Koordinator Mutu non Pelayanan yang melakukan pemilihan atau sortir barang masuk, barang yang baik dipisahkan dengan yang jelek, sedangkan
barang yang jelek atau tidak baik akan dikembalikan pada pemasok. Bagian Logistik Gizi melakukan pengawasan atau ceking tiap hari terhadap barang
yang berada digudang, sehingga mereka mengetahui kondisi dan kualitas barang termasuk daya tahan penyimpanan barang, peranan yang sangat
dominan ini harus tetap mendapatkan pengawasan atau kontrol dari Kepala Instalasi Gizi secara terus-menerus untuk menghindari terjadinya kolusi
dengan pemasok yang akan berakibat kerugian dari rumah sakit. Pengadaan bahan makanan kering dilaksanakan oleh Bagian Pembelian
yang bertugas melaksanakan pekerjaan perbekalan rumah sakit termasuk perbekalan bahan makanan kering. Tugas dan fungsi Bagian Pembelian ini
mulai dari penyusunan jadwal pengadaan barang, melaksanakan lelang beserta syarat-syaratnya sampai dengan melaksanakan pembelian atau
pengadaan barang bahan makanan sesuai dengan perencanaan dari Instalasi Gizi. Dalam melaksanakan pengadaan bahan makanan kering ini Bagian
Pembelian harus tetap berkoordinasi dengan Instalasi Gizi sebagai pengguna bahan makanan kering supaya tidak terjadi kesalahan dalam pembelian
barang bahan makanan kering, baik dalam jumlah, jenis maupun kualitas barang.
C. UJI COBA MODEL PENGADAAN
Penggunaan analisis ABC dalam perencanaan pengadaan bertujuan untuk melakukan identifikasi barang yang benar-benar berpengaruh pada
modal kerja, sehingga manajemen yang efektif dapat berkonsentrasi pada barang yang jenisnya sedikit tetapi membutuhkan modal yang besar tanpa
mengabaikan jenis barang yang lain. Tanpa analisis ABC dimungkinkan akan
dilakukan upaya besar untuk mencoba mengatur semua barang dengan prioritas yang sama sehingga gagal menjadi efektif secara keseluruhan. Hal
ini sesuai dengan teori management logistic bahwa perlu adanya pengendalian pada tahap perencanaan terutama pada saat penentuan jumlah
kebutuhan dan rekapitulasi dana atau biaya. Evaluasi pengadaan dilakukan pada 6 jenis bahan makanan kering pada
kelompok A yang diasumsikan merupakan bahan makanan kering yang fast moving sehingga sering dilakukan pembelian yaitu susu Indomilk, beras
umbuk, gula pasir, mie instant, minyak goreng dan coklat Van Houten. Evaluasi pengadaan bertujuan untuk mengetahui modal kerja yang
digunakan, dari hasil penelitian perbedaan modal kerja yang dibutuhkan antara model pengadaan yang digunakan saat ini tanpa menggunakan EOQ
dengan model pengadaan yang berdasarkan EOQ uji coba diperoleh efisiensi sebesar 42 untuk susu Indomilk dan 42 untuk coklat Van
Houten, sedangkan untuk beras umbuk, gula pasir, mie instant dan minyak goreng tidak didapatka efisiensi. Efisiensi modal kerja dapat terjadi karena
adanya nilai persediaan yang minimal. Akan tetapi apabila dibandingkan antara frekuensi pembelian dan TOR
pada saat pengadaan belum dilakukan berdasarkan EOQ tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi atau rendah frekuensi pembelian maupun TOR
menunjukkan efisiensi modal kerja. Hal ini disebabkan karena evaluasi pengadaan yang lama dilakukan dalam kurun waktu 4 bulan dengan tujuan
untuk mendapatkan data yang mendekati riil mengenai kebutuhan rata-rata bahan makanan kering tiap bulannya yang akan dievaluasi sedangkan uji
coba hanya dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 hari atau satu bulan. Dari dasar perhitungan-perhitungan yang dilakukan dari data pemakaiaan atau
pengadaan selama 4 bulan dijadikan dasar untuk menetapkan besarnya EOQ