Geografis Keadaan Potensi Gua Liang Dahar Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Karo

masalah. Karena atap gua tersebut termasuk amat tebal sehingga aman dari ancaman hujan walaupun sangat deras sekali. Demikian juga melalui mulut gua pun belum pernah ada air hujan yang masuk dengan jumlah yang banyak. Sesudah Indonesia mendapat kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda masyarakat suku Karo cenderung untuk membangun rumah yang besar agar bisa dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Rumah yang paling besar biasa dibangun untuk dua belas kepala rumah tangga, jenis rumah sebesar ini memang tidak seberapa jumlahnya, tetapi yang paling banyak ditemukan di hampir setiap desa di Kabupaten Tingkat II Karo adalah jenis rumah adat yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga. Jenis lain adalah adalah rumah adat yang berisikan enam kepala keluarga, dan empat kepala keluarga. Memang masyarakat suku Karo cinta terhadap demokrasi dan gotong royong .

3.2. Geografis

Gua Liang Dahar terletak di sebelah timur laut desa Lau Buluh. Jarak antara desa Lau Buluh dengan Gua Liang Dahar adalah lebih kurang satu kilometer. Jarak ini biasanya dapat ditempuh dengan jalan kaki selama lima belas menit oleh penduduk desa Lau Buluh tersebut, tetapi bagi orang yang belum biasa berjalan di atas tanah yang biasanya disebut jalan tikus mungkin bisa ditempuh selama tiga puluh menit. Yang dimaksud dengan jalan tikus ialah jalan yang kiri kanannya dibatasi oleh rumput dan lalang yang tingginya kira-kira delapan puluh sentimeter. Jalan tikus tersebut hanya dapat dilewati oleh manusia dengan berjalan kaki walaupun ada orang yang ingin bersepeda ataupun mengendarai sepeda motor, maka jalan tersebut tidak mendukung dan di sekitar Gua Liang Dahar ada ladang masyarakat penduduk desa Lau Buluh tersebut, mereka para penduduk desa Lau Buluh itu juga pergi ke ladang mereka Universitas Sumatera Utara dengan bersepeda, dan hasil ladang mereka diangkat dengan tenaga manusia, jadi walaupun ada mereka yang memiliki gerobak yang ditarik oleh lembu ataupun kerbau mereka, maka berhubung kondisi jalan tersebut tidak dapat dipergunakan. Gua Liang Dahar tersebut berada dalam ketinggian sembilan ratus meter di atas permukaan laut. Bila kita melihat jarak dari kota Medan ke Gua Liang Dahar ada sejauh seratus dua belas kilometer. Dari kota Kabanjahe ke Gua Liang Dahar adalah sejauh tiga puluh tujuh kilometer, sedangkan dari desa Kutabuluh yang merupakan ibukota ke Kecamatannya adalah sejauh empat setengah kilometer. Gua Liang Dahar berada di antara ladang masyarakat atau boleh juga dikatakan di bawah ladang masyarakat desa Lau Buluh. Dari desa Lau Buluh ke Gua Liang Dahar kita akan dapat menempuhnya dengan berjalan kaki dan menuju ke arah Timur Laut. Lama perjalanan untuk mencapai mulut gua kira-kira 30 menit.

3.3 Keadaan

Mulut Gua Liang Dahar kira-kira mempunyai diameter sepanjang lima belas meter. Luas Gua Liang Dahar keseluruhannya kira–kira seribu dua ratus meter bujur sangkar ditambah dengan beberapa lainnya yang kecil atau kira 250m 2 bila kita mengklasifikasikan ruang Gua Liang Dahar tersebut maka dapat dibagi atas tiga bahagian yang besar, yaitu: satu luasnya kira-kira lima ratus meter bujur sangkar, dua luasnya empat ratus meter bujur sangakar, dan yang ketiga luasnya tiga ratus meter bujur sangkar. Cuaca di dalam Gua Liang Dahar sangat sejuk dan keadaan di dalamnya sangat gelap walaupun di siang hari, apabila waktu malam hari sekalipun jika kita ingin pergi berjalan–jalan ke ruang Gua Liang Dahar tersebut maka kita perlu membuat alat Universitas Sumatera Utara penerangan, yaitu lampu petromak atau senter yang dapat digunakan selama kita berada di dalam ruangan gua tersebut, dan selain itu kita perlu menyediakan batu bara atau arang sebagai alat pemanas serta memanggang makanan yang sudah kita persiapkan sebelumnya. Pada langit–langit Gua Liang Dahar dapat kita temukan kelelawar dan kalong yang sedang bergantungan untuk beristirahat dengan jumlah yang sangat banyak. Kelelawar dan kalong tersebut biasanya ke luar di malam hari melalui mulut gua untuk mencari makanan. Selain kalong ada juga burung walet pun ada banyak jumlahnya yang bersarang di langit–langit ruang gua tersebut. Sarang walet tersebut memang agak mahal harganya bila dijual ke Medan, tetapi berhubung langit–langit itu agak tinggi maka belum ada orang yang berusaha untuk mengambilnya sementara kalau di kota medan, Deli Serdang, dan Asahan banyak sekali orang yang membangun gedung bertingkat–tingkat agar waletnya dapat membangun sarangnya. Tentu saja membangun gedung bertingkat akan memakan biaya puluhan juta rupiah dan ada juga sampai ratusan juta rupiah. Dari mulut gua itu kira–kira lima ratus meter dari dasar gua tersebut. Bila kita memandang ke langit melalui mulut gua maka sinar matahari akan dapat terlihat sbesar mulut drum saja. Warna cahaya tersebut terlihat sangat indah. Tidak terlalu sering, ada juga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara Medan yang bertamasia ke Gua Liang Dahar tersebut, serta menghabiskan malam hari di dalam perut gua. Artinya memasuki gua di waktu siang hari dan menghabiskan malam hari di dalam perut gua. Universitas Sumatera Utara Para muda-mudi penduduk desa di wilayah Kabupaten Tingkat II Karo juga sering berkunjung ke gua itu dengan kegiatan serupa sebagaimana yang di lakukan oleh para mahasiswa tadi. Satu atau dua orang wisatawan manca negara juga ada yang berpergian ke dalam perut gua tersebut. Angka yang pasti tentang jumlah orang yang mengetahuinya tidak ada, berhubung petugas kepariwisataan dari kantor Bupati Tingkat II Karo belum pernah ada yang mencatat tentang pemerintah desa Lau Buluh belum ada yang berpikir untuk mencatat jumlah orang yang berkunjung ke Gua. Di atas dasar lantai Gua Liang Dahar ada ditemukan tanah kering yang tidak berupa debu ataupun lumpur disertai dengan bebatuan bila hujan sedang turun maka kita temukan tumpahan air hujan yang jumlahnya sedikit saja yaitu yang masuk melalui mulut gua, tetapi tumpahan air hujan yang jatuh di sekeliling mulut gua atapun di atas gua tidak ada yang mengalir ke dalam perut gua melalui mulut gua. Jadi dengan keadaan seperti ini bila kita ingin menjelajahi perut gua akan tidak ada masalah yang akan kita temukan demikian juga untuk mencari tempat untuk membentang kan koran ataupun sehelai plastik tempat duduk ataupun tikar tidak basah, api unggun pun dapat dipasang di seluruh lokasi perut gua. Di dasar gua ada juga terdapat satu sungai kecil, air sungai tersebut kondisinya sangat bersih dan jernih. Air sungai tersebut sering juga dikonsumsi oleh para pengunjung dan sepanjang pengetahuan penduduk desa Lau Buluh bahwa belum pernah ada orang yang mengkonsumsi air sungai yang mengalir melalui perut gua itu mempunyai suatu keluhan, malah mereka mengkonsumsi air tersebut sebelum dimasak dan bila ditanya mereka yang sudah pernah ada yang meminumnya maka mereka Universitas Sumatera Utara menjawab bahwa sewaktu meminumnya terasa segar seperti meminum air masak yang sudah disimpan di dalam kulkas. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari informan khusus maupun umum bahwa mata air sungai kecil tersebut berada di bawah kaki gunung Sinabung memang tidak ada satu orang pun yang mengetahui dari mana tempat yang pasti tentang keberadaan mata air tersebut mengalir banyak sekali orang yang memberikan informasi bahwa air tersebut ke luar di desa Bakerah. Desa Bakerah terjadi tersebut di sebelah timur gua itu, tetapi jaraknya ada sekitar tujuh belas kilometer. Alasan mereka mengatakan hal tersebut ialah bahwa tempoh hari ada beberapa orang penduduk desa Bakerah yang bepergian ke gua tersebut, mereka kebetulan sering mandi siang di sungai kecil tersebut. Tanpa disengaja salah seorang di antara mereka mengalami kejatuhan sisir ke dalam sungai itu sehingga mengakibatkan hanyut. Satu orang yang lain di antara mereka, dan juga tanpa disengaja setelah dia selesai menggulung rokok yang daunnya dari nipah, kotak tempat penyimpan tembakau rokoknya jatuh ke sungai tersebut dan akhirnya hanyut. Untuk kita tidak merasa heran perlu kita ketahui bahwa sungai itu muncul dari dinding perut gua di sebelah Barat dan mengalir meninggalkan perut gua ke sebelah Timur melalui dinding perut gua yang berada di sebelah Timur. Ceriteranya setelah kira-kira tiga minggu berlalu, mereka yang kehanyutan sisir dan kotak tembakau tadi pergi berburu babi hutan di wilayah perladangan Bakerah. Setelah mereka membakar hasil buruannya di pinggir suatu sungai kecil yang mempunyai lubuk di sungai itu. Namun tanpa disengaja mereka ingin membersihkan Universitas Sumatera Utara jeroan hasil buruan mereka tersebut mereka ada yang menemukan sisir dan kotak tembakau tersebut di dalam lubuk tersebut. Benda tersebut dapat dilihat dari atas sungai yang berlubuk yang air sangat jernih. Mereka sangat yakin bahwa sisir dan kotak tembakau itu adalah milik mereka yang hanyut pada saat mereka sudah selesai mandi di atas sungai yang mengalir di dalam perut gua itu, tetapi hingga hari ini belum pernah ada orang yang mencoba menelusuri terowongan yang dilewati oleh air sungai tersebut, mungkin alasannya ialah mengingat terowongannya sangat kecil lubangnya. Semenjak mereka menemukan sisir dan kotak tembakau milik mereka maka mereka pun menyampaikan hal tersebut kepada beberapa orang penduduk daerah Kuta Buluh. Akhirnya semua penduduk yang berdomisili di daerah itu percaya dan mengetahui bahwa air sungai kecil yang mengalir melalui perut gua Lliang Dahar ke luar di desa Bakerah. Di dalam perut Gua Liang Dahar itu belum pernah ada orang yang menemukan binatang buas seperti harimau, singa, maupun beruang atau ular. Demikianlah informasi yang dapat diterimadari orang yang pernah berkunjung ke gua tersebut. Yang mereka dapat lihat di sana adalah hewan atau binatang seperti kalong, wallet, dan kelelawar yang bergantungan di langit–langit gua. Hal ini menandakan bahwa ular, harimau, tikus, ataupun babi hutan tidak ada yang ingin masuk ke dalam perut gua tersebut menurut cerita orang yang sering berburu babi hutan ke sekitar mulut gua bahwa anjing mereka sedang mengejar babi hutan tersebut, maka tidak ada seekor babi hutan pun yang berlari masuk untuk berlindung masuk ke dalam perut gua. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi ataupun keadaan di dalam perut gua adalah aman dari serangan binatang liar. Jarak yang memisahkan kaki gunung Universitas Sumatera Utara Sinabung dengan Gua Liang Dahar hanya tiga kilometer, kaki Gunung Sinabung tersebut penuh dengan kekayuan hutan belantara. Hutan tersebut ada terdapat di binatang liar dan buas, antara lain harimau sering ke luar dari hutan tersebut hendak memakan ternak penduduk desa. Kejadian tersebut sering terjadi di waktu malam maupun di siang hari hewan primata, seperti monyet, siamang, beruk, dan lainnya akan dapat ditemukan dengan jumlah yang banyak. Demikian juga rusa, unggas, dan melata. Di dalam perut gua tidak ada tumbuhan yang tumbuh, tetapi di sekeliling mulut dan luar gua ada banyak tumbuhan semak.

3.4 Pengembangan