Penyelesaian RTRW Kota Surabaya

3.45 Penyelesaian RTRW Kota Surabaya

Rapat dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2014 di Sekretariat KP3EI, Kemenko Perekonomian untuk membahas penyelesaian RTRW Kota Surabaya. Beberapa hal yang disampaikan pada diskusi tersebut meliputi:

• Walikota Surabaya menjelaskan lokasi jalan bebas hambatan pada ruas Menanggal-­‐ Tanjung Perak melalui East Outer Ring Road, bukan pada ruas Wonokromo-­‐Tanjung Perak (melalui tengah kota), dengan pertimbangan: a)Mendistribusikan bangkitan lalu lintas agar tidak lagi membebani ruas tengah kota yang sudah padat; b) Sudah disiapkan alternatif jalan menuju pusat kota, baik dari East Outer Ring Road maupun West Outer Ring Road

• Telah disepakati bahwa jalan bebas hambatan Menanggal-­‐Tg Perak bukan merupakan jalan tol. • Kementerian PU telah mengirimkan surat persetujuan substansi terhadap RTRW Surabaya tertanggal 9 Juni 2014 yang intinya menyetujui Raperda RTRW Surabaya diproses lebih lanjut sepanjang substansinya sejalan dengan PP no. 26 tahun 2008.

• Walikota Surabaya menyatakan Raperda RTRW Surabaya telah disetujui DPRD Surabaya dan juga Gubernur Jatim.

Dengan telah adanya persub dari Kementerian PU, walikota Surabaya akan memproses lebih lanjut pengesahan Raperda RTRW (tahap pemberian nomor Perda).

3.46 Rapat Klarifikasi Perda No. 2 Tahun 2014 tentang RTRWP Sulawesi Tenggara Tahun 2014-­‐2034

Rapat dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2014 di RR Praja Bhakti II, Kemendagri untuk melakukan kajian dan penilaian terhadap Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang RTRW Sulawesi Tenggara Tahun 2014-­‐2034, apakah telah sesuai atau belum dengan hasil evaluasi Raperda RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor 650-­‐330 Tahun 2014 tanggal 7 Februari 2014 tentang Evaluasi Raperda Provinsi Sulawesi Tenggara tentang RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-­‐2034.

Setelah dilakukan pengkajian, pada prinsipnya Perda No. 2 Tahun 2014 telah sesuai dengan hasil evaluasi. Namun, masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat penjelasan dari Pemerintah Sulawesi Tenggara terkait adanya ketidaksesuaian antara muatan dalam Perda dengan Raperda yang diajukan pada saat permohonan evaluasi kepada Ditjen Bina Pembangunan Daerah, antara lain:

a. Terkait dengan rencana struktur ruang: • Perubahan penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dari 9 PKL menjadi 11 PKL yang

meliputi penghapusan PKL Perkotaan Rumbia dan penambahan PKL Kasipute, Sikeli, dan Laworo (Lampiran II, Pusat-­‐Pusat Kegiatan);

• Perubahan jumlah dan lokasi rencana pelabuhan lintas penyeberangan kab/kota dan trayek pelayaran regional (Pasal 16 ayat (3), Pasal 18 ayat (3), Lampiran VI

Pelabuhan Penyeberangan, Lampiran VII Lintas Penyeberangan); • Penambahan jumlah rencana pengembangan PLTD dari 9 menjadi 10 PLTD, yaitu

PLTD di Kabupaten Buton Utara (lampiran XII Sistem Jaringan Energi).

b. Terkait dengan rencana pola ruang: • Penambahan kawasan lindung ramsar dalam pengaturan rencana pola ruang

kawasan lindung lainnya (Pasal 33); • Perubahan lokasi Taman Hutan Raya (Tahura) Murhum menjadi Nipa-­‐nipa (Pasal 31 ayat (3), Pasal 32 ayat (2), Lampiran XVIII Kawasan Lindung); • Penambahan lokasi kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten

Konawe Kepulauan (Lampiran XIX Kawasan Peruntukan Hutan Produksi); • Perubahan jumlah dan lokasi rawan bencana gempa bumi, gelombang pasang,

tsunami, banjir, dan gerakan tanah (Lampiran XVIII Kawasan Rawan Bencana Alam); • Pengurangan lokasi kawasan bentang alam karst yaitu di Kabupaten Wakatobi

(pasal 32 ayat (3)); • Penambahan rencana pengembangan kawasan industri besar berupa kawasan industri pabrik gula di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna dan Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan (Pasal 40 ayat (3));

• Penambahan jenis kawasan peruntukan pariwisata nasional berupa Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Wakatobi dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) yang meliputi KPPN Kendari dan sekitarnya, serta KPPN Baubau dan sekitarnya (pasal 41); dan

• Perubahan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, yaitu perubahan Situs Benteng Palagima menjadi Benteng Sorawolio (Lampiran XVIII Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan).

c. Terkait dengan kawasan strategis: Penambahan kawasan strategis provinsi dari sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi berupa kawasan pabrik gula di Kabupaten Muna dan Kabupaten Konawe Selatan (pasal 47 ayat (1)).

Hasil pembahasan Klarifikasi Perda No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tenggara 2014-­‐2034 akan disampaikan secara resmi oleh Kemendagri kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Selanjutnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara diharapkan menyampaikan justifikasi terkait adanya ketidaksesuaian antara