan Pembangunan Nasional
Sebelum mendiskusikan arti penting dan hubungan antara ekonomi dan wisata, sangat penting untuk mengetahui dimensi-dimensi wisata. Sehingga, akan diperoleh
pemahamn yang jelas antara pengaruh dimensi-dimensi tersebut, dalam kaitannya dengan isu ekonomi suatu kawasan destinasi wisata.
Mill 1990 mendiskusikan bahwa dimensi–dimensi wisata antara lain terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahan. Dalam pariwisata, dimensi–dimensi
tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat komperatif penyelanggaraan dan destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali atau
dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan masa atau waktu tertentu.Biasanya, seringkali tidak dapat ditiru oleh distinasi-distinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik
orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun dimensi lainnya seperti fasilirtas, tranportasi, dan keramah-tamahan destinasi sangat kurang .Di Jawa,
contoh terbaik untuk kasus ini adalah festival Kasodo di Pegunungan Tengger. Fewstival yang hanya terjadi sekali dalam satu tahun ini dilakukan di pegunungan Tengger dengn
satu ekstrem dan memerlukan “perjuangan” untuk mencapai pegunungan tersebut. Namun, tantangan ini tidak menyurutkan semangat pengunjung untuk menyaksikan
fesival Kasodo. Selain menikmati atraksi Kasodo, pengunjung masih dapat menikmati matahari terbit atau matahari tenggelam yang dapat dinikmati di puncak Gunung Bromo.
Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, negara berkem- bang dengan tingkat kekayaan sumber daya alam yang tinggi, atraksi alam seperti
Universitas Sumatera Utara
bentangan panati berpasir putih, air terjun, bentang padang rumput, dan pegunungan, hutan, sungai, gua, fauna, dan yang lainnya merupakan andalan utama sebuah destinasi
wisata. Setidaknya, sumber daya alam dan kekayaan hayati yang melimpah dan menak- jubkan itu, telah menarik orang–orang Eropa untuk melakukan ekspedisi kepulau–pulau
yang berada di Indonesia. Gua merupakan bahagian dari landscape yang menarik dan telah lama
mengundang minat manusia untuk mengunjungi gua. Kekayaan gua di pulau Jawa dan Bali diperkirakan sebanyak 1000 gua dan sekitar 200 gua saat ini telah dipetakan.
Banyak gua telah digunakan sebagai bagian dari atraksi yang menarik oleh pemerintah daerah sebagai pengganti destinasi hutan tropic karena kondisi dan pembatasan ekologi
di wilayah administratifnya. Sangat menarik bahwa issue-isue yang menyertai wisatawan untuk mengunjungi gua sangat berkaitan dengan masalah budaya dan ritual-
ritual dibandingkan dengan menikmati pesona flora dan fauna di sekitar dan di dalam gua. Meskipun pada kenyataannya kekayaan flora-fauna di sekita ddan di dalam gua
sangat unik dan menarik untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Bagi sebahagian kalangan wisatawan, berwisata menyelusuri gua sangat berguna untuk menguji
kemampuan fisik, keberanian, dan mengungkap hal-hal baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GUA LIANG DAHAR
3.1 Sejarah
Sesuai informasi yang diberikan oleh para informan bahwa gua liang dahar bukan buatan manusia. Gua tersebut sudah ada semenjak dahulu kala. Satu orang
anggota masyarakat Karo pada umumnya dan penduduk desa Lau Buluh pada khususnya tidak mengetahui kapan gua itu serta asal usulnya, hanya informasi yang dapat diperoleh
bahwa gua tersebut semasa penjajahan kolonial belanda di Indonesia, para masyarakat suku Karo banyak yang pergi ke perut gua itu hendak berlindung. Berhubung mulut gua
serta di atas tanah yang merupakan atap gua yang banyak tumbuh kayu dan semak maka tentara kolonial Belanda tidak dapat melihat mereka bersembunyi di perut gua walaupun
tentara Belanda menggunakan teropong dari dalam pesawatnya. Masyarakat Karo dapat bertahan amat lama di dalam gua tersebut, karena segala
kebutuhan sehari–hari ada tersedia di dalamnya. Artinya beras dan kayu api bisa disim- pan di dalamnya air untuk mandi dan memasak bisa diambil di sungai kecil yang
mengalir di dalamnya Pada jaman penjajahan kolonial Belanda di Indonesia penduduk desa Lau Buluh
hanya berjumlah lebih kurang dua puluh kepala keluarga, dan pada umumnya anggota masyarakat suku Karo tidak akan ada masalah walau mereka hidup dalam gua besar
tersebut, mereka menganggap bahwa gua itu adalah pemberian tuhan kepada mereka sebagai pengganti rumah mereka. Jadi selama mereka berada di dalam perut gua tersebut
tidak pernah mengalami masalah walaupun hari hujan di waktu siang dan malam hari, serta memasang api di malam hari untuk segala keperluan sehari–hari juga tidak ada
Universitas Sumatera Utara
masalah. Karena atap gua tersebut termasuk amat tebal sehingga aman dari ancaman hujan walaupun sangat deras sekali. Demikian juga melalui mulut gua pun belum pernah
ada air hujan yang masuk dengan jumlah yang banyak. Sesudah Indonesia mendapat kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda
masyarakat suku Karo cenderung untuk membangun rumah yang besar agar bisa dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Rumah yang paling besar biasa dibangun untuk dua
belas kepala rumah tangga, jenis rumah sebesar ini memang tidak seberapa jumlahnya, tetapi yang paling banyak ditemukan di hampir setiap desa di Kabupaten Tingkat II Karo
adalah jenis rumah adat yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga. Jenis lain adalah adalah rumah adat yang berisikan enam kepala keluarga, dan empat kepala keluarga.
Memang masyarakat suku Karo cinta terhadap demokrasi dan gotong royong .
3.2. Geografis