35 Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Zonasi Blok V Kategori Kawasan

Tabel 4-35 Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Zonasi Blok V Kategori Kawasan

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Zonasi Blok V Kawasan Permukiman

Perbandingan luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan yang dibangun, pada kawasan perumahan dengan kepadatan sedang, maksimum 30%

Perbandingan jumlah lantai dasar bangunan dengan luas lahan yang dibangun, pada perumahan dengan kepadatan rendah maksimum 10%

Kawasan Pemerintahan

Perbandingan luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan yang dibangun, pada kawasan pemerintahan dan Hankam maksimum 30%

Kawasan terbangun yang ad a harus memiliki koefisien run off rencana maks sebesar 0,63 dan debit aliran maks sebesar

0,82 m 3 /det

Kawasan terbangun yang ada harus memiliki

resapan (biopori) sebanyak 1.970 buah atau sumur resapan individu sebanyak 394 buah atau sumur resapan individu sebanyak 394 buah atau kolam resapan sebanyak 20 buah atau sumur resapan dalam sebanyak 4 buah

lubang

Kawasan Komersial

Perbandingan luas lantai dasar bangunan engan luas lahan yang dibangun, pada kawasan komersial maksimum 30%

Kawasan Fasilitas Pelayanan

Perbandingan luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan yang dibangun, pada kawasan fasos dan fasum maksimum 30%

Kawasan Pertanian dan Perkebunan

Perbandingan luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan yang dibangun, pada kawasan pertanian dan perkebunan maksimum 10%

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism” Studi Kasus : Kecamatan Lembang

4.7.3 Analisis Garis Sempadan Bangunan Garis sempadan bangunan pada kawasan perencanaan cukup bervariasi, tujuan dari penggunaan garis sempadan itu sendiri sebagai menciptakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara alami pada bangunan. Sudah terdapat data garis sempadan di kawasan perkotaan Lembang, menurut versi Revisi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Lembang, antara lain:

a. Sempadan Terhadap Jalan dan Bangunan Publik

Untuk Sempadan terhadap jalan dan bangunan publik sudah ditetapkan terhadap kawasan permukiman, kawasan pemerintahan dan pertahanan keamanaan, kawasan komersial, kawasan fasilitas pelayanan dengan data, yaitu :

1) Sempadan terhadap jalan untuk perumahan dan non perumahan minimal ½ row

2) Sempadan terhadap bangunan publik lain, minimal setengah dari pangjang fasade

b. Sempadan Terhadap Bangunan Lain

Untuk Sempadan terhadap jalan dan bangunan publik sudah ditetapkan terhadap kawasan permukiman, kawasan pemerintahan dan pertahanan keamanaan, kawasan komersial, kawasan fasilitas pelayanan dengan data, yaitu :

1) Sempadan terhadap bangunan lain dihitung menggunakan rumus yang sesuai

Tabel 4-36 Sempadan Bangunan

Kedalaman Persil

2) Untuk persil kecil berlaku ketntuan sebagai berikut :

3) Apabila nilai GSB pada matrik ketentuan pembangunan tidak sama dengan ketentuan ini, maka yang dipakai adalah yang nilainya lebih kecil

c. Sempadan Antar Bangunan Dalam Properti yang Sama

Untuk properti yang sama sempadan antar bangunan dihitung dengan rumus yang sesuai

d. Sempadan Sungai

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism” Studi Kasus : Kecamatan Lembang

1) Sempadan sungai diusulkan untuk dibersihkan dari bangunan-bangunan dan diganti dengan ruang terbuka

2) Sempadanterhadap bangunan berlaku ketentuan sebagai berikut  Sungai besar GSB minimal 15 m

 Sungai kecil GSb minimal 5 m

4.7.4 Analisis Tinggi Bangunan Peraturan tinggi bangunan memberikan kebijakan tentang tinggi bangunan

maksimal (dihitung dari lantai dasar/tanah atau ground floor sampai dengan puncak atap bangunan) dalam suatu kawasan atau lingkungan agar terwujud tata bangunan yang sesuai rencana. Pengaturan ketinggian bangunan juga akan terkait dengan aspek jumlah lantai bangunan melalui Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Adapun klasifikasi ketinggian bangunan adalah :

1. Bangunan sangat rendah dengan tinggi maksimum 12m

2. Bangunan rendah dengan tinggi maksimum 20m

3. bangunan sedang dengan tinggi maksimum 28m

4. Bangunan tinggi dengan tinggi lebih dari 28m Koefisien Lantai Banguan (KLB) adalah angka perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan gedung terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan. Nilai KLB adalah dalam angka rasio decimal, dimana secara teoritik angka rasio decimal ini bisa tanpa lantai bangunan sedikitpun / tiada bangunan (0,00) sampai lebih dari jumlah tingkat / lantai bangunan (1,00). Pada keadaan bangunan tidak bertingkat / bersusun, maka angka KDB akan pararel dengan angka KLB. Rencana jumlah lantai bangunan dapat dilihat dari indikator-indikator berikut :

1. Harga lahan

2. ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan);

3. Dampak atau kebutuham terhaap prasarana tambahan

4.7.5 Ekonomi dan pembiayaan. Sedangkan berdasarkan standar peraturan bangunan nasional yang dimaksud

dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi.

Studio Perencanaan Kota 2016 “Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasiskan Eco Tourism” Studi Kasus : Kecamatan Lembang

Ketinggian bangunan dapat diperinci atas bangunan satu lanai, bangunan bertingkat dan bangunan tinggi.

1. Bangunan satu lantai terdiri dari bangunan sementara, sempadan dan bangunan permanen. Bangunan sementara tidak diperkenankan berada di pinggir jalan utama (lokal primer dan arteri sekunder).

2. Bangunan bertingkat adalah bangunan permanen yang tidak lebih dari tiga lantai dan bangunan semi permanen yang tidak lebih dari dua lantai.

3. Bangunan tinggi adalah bangunan engan jumlah lantai lebih dari empat lantai atau tiggi bangunan lebih dari 20 meter dari permukaan tanah dan berstatus permanen. Sedangkan tinggi bangunan adalah jarak lantai dasar sampai puncak atap bangunan yang dinyatakan dalam meter.

Dari data Revisi Rencana Tata Ruang Daerah Kawasan Perkotaan Lembang di bab zonning regulation sudah terdapat Ketinggian Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) perkawasan, yaitu :