Kolokium Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Tahun 2013

3.10 Kolokium Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Tahun 2013

Kolokium dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2014 di Hotel Hilton, Bandung dengan maksud untuk memaparkan hasil-­‐hasil kegiatan berupa informasi bidang air tanah, geologi lingkungan, dan geologi teknik dijadikan dasar dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan, dengan maksud agar pengelolaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih proporsional dalam

a. Pemetaan Geologi Teknik merupakan kegiatan mengumpulkan berbagai data dan informasi geologi teknik yang dapat berguna dalam perencanaan pengembangan wilayah. Data yang dimaksud meliputi permukaan dan bawah permukaan yaitu sebaran serta sifat fisik tanah/batuan, kondisi air tanah, morfologi serta bahaya beraspek geologi atau geodinamika (gerakan tanah, erosi, abrasi, banjir, penurunan tanah dan kegempaan).

b. Kebencanaan beraspek geologi yang dijumpai di Manokwari dan sekitarnya adalah erosi, abrasi, banjir, gempa bumi, dan gerakan tanah, sedangkan sumber bahan bangunan yang dijumpai berupa pasir dan batu, lempung dan kerikil.

c. Perlu dilakukan penanaman pohon pada daerah-­‐daerah yang rawan terjadinya abrasi, terutama di pesisir pantai timur dan utara Manokwari, apabila tidak memungkinkan dapat diatasi dengan mendirikan bangunan penahan abrasi.

d. Daerah permukiman di Manokwari yang berdekatan dengan aliran sungai utama atau perbukitan berlereng curam agar selalu waspada dengan melihat sifat fisik tanah dan batuannya terutama pada waktu musim hujan dengan kemungkinan terjadi banjir dan gerakan tanah, terutama di daerah Prafi dan Warmare.

e. Banyak daerah di Indonesia yang belum dipetakan kondisi geologi tekniknya, sehingga perlu dilakukan penyelidikan geologi teknik khusus untuk mendukung perencanaan pembangunan jalur jalan nasional.

f. Telah ditetapkan Peraturan Menteri ESDM No.17/2012 Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan Pedoman

Pengelolaan Karst KepMen No. 1456/2000 serta telah dilakukannya penyelidikan dan penetapan beberapa kawasan karst antara lain:

• Manfaat Informasi Geologi Lingkungan yaitu sebagai bahan masukan, rekomendasi dan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab/Kota yang sudah ada

maupun yang akan disusun. • Memberi rekomendasi secara garis besar sebagai bahan penyusunan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kab/Kota dan gambaran secara umum bagi RTRW Kecamatan/Kota.

• Memberi gambaran faktor pendukung dan kendala geologi bagi rencana pembangunan (terutama bangunan berat/vital/strategis)

Informasi bidang air tanah, geologi lingkungan, dan geologi teknik dapat diperoleh langsung kepada Badan Geologi tanpa dipungut biaya.

3.11 Rapat Koordinasi Tingkat Eselon I Finalisasi Draft RPerpres Revisi Keppres Nomor 150 Tahun 2000 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Rapat dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2014 di Kemenko Perekonomian dengan tujuan penetapan Raperpres ini adalah sebagai dukungan optimalisasi peran Kawasan Strategis Nasional (KSN) KAPET dalam mendukung implementasi program MP3EI. Beberapa hal yang menjadi pembahasan penting dalam rapat antara lain:

• Pembahasan tentang KAPET tidak lagi pada tataran konsepsi teknis dasar pengembangannya, namun telah masuk dalam langkah-­‐langkah upaya revitalisasi/ berorientasi pada penyusunan kebijakan yang dapat segara implementatif.

• Pendekatan KAPET berbeda dengan pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu i) Pendekatan sektor riil dimana pihak swasta dapat terlibat langsung; dan ii) Pendekatan sektor infrastruktur dimana dukungan pembiayaan dapat bersumber dari pembiayaan pemerintah (APBN dan/atau APBD) maupun pembiayaan oleh BUMN.

• Untuk menjamin sinkronisasi draft Raperpres KAPET dengan program MP3EI, dokumen Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan peraturan penataan ruang lainnya terkait KAPET (khususnya KEK), maka menjadi penting mencantumkan dasar hukumnya dalam klausul pembukaan draft Raperpres ini.

• Pengembangan KAPET hingga saat ini belum optimal. Salah satu kendala yang dihadapi adalah landasan hukum KAPET masih kurang “bergigi” (tingkat Keputusan Presiden).

• Semangat ke depan adalah simplifikasi kelembagaan. Untuk itu, jika ada kelembagaan yang serupa, apabila dimungkinkan, tidak perlu membuat kelembagaan baru, melainkan digabungkan dengan kelembagaan yang telah ada.

• Permasalahan utama KAPET pada sistem koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan, bukan pada tataran sistem koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, sehingga diusulkan posisi Sekretaris/Sekretariat keanggotaan Dewan Nasional KAPET sebaiknya di Kemenko Perekonomian.

Sehubungan dengan adanya hal-­‐hal yang belum disepakati, maka direncanakan pertemuan terbatas antara Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas; Deputi Bidang Perekonomian, Sekretaris Kabinet; dan Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU pada waktu yang akan ditentukan kemudian.