4 Penunjang Kepariwisataan Metode Penulisan

di daerah pedesaan, yang dapat menjadi salah satu pendukung sebagai daerah tujuan wisata. Karena banyak wisatawan khususnya wisatawan mancanegara tertarik ke satu kota wisata, bukan hanya lantaran daerahnya yang masih alami, namun juga keunikan proses produksinya, yang mungkin masih dikerjakan berdasarkan keterampilan tangan serta teknologi yang relatif sederhana. Apabila sentra industri kecil ini dapat dijadikan objek wisata alternatif, tentunya akan menunjang program pariwisata di Kabupaten Karo dan akhirnya akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di Medan.

2. 4 Penunjang Kepariwisataan

Keselamatan dan keamanan di lingkunagan objek wisata adalah merupakan hal pokok untuk menyajikan berbagai pengalaman wisata yang bermutu serta yang dipadankan dengan dasar–dasar keselamatan dan keamanan, adalah merupakan harapan para wisatawan di daerah tujuan wisata. Sektor terkait yang menunjang pariwisata ialah : - Transportasi, - olah raga, - pedagang, - dan lain–lain yang dapat berakibat, - masih terbatasnya standart keselamatan pada gedung–gedung bangunan–bangunan pariwisata, misalnya : terhadap bahaya api, kesalahan mesin konstruksi, kurang antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gempa, dan lain–lain, - kurang memadainya senitisi dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan yang berkelanjutan, Universitas Sumatera Utara - kurang perlindungan terhadap tindakan–tindakan melawan hukum kejahatan, dan perusakan fasilitas wisata, - penipuan dalam usaha dagang, - kontrak–kontrak yang tidak tuntas, serta - pemogokan–pemogokan tenaga kerja. Pengunjung mandiri dapat melakukan suatu tindakan yang dapat menimbul- kan masalah, baik bagi keselamatan dan keamanan dirinya sendiri maupun terhadap orang–orang yang menerima mereka, penyebabnya dapat terjadi hal–hal, seperti: • Kecelakaan yang menimpa wisatawan pada saat berolah raga aktifitas mereka selama bersantai dengan kendaraan bermotor dan atau hal–al yang menyangkut makanan dan minuman. • Kondisi kesehatan wisatawan yang tidak fit sebelumnya yang mungkin memburuk selama berpergian. • Prilaku dan sikap wisatawan terhadap penduduk dan atau tata krama setempat. • Perbuatan ilegal dan kriminal tertentu, misalnya : pengedaran obat–obat terlarang. • Kunjungan ke tempat–tempat benbahaya. • Kehilangan barang bawaan, dokum en, uang dan lain–lain yang disebabkan oleh kelainan. Resiko alam dan lingkungan dapat terjadi bilamana pelaku perjalanan: • Tidak memahami ciri–ciri khas lingkungan alam suatu daerah tujuan dan kurang menyadari akibat yang timbul, terutama yang berhubungan dengan flora dan fauna. Universitas Sumatera Utara • Tidak siap secara medis misalnya divaksinasi sebelum berangkat dan menyiapkan obat penyakit ayam. • Tidak hati–hati terhadap makanan dan kebiasaan–kebiasaan ksehatan lainnya. • Tidak bisa menghindari situasi genting, misalnya bencana alam, penyakit menular, dan lain–lain yang muncul dari keadaan lingkungan fisik dan resiko yang ditimbul- kan oleh keadaan alam dan lingkungan hidup lainnya kadang–kadang dapat menjadi resiko pribadi individual risks bukan karena keinginan mengambil resiko, tetapi karena ketidaksiapan wisatwan. Untuk hidup dengan pengalaman–pengalaman baru dan pada waktu yang sama ingin merasa aman, hal ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut akan terasa sekali, apabila seseorang sedang berpergian, terutama berpergian ke luar negeri, jika dibandingkan dengan berwisata di dalam negeri. Hampir semua unsur pariwisata harus berurusan baik dengan organisasi pariwi- sata tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian ada beberapa tahapan keselamatan dan keamanan wisatawan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Yang berwe- nang di bidang pariwisata yang dapat memacu pningkatan kerjasama yang lebih baik di tingkat daerah dengan menyiapkan langkah–langkah keselamatan dan keamanan pariwi- sata tingkat nasional. Koordinasi menjadi faktor utama dalam menyusun suatu sistem keselamatan dan keamanan pariwisata, yaitu dengan melibatkan antara lain : 1. Badan–badan pemerintah dan departemen–departemen terkait dengan masalah ini. 2. Masyarakat pariwisata di daerah tujuan wisata. Universitas Sumatera Utara 3. Wakil–wakil industri pariwisata, dan 4. Media massa Untuk melaksanakan fungsi koordinasi ini perlu dibentuk suatu Badan Pariwisata Nasional yang akan mengorganisasikan sautu komite Nasional Keselamatan dan Keama- nan Wisatawan. Kadang–kadang koordinasi hanya dilakukan antara sesama badan– badan pemerintah. Namun untuk sektor pariwisata, perlu dibentuk lembaga lintas sektoral yang di dalamnya duduk wakil–wakil pemerintah dan swasta kalangan pariwisata, mengingat banyak keputusan dan langkah–langkah yang harus diputuskan oleh pihak swasta. Sebaiknya keanggotaannya dalam Lembaga Keselamatan dan Keamanan Pariwisata itu meliputi: • Departemen yang menangani pariwisata. • Kepolisian Negara. • Imigrasi. • Kehakiman. • Bea cukai. • Perhubungan. • Kesehatan. • Departemen Luar Negeri. • Perthanan dan Keamanan. • Asosiasi usaha penerbangan dan transportasi. • Asosiasi perhotelan. Universitas Sumatera Utara • Asosiasi usaha perjalanan. • Perwakilan usaha perjalanan dan usaha pariwisata lainnya. • Kelompok–kelompok konsumen. • Kelompok usaha pengecer. • Pusat–pusat riset dan dokumentasi keselamatan dan keamanan pariwisata. Berkaitan pula dengan masalah–masalah keselamatan dan keamanan wisatawan menyangkut Dewan Pariwisata Nasional, maka departemen yang menangani pariwisata seyogyanya: • Menupayakan dan menyelenggarakan pertemuan–pertemuan. • Mengkoordinasikan pekerjaan–pekerjaan dewan. • Menyiapkan dana dewan jika dibutuhkan. • Mengevaluasi laporan–laporan yang masuk. • Mempersiapkan saran–saran. • Memantau terus saran–saran tersebut. Bagi negara berkembang, salah satu di antaranya adalah negara Republik Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang unik dan tinggi industri wisata merupakan suatu sumber pemasukan devisa yang penting. Saat ini, data perjalanan dunia menyebutkan bahwa satu dari lima orang wisatawan internasional dari negara maju, melakukan perjalanan menuju negara berkembang. Angka tersebut berarti menunjukkan pertumbuhan jika dibandingkan pada 1970-an. Saat itu hanya satu dari tigabelas dari negara maju yang melakukan perjalanan wisata ke negara berkembang. Pertumbuhan arus kedatangan wisatawan yang cepat di kawasan Asia terjadi di Universitas Sumatera Utara Kamboja, Mesir, Thailan, Turki, dan Vietnam. Sementara di wilyah Karibia, arus wisatawan menuju Kuba meningkat lebih dari lima kali lipat pada tahun 1990.

2. 5 Kepariwisataan dan Pembangunan Nasional