2 Objek Wisata 3 Industri Pariwisata

Hakim 2004 mengatakan bahwa yang dia pedomani dari Oxford England Dictionary tahun 1811 bahwa kata wisata berasal dari kata TOURISM. Tourism berarti suatu perjalanan untuk mengisi waktu luang. Dapat dikatakan bahwa nenek moyang Yunani dan Romawi juga sering mengadakan perjalanan dari negeri sendiri ke negara lain untuk mencari tempat–tempat indah di Eropah atau Uniterania. Jadi untuk mengisi waktu luang dengan berpergian, baik itu lama atau tidak sudah termasuk berdamawisata, maksudnya waktu luang secara umum bukan saja “WEEKEND”, melainkan walaupun lebih dari satu minggu atau lebih satu bulan atau juga termasuk waktu luang karena bisa digunakan untuk berlibur sudah dapat dikatakan bahwa kepergian tersebut adalah merupakan kegiatan berdarmawisata. Hakim 2004 mengatakan bahwa orang pertama yang membuat perjalanan wisata ialah seorang warga perancis yang bernama Airneri De Picand. Bukunya yang pertama dia terbitkan ialah tentang perjalanannya ke Sepanyol pada tahun 1130. selan- jutnya Hakim 2004 mengemukakan bahwa semenjak tahun 1948 masalah kepariwisa- taan sudah mulai berkembang dengan pesat.

2. 2 Objek Wisata

Gua yang sudah merupakan objek wisata dan sudah cukup dikenal oleh wisatawan domestic beserta sedikit dari mancanegara di Indonesia adalah Gua Lalai di Jawa Barat. Wisatawan asing dan domestic mengunjungi gua ini untuk melihat sekitar 2 juta kelelawar yang ke luar dari gua pada senja hari; Gua Pamijahan di Tasik Malaya- Jawa Barat yang dikunjungi oleh para wisatawan pada hari-hari tertentu saja, yaitu bagi kaum muslim untuk sembahyang; Gua selarong di Yokjakarta yang keadaannya sangat terjal dan digunakan oleh Pangeran Dipanegoro sebagai tempat persembunyian; Gua Universitas Sumatera Utara Karang Bolong di Jawa Tengah yang bentuknya sangat tinggi dan curam dan gua ini terkenal karena sarang wallet yang banyak terdapat di sana; Gua Selok di Jawa Tengah yang memiliki nilai keagamaan yang penting dan digunakan untuk bertapa dan sembahyang; Gua Istana Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur yang masih mempunyai satwa liar untuk dikembangkan di samping dapat digunakan sebagai tempat sembahyang dan bertapa; Gua Lawah Kelungkung yang suatu candi penting dibangun di sekitar gua tersebut sedangkan bahagian dalam dihuni oleh codot fajar; Gua Giri Putri Nusa Penida yang cukup besar yang di dalamnya terdapat banyak kala cemeti, jengkrik, kelelawar, ddan kepiting endemik. Jadi bila kita bandingkan semua gua ini tadi dengan Gua Liang Dahar di desa Lau buluh Kabupaten Karo di Propinsi Sumatera Utara maka di samping ada persamaan akan dapat dilihat perbedaan besar dalam keunikannya, yaitu di dalamnya banyak juga terdapat kelelawar, kalong, dan wallet. Di lain pihak di dasar gua ada juga terdapat sungai mkecil yang ke luar di desa lain. Ruangan besar ada terdapat tiga lokasi dan beberapa ruang kecil lainnya. Hanya saja gua ini belum dikenal para wisatawan karena belum diinformasikan atau diperomosikan olehPemerintah daerah. Dan juga belum ada pemugaran untuk peremajaannya, serta ditambah dengan factor penunjang lainnya.

2. 3 Industri Pariwisata

Negara Indonesia dalam kurun waktu tertentu, dicabik–cabik oleh konflik para elite politik. Situasi tentu saja dapat menjadikan rakyat bingung dan susah. Iklim usaha pun mendapat dampak yang tidak menententu. Konflik dan benturan pun terus meram- bat sampai ke akar segala sektor. Intinya: rasa damai jadi terusik. Dampaknya sudah jelas, tak banyak lagi wisatawan dari mancanegara wisman yang mau datang ke Indo- Universitas Sumatera Utara nesia, khususnya dalam bentuk rombongan group. Bahkan, di Berastagi yang jadi salah satu barometer pariwisata untuk daerah propinsi Sumatera Utara pun, kini tampak sepi wisman. Padahal dahulu hampir di setiap jalan–jalan utama, hotel, objek wisata yang tidak jauh dari kota Berastagi, bahkan di kawasan–kawasan tertentu, atau di took souvenir akan selalu dijumpai wisman dari berbagai Negara Amerika, Eropah, Afrika, dan Asia; ditambah dengan wisatawan domestik. Selama ini, pola pikir yang ada adalah, pariwisata yang tergantung pada situasi aman, kondisi damai di lingkungan suatu negara. Maka, sudah saatnya pola pikir ini dibalik, yakni bagaimana pariwisata bisa dimunculkan untuk dikedepankan sebagai salah satu faktor utama demi mewujudkan atau menghadirkan suasana yang damai dan nyaman. Istilah menterengnya, menjadikan pariwisata sebagai industri perdamaian, hal ini adalah mengingat Berastagi di Sumatera Utara, Yogja di jawa, dan Bali terpilih sebagai taman perdamaian pada tahun 2006. Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa melalui pariwisata semua aspek dengan kehidupan manusia bisa ditanggulangi to be solved. Hal ini dapat kita mulai dari bisnis pengangkutan udara, penginapan berupa losmen, motel, hotel, bisnis kerajinan tangan, makanan, jasa pemandu wisatawan, atraksi menarik yang ditampilkan di desa–desa akan dapat dinikmati oleh para wisatawan mancanegara maupun domestic dan sebaliknya akan dapat memberikan untung kepada negara Indonesia pada umumnya, serta bagi pemerintah daerah pada khususnya, ditambah dengan masyarakat desa itu sendiri secara langung. Bila gagasan dan realisasi perdamaian melalui pariwisata tersebut ditarik ke Indonesia, dan benar–benar direnungkan sekaligus diaplikasikan, maka alangkah Universitas Sumatera Utara indahnya hasil yang dapat kita nikmati. Kita, masyarakat Indonesia layak berkaca pada Negara tetangga tetangga, sebut saja thailand. Di negara gajah tersebut, konflik elite politik sering terjadi, kudeta, dan pergantian pucuk pimpinan daerah sudah bukan barang baru, termasuk pertentangan militer dan sipil. Akan tetapi, rakyat di sana tetap solid. Rakyat dapat menjadi penonton yang baik, dan wisatawan asing pun terus mengalir ke sana. Artinya, biarlah elite politik “berseteru” namun pariwisata tetap meneguhkan komitmen dan keberadaannya sebagai industri perdamaian. Pengertian pariwisata sebagai suatu industri masih dalam perdebatan di antara para pakar pariwisata. Christienll 1985 berkata: “Tourism is a difficult phenomena to describe. We have trouble the idea of a tourism industry”. Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggam- barkan apa sebenarnya arti pariwisata itu, dengan demikian dapat memberikan yang lebih jelas. Jadi ide tersebut sebenarnya memberikan istilah “industri pariwisata” yang lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik politis dan ekonomi. Salah satu kekuatan pariwisata tidak lain adalah pengaruhnya terhadap ekonomi multiplier yang ditimbulkan pada daerah taman wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik itu wisman ataupun domestik. Kelihatannya semua sangat ideal, hal itu sengaja diciptakan untuk mendapatkan dukungan politis tadi, tujuannya untuk pengelolaan dan pemasaran pariwisata. Tetapi penyebutan pariwisata sebagai suatu industri justru menjadi bumerang, menjadi sumber kelemahan, karena pariwisata terlalu banyak ditangani oleh berbagai pihak dan juga minimnya sistem sehingga dapat menimbulkan masalah. Universitas Sumatera Utara nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Christiemill dan alias M. Morisson : “ There is no Standard Industrial Classiffication number for tourism” sebenarnya dari sudut pandang politis ide memberi istilah “tourism industry” ingin memberi peluang untuk memperlihatkan kepada orang banyak bahwa pariwisata memberi dampak positif, karena menjadi katalisator dalam pembangunan. Ingin menjadi tanggung jawab kita semua. Dalam buku- buku kepariwisataan luar negeri menyebutkan pariwisata sebagai suatu industri walau kadang–kadang juga menggunakan istilah tour and travel industry namun bagi kita di Indonesia istilah yang dipakai tourism industry. Tetapi ada yang menyebutnya sebagai tourist industry. Penulis lebih setuju, bila kita menggunakan istilah industri pariwisata dengan istilah tourism industry, karena kalau tourist industry konotasi seakan–akan industri wisatawan. Paket liburan, atau lebih dikenal dengan sebutan wisata paket atau cukup wisata saja, merupakan segmen penting dalam dunia industri perjalanan. Di Inited States of America umpamanya, penjualan wisata dapat menghasilkan 18 millyar dollar setiap tahunnya. Kebanyakan wisata paket diatur oleh pemasuk wisata dan dijual kepublik melalui agen perjalanan kecil. Menurut sebuah survei industri pada tahun 1922 sampai 1999 dapat kita ketahui bahwa 98 atau hampir seluruh agen perjalanan indenpenden dengan pelayanan minimum. Pada tahun 1991, penjualan wisata merupakan 44 persen dari semua penjualan paket perjalanan untuk bersenang–senag dan 21 persen dari semua pendapatan agen perjalanan bagi sejumlah tempat tujuan, termasuk Las Vegas, kepulauan Bahama, Eropah Timur, dan Asia Timur, paket wisata merupakan lebih dari 90 persen penjualan. Universitas Sumatera Utara Paket liburan yang sederhana memberikan keuntungan bagi agen perjalanan dan di samping bagi perjalannya sendiri. Memesan paket wisata ini tidak memerlukan banyak waktu dibandingkan dengan sejumlah komponen kegiatan perjalanan berbeda seperti pemesanan tiket penerbangan, transfer bandar, dan akomodasi. Biro perjalanan mendapat komisi dari masing-masing komponen wisata.pada sejumlah kasus, komisi wisata lebih tinggi dibandingkan komisi standar dari maskapai penerbangan dan hotel. Lebih jauh, beragam paket wisata yang tersedia yang memungkinkan agen perjalanan memesankan paket wisata bagi sebagian keperluan pelanggan. Seorang pelanggan yang membeli satu paket wisata mengetahui di depan sebagian besar biaya yang harus dikeluarkan. Pada banyak kasus, biaya total wisata lebih kecil dibandingkan dengan total biaya masing–masing komponen. Sebuah paket wisata juga membantu mengurangi ketidaknyamanan dan kekuatan yang kadang–kadang dialami oleh pejalan yang baru pertama berpergian ke luar negeri. Wisata khusus mewakili segmen industri pariwisata yang tumbuh paling pesat ragam wisata yang tersedia adalah untuk kelompok–kelompok khusus seperti pecinta olah raga, pencinta alam, dan wisata dipenuhi oleh iklan menawarkan kegiatan mendaki, melihat burung, safari menyelam, memancing, bersepeda, dan sejumlah daftar dan berkesudahan jenis wisata khusus lain. Kata wisata, sebagaimana digunakan dalam industri perjalanan, dapat menunjuk pada liburan paket atau wisata yang dipandu oleh pemandu. Bila sebuah wisata menunjuk pada paket liburan, maka wisata tersebut dapat merupakan jenis perjalanan yang dirancang dan dibayar sebelumnya dikombinasikan dengan dua atau lebih komponen perjalanan. Sebuah wisata tipikal termasuk biaya penerbangan, transfer di Universitas Sumatera Utara bandara, akomodasi, dan kegiatan–kegiatan tertentu.transfer di bandara merujuk pada transportasi antara bandara dan hotel. Komponen yang termasuk kedalam biaya wisata dinamakan inklusif. Wisata multi komponen dapat dikelasifikasikan kedalam dua kelompok wisata paket dan wisata khusus. Wisata paket adalah jenis wisata yang telah diatur sebelumnya oleh pemasok wisata dan kemudian dijual melalui biro perjalanan kecil. Wisata khusus adalah jenis wisata yang dirancang, apakah oleh agen perjalanan atau oleh pemasok wisata, untuk memenuhi kebutuhan khusus seorang pelanggan. Banyak cara untuk menjual pariwisata, tergantung apa maunya.Untuk Kabupaten Karo, sebenarnya sudah banyak dimunculkan gagasan–gagasan untuk menjual berbagai macam paket wisata, seperti wisata budaya, wisata alam, wisata konveksi,dan lain–lain. Namun tatkala krisis dan muncul isu tak aman, paket–paket itu jadi tak banyak berarti. Sehingga tatkala gagasan menggarap paket wisata industri di Kabupaten.Karo banyak pihak masih ragu–ragu. Apakah bisa? Industri yang mana? Kalau wisata kerajinan, mungkin masih bisa diterima, karena Kabupaten Karo memang gudangnya aneka kerajinan. Tapi bila kita berbicara soal industri, mungkin perlu dijabarkan lebih konkrit aplikasinya. Industri di Kabupaten Karo kenyataannya, berorientasi pada industri menengah dan kecil saja. Hampir tak ada industri skala berat di Kabupaten Karo. Maka, kalau memang mau diangkat potensi industri di Kabupaten Karo Gua Liang Dahar untuk dirangkai dalam satu paket wisata, bisa saja, sejati dikedepankan adalah industri yang berciri khas, atau punya spesifikasi khusus. Sentra industri bisa dikemas sebagai suatu alternatif wisata jalur wisata. Di Kabupaten Karo, banyak sentra industri kecil sebagai tempat berproduksi yang tersebar Universitas Sumatera Utara di daerah pedesaan, yang dapat menjadi salah satu pendukung sebagai daerah tujuan wisata. Karena banyak wisatawan khususnya wisatawan mancanegara tertarik ke satu kota wisata, bukan hanya lantaran daerahnya yang masih alami, namun juga keunikan proses produksinya, yang mungkin masih dikerjakan berdasarkan keterampilan tangan serta teknologi yang relatif sederhana. Apabila sentra industri kecil ini dapat dijadikan objek wisata alternatif, tentunya akan menunjang program pariwisata di Kabupaten Karo dan akhirnya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Medan.

2. 4 Penunjang Kepariwisataan