Pengolahan Limbah Cair Secara Anaerobik

Limbah cair kelapa sawit merupakan nutrien yang kaya karbon dan senyawa organik, dimana dekomposisi senyawa organik ini oleh bakteri anaerob dapat menghasilkan biogas yang terdiri dari 55 - 70 metan, 30 - 45 karbon dioksida dan sedikit hidrogen sulfida Deublein dan Steinhauster, 2008. Jika gas-gas tersebut tidak diolah dan dibiarkan lepas ke udara bebas maka dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena gas metana dan karbon dioksida termasuk gas rumah kaca.

2.2. Pengolahan Limbah Cair Secara Anaerobik

Pengolahan limbah cair secara anaerobik merupakan proses yang dapat terjadi secara alami yang melibatkan beberapa jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses tersebut. Proses yang terjadi pada pengolahan secara anaerobik ini adalah fermentasi, asidogenik dan metanogenesis. Beberapa jenis bakteri bersama-sama secara bertahap mendegradasi bahan-bahan organik dari limbah cair Deublein dan Steinhauster, 2008. Tahapan yang terjadi dalam proses perombakan senyawa organik menjadi gas metana ditunjukkan pada Gambar 2.1. Pada pengolahan secara anaerobik, bakteri yang berperan adalah bakteri fermentasi, bakteri asetogenik dan bakteri metanogenik yang memiliki peran masing- masing dalam mendegradasi senyawa organik menjadi produk akhir berupa gas metana. Tiap fase dari proses fermentasi metana melibatkan mikroorganisme yang spesifik dan memerlukan kondisi hidup yang berbeda-beda. Bakteri pembentuk gas metana merupakan bakteri yang tidak memerlukan oksigen bebas dalam Universitas Sumatera Utara metabolismenya, bahkan dengan adanya oksigen bebas dapat menjadi racun atau mempengaruhi metabolisme bakteri tersebut Deublein D. dan Steinhauster, A. 2008. Gambar 2.1 Konversi Bahan Organik Menjadi Metan Secara Anaerobik Jiang, 2006 Gas metana yang diperoleh dari proses pengolahan limbah cair secara anaerobik ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dan merupakan bahan bakar yang sangat baik. Gas metana memiliki nilai bakar yang tinggi dan lebih ramah terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar petroleum ataupun batu bara. Senyawa Organik Karbohidrat Protein Lemak Metanogenesis Asetogenesis 1. Bakteri Fermentasi 2. Bakteri Asetogenik penghasil hidrogen 3. Bakteri Asetogenik pengguna hidrogen 4. Bakteri Metanogenik pereduksi karbon dioksida 5. Bakteri Metanogenik asetoclastic CO 2 H 2 CH 3 COO - As. Lemak alkohol Gula Asam Amino Hidrolisis Asidogenesis Volatile Fatty Acids Etanol CH 4 1 1 1 1 1 2 3 4 5 Universitas Sumatera Utara Proses anaerobik melibatkan penguraian senyawa organik dan anorganik oleh mikroorganisme tanpa adanya molekul oksigen bebas. 1. Hidrolisis Hidrolisis merupakan langkah awal untuk hampir semua proses penguraian dimana bahan organik akan dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat diurai oleh bakteri pada proses fermentasi. Bakteri mendekomposisi rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak menjadi bagian yang lebih pendek. Solubilisasi melibatkan proses hidrolisis dimana senyawa-senyawa organik kompleks dihidrolisis menjadi monomer-monomer. Sebagai contoh, polisakarida diubah menjadi monosakarida. Protein dibagi menjadi peptida dan asam amino. Lemak dihidrolisis menjadi asam-asam lemak atau gliserol Deublein dan Steinhauster, 2008. Laju hidrolisis merupakan fungsi dari faktor seperti pH, suhu, komposisi dan ukuran partikel substrat. 2. Asidogenesis Pada tahap ini produk yang telah dihidrolisa, dikonversikan menjadi asam lemak volatil, alkohol, aldehid, keton, amonia, karbondioksida, air dan hidrogen oleh bakteri pembentuk asam. Asam-asam organik yang terbentuk adalah asam asetat, asam propionat, asam butirat dan asam valerat. Reaksi asidogenesis dapat dilihat di bawah ini: Universitas Sumatera Utara C 6 H 12 O 6 CH 3 CH 2 CH 2 COOH + 2 CO 2 + 2 H 2 glukosa asam butirat C 6 H 12 O 6 2 H 2 CH 3 CH 2 COOH + 2 H 2 O glukosa asam propionat 3. Metanogenesis Produksi metana dan karbon dioksida dilakukan oleh bakteri methanogenic. Sebanyak 70 dari metana yang terbentuk berasal dari asetat, sedangkan sisanya 30 dihasilkan dari konversi hidrogen H dan karbon dioksida CO 2 , menurut persamaan berikut: Asam asetat bakteri methanogenic metana + karbon dioksida Hidrogen + karbon dioksida bakteri methanogenic metana + air Metanogenesis merupakan langkah penting dalam proses pengolahan anaerobik secara keseluruhan, karena proses ini adalah yang paling lambat pada proses reaksi biokimia. Metanogenesis sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi. Komposisi bahan baku, laju pengumpanan, suhu, dan pH adalah faktor yang mempengaruhi proses metanogenesis. Overloading pada digester, perubahan suhu atau masuknya oksigen dalam jumlah besar dapat mengakibatkan penghentian produksi metana Seadi et al, 2008. Jalur untuk pembentukan metana dari asetat dan CO 2 oleh mikroorganisme dapat dilihat pada Gambar 2.2. Rantai hidrokarbon panjang terlibat dalam proses ini seperti methanofuran misalnya R – C 24 H 26 N 4 O 8 dan H 4 TMP tetrahydromethanopterin sebagai Co- faktor. Corrinoid adalah molekul yang memiliki empat cincin pirol dalam cincin yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Methanobacterium yang menggunakan hidrogen dan karbon dioksida untuk membentuk metana. Metanogen dan asidogen membentuk suatu hubungan yang saling menguntungkan dimana metanogen mengubah hasil dari proses asidogen seperti hidrogen, asam format dan asetat menjadi metana dan karbon dioksida. Mikroorganisme yang membentuk metana diklasifikasikan sebagai archaea yang bekerja tanpa adanya oksigen. Mikroorganisme non metanogenik yang berperan dalam hidrolisis dan fermentasi merupakan bakteri fakultatif Deublein dan Steinhauster, 2008. Pengolahan secara anaerobik dengan reaktor dapat diaplikasikan untuk mengolah limbah cair dalam jumlah yang besar karena menggunakan reaktor tertutup dan waktu tinggal cairan limbah saat ini bisa lebih singkat, maka kebutuhan lahan yang luas untuk mengolah limbah cair dapat dikurangi. Selain itu pengolahan limbah cair secara anaerobik juga dapat memberikan sumber energi berupa gas metana yang merupakan produk akhir dari proses anaerobik ini. Gas metana yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar yang relatif terhadap ramah lingkungan. Pengolahan anaerobik untuk menghasilkan biogas ini sangat bermanfaat dalam mengurangi limbah biomassa organik namun tahap awal pembangunan reaktornya membutuhkan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengolahan secara aerobik. Beberapa kelebihan dan kekurangan proses anaerobik di tunjukkan pada Tabel 2.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian Fermentasi Anaerobik Keuntungan Kerugian - Energi yang dibutuhkan sedikit - Produk samping yang dihasilkan sedikit - Menghasilkan senyawa metana yang merupakan sumber energi yang potensial - Baik untuk operasi skala besar karena menggunakan reaktor - Sludge hasil buangannya dapat digunakan sebagai pupuk - Biaya konstruksi yang mahal - Membutuhkan penambahan senyawa alkaliniti - Sangat sensitif terhadap perubahan temperatur - Menghasilkan senyawa yang beracun seperti H 2 S - Penyimpanan pupuknya sulit Metcalf Eddy, 2003 Pengolahan secara anerobik adalah metode yang paling sesuai untuk mengolah buangan industri yang mengandung karbon atau senyawa organik yang tinggi. Pengolahan LCPKS dengan menggunakan reaktor anaerobik dilakukan dengan mensubtitusi proses yang terjadi di kolam anaerobik pada sistem konvensional kedalam tangki digester. Selain menghasilkan biogas, pengolahan limbah cair dengan proses anaerobik dapat dilakukan pada lahan yang sempit dan memberi keuntungan berupa penurunan jumlah padatan organik, jumlah mikroba pembusuk yang tidak diinginkan, serta kandungan racun dalam limbah. Disamping itu juga membantu peningkatan kualitas pupuk dari sludge yang dihasilkan Speece, 1996. Universitas Sumatera Utara

2.3. Biogas